Kerajaan Valerian

Pembunuhan - Bagian 2



Pembunuhan - Bagian 2

0Mata Katie melebar oleh karena kaget, tenggorokannya menjadi kering.     

Dia seharusnya tahu bahwa tidak ada yang akan terlewatkan oleh Raja Alexander. Apakah dia telah mendengar semuanya? Dia melihat Alexander mengembalikan pisau ke dalam sarungnya dan dia menelan ludah.     

"A-aku tidak akan pernah melakukannya," Dia tergagap saat merasakan jari dingin menyusuri kepalanya.     

"Oh, sangat mengecewakan," Alexander berkata sambil menurunkan tangannya.     

Apakah Alexander percaya bahwa dia akan melakukan hal yang telah dibuat oleh Norman? Apakah benar bahwa pria itu tidak mempercayai seorang pun, terutama manusia? Tetapi dia juga seorang manusia.     

"Apakah kau berpikir aku akan melakukannya?" Dia bertanya dengan suara pelan.     

"Apakah kau?" Alexander balas bertanya, matanya memancarkan humor dan rasa ingin tahu. Dia tidak menjawab pertanyaan Alexander, keheningan muncul di antara mereka.     

Keduanya saling bertatapan cukup lama sampai Katie menundukan kepalanya. Ralph mengatakan kepadanya bahwa ibunya dibakar hidup-hidup tetapi bagaimana dengan sisa keluarganya? Dia telah melihat gambar keluarganya di sisi barat istana. Orang tuanya, kakeknya dan dirinya ketika masih seorang anak kecil. Dia telah melihat gambar ibunya dan dia sangatlah cantik dengan pandangan matanya yang menarik.     

Di masa lalu, Katie ingin tahu tentang keluarga raja Alexander tetapi bahkan Elliot dan Sylvia tidak memberitahukannya padanya. Menyelesaikan perkataan mereka bahkan sebelum dia sempat bertanya.     

Ketika dia membuka mulutnya untuk bicara, raja telah duluan bicara,     

"Maukah kau berjalan-jalan denganku?"     

Walaupun sudah cukup jauh malam untuk berjalan dia tetap setuju.     

Katie berjalan di sisi Raja Alexander di taman istana, malam itu begitu sunyi karena tidak ada seorang pun berada di sekitar oleh karena mereka semua telah tidur. Awan begitu gelap dan terasa menghantui tetapi ada garis abu-abu di sekitarnya.     

Biasanya Raja Alexander akan mengajukan pertanyaan padanya saat berjalan-jalan di sore hari di hutan tetapi ini kali pertama dia mengajaknya untuk berjalan-jalan di tengah malam.     

Benar bahwa Raja telah menunjukan perhatian kepadanya selama beberapa hari belakangan tetapi bukan berarti dia tidak akan melihat fakta tentang seseorang yang mencoba untuk membunuhnya. Sekarang sepupunya terlibat kekhawatiran mulai muncul di dalam otaknya sehingga dia menggigit bibirnya tanpa sadar. Jika Raja Alexander benar-benar mendengarkan apa yang dirinya dan sepupunya bicarakan tentu dia akan mengetahui bahwa mereka bukanlah sebuah ancaman.     

Dengan apa yang dia dengar dan apa yang dia ingin ketahui, Katie merasa dirinya berjalan dengan kaku karena tidak tahu harus melakukan apa.     

"Apakah Raja selatan membenci semua Vampire?" Dia akhirnya bertanya pada Alexander.     

"Banyak dari mereka."     

"Tetapi ada keluarga vampire yang tinggal di sana. Anna dan Donovan tinggal di selatan juga. Jika raja norman sangat membenci vampire maka bukankah dia akan mengusir mereka juga?" Dia menjadi bingung.     

