Kerajaan Valerian

Hallow - Bagian 1



Hallow - Bagian 1

0Katie masuk ke dalam bak mandi dengan air hangat yang mengalir, setelah melepaskan pakaiannya.     

Mengambil batangan sabun, dia menggosokannya ke kulitnya sebelum menggosoknya dengan kuat dan meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang pernah terjadi dan dia aman. Dia ingin melupakan hal yang terjadi seperti mimpi buruk.     

Bukannya keluar dari bak mandi setelah dia selesai mandi, dia duduk dalam bak mandi dan menyentuh air dengan ujung jarinya, membentuk riakan air. Air yang hangat memberikan kenyamanan kepada dirinya seperti sebuah kepompong.     

Menjadi seorang pelayang bukanlah hal yang buruk daripada berakhir dengan orang yang salah, dia menarik lututnya dekat dengan dadanya. Beberapa hari lagi maka dia akan mengetahui keberadaan saudaranya Ralph. Dan dia akan memutuskan apa yang harus dilakukannya, dia mempunyai pendidikan yang baik sehingga dia bisa menjadi asisten seorang terpelajar di bagian selatan kerajaan bersama-sama dengan manusia yang lain.     

Seminggu lagi perayaan Hallow akan dirayakan. Hallow adalah hari di mana seluruh kerajaan merayakan Halloween.     

Itu adalah tradisi yang dirayakan oleh para dewan untuk menerima keberadaan para Vampir dan makhluk lainnya yang menghantui para manusia ketika vampir berdarah murni muncul dari kegelapan.     

Katie tidak menyadari berapa lama dia telah duduk disana dan merasa sedikit pusing ketika dia mendengar seseorang memasuki kamar mandi,     

"Aku memba-Oh Tuhan! Ada apa dengan kabut ini?!" terdengar suara Daisy yang panik dan wanita itu berjalan ke arah keran air yang masih mengalir. Kamar mandi menjadi berkabut oleh karenanya, "Raja mengatakan bahwa kau sedang sakit jadi mengapa kau mandi dengan air panas yang hanya akan menaikan temperaturnya."     

Katie melihat ke arah Daisy dengan malu, "Aku minta maaf," dia meminta maaf dan keluar dari bak kamar mandi dan menutupi tubuhnya dengan handuk yang diletakan di samping bak mandi.     

"Kau harusnya begitu," wanita itu memarahinya dengan lembut seperti anak kecil. Dia meletakan tangannya di dahi Katie, "Dan sekarang kau demam."     

"Ya, Daisy."     

"Sekarang kau berpakaian dan tidur. Aku akan menyuruh seseorang untuk membawakan makan malam," dan dia pergi meninggalkan Katie sendirian.     

Dia berganti pakaian dengan gaun tidurnya dan mengenakan kaos kaki ketika dia merasakan kakinya menjadi dingin. Merangkak naik ke atas tempat tidur, dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Menit berlalu dan dia merasa bosan dengan duduk diam di atas tempat tidurnya. Dia mengambil sebuah buku yang dipinjamnya dari perpustakaan di kota. Setelah membaca beberapa lembar dia menutup buku itu dan meletakkannya di meja.     

Dia tidak bisa mengetahui jam berapa sekarang oleh karena jam dindingnya telah berhenti. Baik jam berhenti di angka 3 sementara menitnya berada di angka 12.     

Pintunya diketuk dan dia berpikir bahwa itu adalah Daisy yang mengirimkan Dorthy ke kamarnya, kebahagiaannya hanya sesaat ketika seorang pria bertubuh tinggi dan kurus masuk, dia adalah Martin, pelayan di istana.     

"Nona Katherine, aku membawa makan malammu," dia berkata dan berjalan seperti mayat hidup melintasi ruangan-nya.     

Martin bukanlah orang yang suka mengobrol. Dia bicara hanya ketika diperlukan dan bisa dimengerti oleh karena dia harus bertemu dengan begitu banyak orang di istana. Jika dia tidak perlu bicara maka dia akan lewat seperti hantu yang tidak terlihat.     

Ketika Katie pertama kali bertemu dengannya, melihat kulitnya yang pucat dan badannya yang tinggi dengan matanya yang sipit , dia kelihatan mengerikan.     

Membuka tutup makan yang diletakan di meja, Katie melihat ada cairan seperti bubur yang berwarna kecoklatan.     

"Apakah ini bisa dimakan," dia menatapnya dengan tidak nyaman. Melihat makanan itu rasa laparnya menghilang.     

"Itu terbuat dari tumbuh-tumbuhan, pasta Jahe dengan sayuran yang dihaluskan ditambah dengan sedikit garam untuk menambahkan rasa. Akan mudah untuk dicerna dan akan memberikan energi untuk tubuhmu. Makanlah selagi hangat," Martin memberi saran.     

Mengambil sendoknya, dia mengambil sesendok sup dan memasukkannya ke dalam mulutnya membuatnya tersedak dan dengan cepat mengambil air minum yang sudah disediakan.     

"Pukul berapa sekarang?" dia bertanya sambil memandang ke luar jendela. Di luar sudah gelap jadi sekarang harusnya sudah malam.     

"Jam sebelas malam."     

"Berapa lama kau telah bekerja untuk raja?" Katie bertanya setelah dia mulai terbiasa dengan bubur di tangannya.     

