Kerajaan Valerian

Raja Yang Terlupakan - Bagian 1



Raja Yang Terlupakan - Bagian 1

0Raja Alexander berjalan di sepanjang koridor, sepatu hitamnya berbunyi di atas lantai dengan setiap langkah ketika dia mengikuti kepala pelayan di istana. Dinding tanpa jendela membuat ruangan menjadi lebih gelap saat mereka berjalan menuju ruangan melukis di mana dia seharusnya bertemu dengan Raja yang lain.     

Kepala pelayan berhenti di depan dua buah pintu besar dan mendorongnya sehingga terbuka menunjukan Raja timur yang sedang duduk di depan perapian yang menyala. Rambutnya lebih pendek daripada sebelumnya dan dia telah menggantinya menjadi warna hitam.     

"Raja Alexander. Selamat datang di Bonelake. Bagaimana dengan perjalanannya?" Raja Nicholas menyambutnya dengan senyuman saat pelayan lain datang dengan mapan berisi minuman.     

"Ini bukan pertama kali aku kesini, Nicholas," Raja Valerian menjawab saat dia duduk di arah yang berlawanan dekat dengan perapian.     

"Tentu saja tetapi sangat langka bagimu untuk datang menemuiku tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kecuali kau datang ke sini untuk penyelididikan," dia berkata untuk melihat Raja mengirimkannya tatapan kesal sebelum mengambil sebuah gelas dengan tangan kirinya.     

Ketika pelayan membawakan minuman untuk Raja Nicholas, pria itu telah melambaikan tangannya dan pelayan itu menundukan kepala dan meninggalkan ruangan dengan matanya yang menatap lantai.     

"Aku tidak tertarik dengan mengambil bagian di satu hal karena aku tidak akan mendukungmu dan kau tahu tentang hal itu." Raja Valerian menjawab sambil memutarkan gelasnya dengan lembut untuk melihat sebuah riakan kecil. Dia kemudian menatap Nicholas tepat di matanya, "Aku percaya kau belum mengirimkan satupun manusia dari Bonelake ke daerah selatan."     

Sebuah senyuman muncul di bibir Nicholas, matanya gembira , "Orang orangku telah mengirimkan beberapa manusia yang tidak diinginkan. Seperti dirimu, aku tidak mempunyai keinginan untuk berdansa atas perkataan para monyet. Aku telah berencana untuk mengunjungimu tetapi sepupuku sayang sekali telah memutuskan untuk bertunangan dengan seorang manusia."     

"Manusia?" Alexander bertanya sambil menaikan alisnya.     

Raja Nicholas dan Raja Norman berada dalam satu koin yang sama dengan sisi yang berbeda. Raja Norman ingin hanya manusia yang tinggal di tanahnya dan menyingkirkan setiap vampire sementara Raja Nicholas mempunyai keperluan dengan manusia.     

Penampilan bisa menipu, tetapi Raja Nicholas berada satu langkah di depan. Dari penampilan luar dia terlihat tenang dan lembut tetapi hanya beberapa yang tahu dalam kerajaan tentang sifatnya yang sebenarnya. Dia adalah orang tanpa ampun sama seperti Alexander, mungkin lebih daripadanya dalam beberapa situasi.     

"Dia adalah keponakan dari Tuan Curtis." Tuan Curtis adalah salah satu petinggi, kelas sosial yang elit dan berada dalam kelas tidak berarti jika orang tersebut adalah manusia atau tidak. Permasalahan tidak pernah ada jika ada uang dan kedudukan.     

"Apakah Reuben telah mengunjungimu?" kemudian Raja Alexander tersenyum, "Tentu saja, dia pasti datang jika kau duduk di sini di waktu luangmu."     

"Norman terlalu sibuk untuk memberikan perhatian padamu untuk melihat apa yang aku lakukan," Nicholas menyeringai ketika melihat Alexander memutar bola matana. Dia kemudian berkata, "Aku mendengar kamu pergi ke teater malam. Apakah hal itu menghibur?"     