"Dia tetap membiarkan beberapa dari mereka tinggal karena mereka berguna tetapi sebagian hanya karena hukum yang ditempatkan oleh para dewan untuk menjaga keseimbangan di seluruh kerajaan. Apakah dia manusia maupun makhluk malam," Alexander menjawab sambil memetik bunga yang mereka temui, "Banyak keluarga vampire membangun kediaman yang jauh dari ibukota untuk menghindari masalah. Seseorang yang menjilat sepatunya tinggal dekat dengan istana."     

"Tetapi mengapa kau?" Dia bertanya lagi dengan prihatin.     

"Jika salah satu Raja jatuh dari Kerajaan, akan menciptakan peluang yang bisa diisi dengan manusia yang akan diajukan oleh Norman. Ini bukan pertama kalinya dia mencoba sesuatu seperti ini," dia tertawa sambil mengingat kejadian yang sudah lama.     

Bukan pertama kali?     

"Jadi apakah ini artinya Raja yang lain juga berada dalam bahaya?"     

"Mengkhawatirkan pria lain, apakah kita?" Alexander bertanya dengan suara tajam kemudian menatap ke depan, berjalan ke sebuah pohon besar dan duduk di atas rumput diikuti oleh Katie, "Tidak juga. Aku pasti favoritmu."     

"Mengapa kau tidak menyukai Raja Nicholas?" Dia tidak mengerti akan hal ini. Raja timur telah menjadi pria yang sempurna setiap kali mereka bertemu. Baik hati, sopan dengan kepribadian yang menyenangkan.     

"Bukankah aku mengatakan bahwa tidak semua dari kami mengenakan bulu domba. Hanya saja aku menggunakan lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain."     

Gambaran di pikirannya membuatnya tersenyum. Raja Alexander dengan pakaian domba sangat tidak cocok dengan sikap serigala. Alexander menatapnya dengan rambutnya yang berantakan karena angin.     

Waktu berlalu dan mereka duduk sambil memandangi daun-daun dan rerumputan menari di bawah sinar rembulan.     

"Benar tentang apa yang kau dengar."     

"Tentang ibumu?" Katie bertanya.     

"Ya, dan juga tentang ketidakpercayaan kepada manusia," Alexander menambahkan sebelum melanjutkan, "Anak laki-laki yang berteman denganku ketika aku masih muda telah gagal melakukan pekerjaan sehingga mereka mengumpulkan penduduk desa untuk berbalik melawannya. Barat dan timur bersain lebih dalam daripada yang kita tahu."     

"Kemudian Raja selatan berkonspirasi dengan keluargaku untuk membuat ibuku keluar ke kota dan memberikan label padanya sebagai penyihir. Orang-orang tidak bertoleransi tentang penyihir. Paman dan bibiku mendapatkannya tepat di mana Raja selatan menginginkannya untuk keinginan cinta dirinya. Ibuku dan aku pergi ke pasar di hari ulang tahunnya. aku berumur delapan tahun waktu itu. Sebuah kecelakaan kecil merujuk ke hal lainnya, cukup untuk menimbulkan prasangka dan dia dibakar tepat di depan mataku. Sebuah rencana yang dilaksanakan tanpa kecurigaan.     

"Maafkan tentang hal yang mereka lakukan pada ibumu," Katie berkata dengan lembut, "Bukankah dewan menyelidikinya?"     

"Kakekku tidak menginginkannya. Dia sangat keras kepala untuk pria tua di umurnya," Dia menjawab sambil menatap langit tanpa emosi.     

"Kenapa tidak? Keluarga Norman pasti akan dituduh tentang hal itu!"     

"Karena ibuku, Isabel Genivieve adalah penyihir putih," dia menjawab seolah-olah sedang bicara tentang cuaca, "Kakekku Vlad tidak ingin menambahkan apa yang telah terjadi. Ayahku juga meninggal. Vampire dengan darah bangsawan mempunyai ikatan yang berbeda ketika datang kepada belahan jiwa mereka. Ikatan adalah satu hal yang mutlak. Satu dari mereka mati dan belahan jiwa mereka akan mati. Dewan telah mencari kebenaran tetapi semua rahasia menghilang dengan ibuku. Dia telah memastikan untuk menghapus semua jejak dan hidup sebagai seorang manusia."     