"Kakek raja Alexander, Vlad mempekerjakan-ku disini sebagai pelayan di istana, sejak saat itu aku telah melayani mereka lebih dari dua generasi," dia menjawab.     

"Waktu yang lama," ujar Katie, "Apakah itu berarti kau bukan lagi manusia tetapi seorang vampir?," dia bertanya kebingungan. Melihat wajahnya yang pucat dia telah berpikir bahwa dia adalah seorang manusia oleh karena dia telah melihat di sebuah gambar yang tergantung di sudut dinding di istana dan Martin kelihatan lebih muda.     

"Aku setengah vampir. Aku menjadi lebih tua lebih cepat daripada vampir yang lain tetapi lebih pelan daripada setengah vampir yang berubah menjadi mayat hidup. Aku hanyalah beberapa dari vampir yang masih waras."     

Menganggukan kepalanya, Katie menyelesaikan makan malamnya dan menyeka mulutnya dengan sapu tangan. Martin biasanya tidak mengantarkan makanan kecuali raja yang menyuruhnya, biasanya hanya pelayan yang membawakan makanan untuk para tamu ketika diminta. Dia bertanya-tanya dalam hatinya apakah Raja Valerian yang meminta Martin untuk melakukan hal itu.     

Membaringkan badannya, dia menarik selimut sambil menguap.     

Mengambil mapan makanan di tangannya, Martin mengucapkan selamat malam sebelum memadamkan lampu dan menutup pintu kamar.     

Dengan perutnya yang sudah terisi makanan, dia merasa mengantuk dan dalam beberapa menit langsung tertidur.     

Di salah satu penjara tertutup yang terletak di bawah tanah, raja Valerian berdiri di depan Lancelot yang dirantai dengan rantai berkarat baik tangan dan kakinya. Wajahnya penuh dengan darah dan tulang pipinya tidak sejajar dengan wajahnya lagi.     

Tangan Alexander meneteskan darah, darah yang berasal dari pria di depannya.     

Selain dua penjaga yang berdiri di depan sel, hanya Alexander dan Lancelot yang berada di ruangan itu.     

"Aku dengar kau mengundang dirimu sendiri ke pesta teh. Kau pastilah bukan pria yang populer, sehingga begitu putus asa mencari perhatian."     

"Kenapa aku di sini? Kau hanya membuang waktumu," Lancelot bertanya, dia telah kelelahan dengan jumlah pukulan yang dia terima.     

"Jangan khawatir. Sebenarnya aku cukup menikmati diriku yang sekarang," raja berkomentar dengang tawa yang suram.     

Lancelot tidak melewatkan tatapan sadis yang ada di mata Alexander, kosong dan dingin.     

"Mengapa kau bergaya seperti pria yang baik yang ingin membuka pakaian seorang wanita, ada distrik merah jika kau ingin melampiaskan nafsumu," Alexander bertanya, "bicara sekarang."     

"Tidak ada yang menyenangkan dengan wanita yang seperti boneka kotor dan telah digunakan, tidak seperti para wanita elit tetapi ketika kau menemukan seseorang seperti dia di tengah-tengah wanita yang lain, kau hanya perlu memetiknya. Caranya memanggilmu hari ini, pastinya mulutnya yang indah telah merasakan buah zakarmu. Apakah dia cukup hebat? Bagaimana dengan-"     

Wajahnya menerima pukulan begitu cepat, tinju bertemu dengan wajahnya. Darah terpancar dari mulutnya dan dia terbatuk.     

Alexander dengan tenang berjalan ke sisi lain ruangan untuk mengambil sebuah botol berwarna hijau.     

"Akar Nightshade."     

Mata Lancelot terbuka lebar melihat raja memegang botol kecil di tangannya yang adalah miliknya, "Bagaimana kau tahu soal itu?"     

"Ramuan akar Nightshade terbuat dari campuran racun yang digunakan untuk menyembuhkan luka kurang dari sejam. Sebuah ramuan yang sangat langka dan diinginkan oleh penyihir hitam. Kau bekerja untuk penyihir hitam. Katakan di mana mereka penyihir itu dan kau bisa pergi dengan bebas."     

"Aku tidak berniat untuk membocorkan informasi. Tipuanmu tidak akan berpengaruh padaku. Aku benci vampir yang berpikir bahwa mereka lebih hebat daripada manusia dan dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan. Aku kehilangan istriku oleh karena mereka."     

"Aku turut berduka mendengarnya," Raja Valerian bergumam, dia sedikit kaget mengetahui bahwa pria itu sudah menikah.     

"Kau tidak mengerti," Lancelot tertawa walaupun dia sedang kesakitan. "Suatu hari ketika aku kembali dari tempatku bekerja, aku menemukan istriku dengan seorang bangsawan yang adalah vampir. Telanjang dan berada di tangan pria itu dan sangat menikmatinya. Aku adalah seorang pria yang baik, seorang pria yang mencintai istrinya dan dia bahkan berkata dia mencintaiku. Walaupun aku pernah berbuat kasar padanya. Aku tetap mencintainya."     

"Walaupun demikian, aku memilikinya di tanganku selamanya," dia berbisik sambil memandang ke arah dinding, "Aku membunuhnya."     

Alexander tidak memberikan komentar. Pria itu telah menjadi gila, dia memutuskan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.