"Hmm," Alexander membalas dengan senandung untuk pertanyaan Nicholas.     

Raja Alexander kelihatan tidak terganggu dengan pertanyaannya, dan dia memiringkan kepalanya, "Dan di sini aku berpikir untuk menusukmu, begitu membosankan," dia bergumam.     

"Aku rasa kita mendengar begitu banyak hal."     

"Benar seperti itu?" Nicholas berkomentar dengan tertarik, "Dan siapakah mereka itu?"     

"Salah satu dari mereka berkata tentang kau menghabiskan lebih banyak waktu dengan tunangan sepupumu," Raja Alexander mengangkat bahunya dan meletakkan gelasnya di atas meja tanpa meminum satu tegukanpun darinya.     

Raja Nicholas tetap tersenyum kemudian nada bicaranya menjadi serius, "Apa yang akan kita lakukan dengan Norman? Aku tidak mengharapkan dewan untuk menyetujui proposal pembagian manusia dan vampire, dan alasannya karena penyihir?'     

"Itulah sebabnya waktu yang ditetapkan hanya sebulan."     

"It's going to take longer than that…" Nicholas said narrowing his eyes while gazing at the fireplace."     

"Mereka terbuai dengan penculikan anak-anak dan wanita muda. Dan mengharapkan para dewan untuk mengambil langkah yang tegas. Apa kau tahu yang aku minta padamu?" Alexander bertanya dan dijawab dengan anggukan.     

"Orang-orangku menemukan beberapa penyihir di gubuk di perbatasan daerah selatan. Haya satu yang kembali hidup-hidup sehingga kita tidak mendapat informasi jika anak-anak ditahan di sana atau di daerah yang lainnya," dia memberikan laporan sebelum melanjutkan, "Tetapi kami menemukan sesuatu yang sangat-sangat menarik. Sepertinya seluruh kawanan itu dijalankan oleh seseorang karena penyihir telah tinggal di istana Norman."     

Penyihir pengembara, pikir Alexander. Nama itu terdengar akrab seperti dia telah mendengarnya ketika dia masih muda. Mendengar bahwa Norman membiarkan penyihir pengembara tinggal di bawah atapnya terdengar sangat tidak benar.     

"Apa kau menerima laporan dari selatan?" Nicholas bertanya dan melihat wajah Alexander menjadi muram.     

"Tidak. Para penyihir telah memutuskan semua komunikasi dari selatan ke kerajaan yang lain," dia menjawab.     

Dia mempunyai kebimbangan ketika mengirim Katherine dan yang lainnya ke sana dan keraguannya nyata ketika laporan dari malphus tidak diterimanya.     

"Aku berpikir soal kebenciannya kepada vampire," Nicholas bergumam dan mencondongkan badannya, "Dia berencana untuk menghapus seluruh keberadaan makhluk malam."     

"Dia berpikir hal yang tidak mungkin," Raja Valerian menjawab dengan nada bosan, "Selalu ada hal yang tidak pernah berubah. Tentu saja, dalam dunia ini dimana kita semua berkelahi dan menaiki tangga untuk mendapatkan kendali tidak akan membawa satu hal pun karena tidak ada nada yang berubah. Tidak peduli berapa banyak kita bicara tentang persamaan, vampire akan selalu lebih kuat daripada mereka."     

"Tentu saja. Norman menggunakan para penyihir sebagai palu untuk menginjak kita tetapi hal itu akan berbalik padanya dengan lebih buruk, " Nicholas berkata sambil menggelengkan kepalanya karena ketidakpedulian pria itu, "Penyihir kegelapan mempunyai reputasi yang buruk dan bekerja sama dengan mereka, yah…" dia terdiam.     

Seseorang mengetuk pintu dengan kasar, menghentikan pembicaraan mereka. Pintu terbuka dan menunjukan seorang pelayan muda, matanya terbuka lebar dan khawatir terpancar di wajahnya.     

"M-maafkan aku, tuanku Raja mengganggu, tetapi nona Curtis tidak berada di ruangannya," pelayan itu memutar-mutar tangannya dengan gugup.     