Alexander berdiri dan mengulurkan tangannya, "Aku akan menunjukkan sesuatu," Katie menyambut tangannya dan berdiri sebelum mengikutinya.     

Mereka tiba di depan bunga-bunga mawar yang berwarna biru. Sekarang hari sudah malam dan mawar -mawar itu kelihatan seperti di celupkan ke dalam tinta berwarna biru. Warnanya begitu biru sehingga menarik perhatian walaupun berada di kejauhan.     

"Ini adalah mawar-mawar kenang-kenangan ibuku," Alexander berkata sambil menyentuh bunga mawar dengan hati-hati dan melepaskannya.     

"Apakah kau menanam bunga ini dengannya?" Katie bertanya yang membuatnya tersenyum tetapi emosi tidak sampai di matanya     

"Hal itu akan menjadi kenangan yang menyenangkan tetapi tidak," Dia bergumam kemudian berkata, "Abunya berada di bawah tanaman ini."     

Katie berdiri tanpa bisa berkata-kata.     

"Setelah dia dibakar aku mengambil apa yang tersisa darinya yang telah berubah menjadi debu. Dia adalah ibuku dan dia pantas mendapatkan kubur yang layak," Raja Alexander menghancurkan bunga yang dipetiknya sebelumnya sebelum membuangnya.     

Tidak ada satu katapun keluar dari mulut Katie. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.     

Dia bahkan tidak bisa memikirkan tentang apa yang dirasakan Raja Alexander pada waktu itu. Kehilangan seorang ibu dan dibakar tepat di depan matanya adalah hal yang tidak bisa dibayangkan. Dan ayahnya juga telah meninggal.     

Dia terlalu muda untuk mengingat apa yang terjadi dengan orang tuanya. Menguburkan ibunya sendiri sambil bersembunyi dari yang lain pastilah sangat menyakitkan, pikirnya dan merasa Raja Alexander menghapuskan sesuatu dari pipinya.     

"Hal ini terjadi sudah lama. Kau tidak perlu menangis," Dia berkata dan dia terkejut ketika Katie menggenggam kedua tangannya.     

"Aku bersumpah kepadamu bahwa aku tidak akan pernah menghianatimu, Raja Alexander. Aku akan tinggal denganmu selama kau membutuhkanku. Dan jika aku melanggarnya maka kau bisa mengambil nyawaku dengan tanganmu," dia berkata dengan air mata di mata coklatnya.     

"Apa yang sedang kau bicarakan?" Alexander tertawa sambil mengusap rambut Katie dengan penuh kasih sayang, "Tidakkah kau tahu bahwa hidupmu adalah milikku, sayangku," dan tanpa menunggu jawaban dia menjawab dan mencium bibirnya.     

"Mng," Katie mengerang sambil mendorong dadanya, "J-jangan di sini," sekarang setelah dia tahu bahwa tanaman di situ adalah penting dia tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak pantas di depan kuburan ibu Alexander.     

Alexander tertawa sambil menatapnya dan mulai menuntunnya kembali ke istana saat melihatnya gemetar.     

Saat tengah malam, Raja Alexander sedang meminum alkohol yang dibuat untuk vampire. Sayang sekali, anggur yang dibuat untuk manusia tidak mempunyai efek bagi vampire dan mereka butuh sesuatu yang lebih kuat untuk mabuk.     

Saat dia baru saja mengisi gelasnya kembali, dia mendengar kibasan sayap di luar dan seekor kelelawar masuk dengan membawa sebuah surat.     

Berjalan ke balkon, Alexander membuka surat untuk membaca isi surat itu. Salah satu anggota dewan telah dibunuh dan juga dikatakan bahwa kepala dewan berada dengan pria itu ketika kejadian terjadi.     

Sangat menarik, pikir Alexander sambil melipat kertas itu.     

"Sudah saatnya aku meletakan potongan caturku," dia berkata dengan senyuman licik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.