"Apa kau memeriksa seluruh istana?" Raja Nicholas bertanya dengan tenang.     

"Ya, Tuanku Raja," Raja Nicholas mengerutkan keningnya dan memandang kearah Raja Alexander.     

"Aku tidak ingin Norman mengganggu kerajaanku dan aku akan senang gangguan itu keluar dari Bonelake," dia berkata dan Raja Valerian berdiri, "Jika bantuan yang kau inginkan aku akan menyediakannya, tetapi hanya sampai tanahku tanpa gangguan."     

"Maka kita punya perjanjian," Raja Alexander berkata dengan senyuman, "Aku tidak akan lagi mengambil waktumu karena hal yang lebih penting menunggumu," dan ini membuat bibir Nicholas naik.     

"Aku sedang berpikir tentang seberapa jauh jaringan sepanjang kerajaan untuk menemukan hal mendetail seperti ini. Hal ini membuatku takut," Raja dari Bonelake tertawa saat mereka berjalan keluar dari ruangan.     

"Tidak seperti pria yang menipu dengan senyuman," jika Raja Alexander adalah seekor laba-laba berdasarkan tanda bulan, maka Raja Nicholas adalah rubah, seorang yang pintar.     

Melihat pria itu berjalan dengan pelayan yang gugup menjawab pertanyaan, Alexander berjalan keluar dari istana untuk meletakan bidak caturnya yang berikutnya.     

Sementara itu di Mythweald, kerajaan selatan, Katherine berdiri dengan posisi siaga dengan tongkat kayu di tangannya. Itu adalah hari keempat sejak Malphus mulai melatihnya. Bukan hal yang berlebihan tetapi cukup untuk membuatnya bertahan, untuk menyediakan cukup waktu untuk menyelamatkan dirinya jika keadaan buruk muncul     

Pria itu telah membuatnya berlari setiap pagi untuk meningkatkan kelincahannya. Bukan hal yang mudah untuk berlari mengenakan gaun di hutan di mana semak-semak dan cabang patah memelankan kecepatannya.     

Beberapa saat yang lalu pria itu telah memintanya untuk mencoba serangan mendadak tetapi sayang sekali pria itu cukup cepat dan sekarang dia berdiri mencari tahu di mana pria itu. Mencoba mendengar suara angin, suara dedaunan saat mereka bergesekan satu dengan yang lain sore itu, matahari telah membenamkan dirinya di kaki langit.     

Clack, adalah suara ketika Malphus bergerak tepat di depannya, kedua kayu beradu satu dengan yang lain. sedikit dorongan dan punggung Katie menghantam sebuah pohon dengan kayu yang diarahkan ke lehernya.     

"Tolong jangan mati begitu cepat. Hal itu hanya akan menyusahkan," Malphus berkata dengan matanya memandang Katie.     

"Maafkan aku," dia menjawab dengan sedih ketika Malphus menurunkan kayu yang dipegangnya dan berjalan mundur.     

Matanya menatap ke tanah, beberapa keringat telah terbentuk di dahinya. Wanita muda itu telah bekerja keras, mendengarkan dan mengikuti segala hal yang diperintahkan. Ada beberapa saat dimana pria itu terlalu keras padanya, mendorongnya melebihi batas. Dia tidak mengharapkan wanita itu berubah menjadi seorang pejuang dalam satu malam tetapi dia harus belajar cara untuk membela dirinya.     

Sekarang dia terlihat seperti anjing yang tersasar. Sebelum dia mati, dia tidak pernah peduli dengan orang sekitarnya. Dia membenci keluarganya, dia menyebutnya teman tetapi yang di khawatirkannya adalah yang satu ini. Dia menjentikan jarinya ke dahi Katie.     

"Ow! Kenapa kau melakukannya?" Katie bertanya sambil mengusap dahinya.     

"Sebuah pengingat untuk tetap berlari besok pagi walaupun aku tidak berada di sini," dia berkata sambil mengambil tongkat dari tangan Katie dan meletakkannya kembali dalam kotak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.