Kerajaan Valerian

Raja Yang Terlupakan - Bagian 2



Raja Yang Terlupakan - Bagian 2

0Katie melihatnya mengikat kotak tua sebelum mengangkatnya. Kelihatannya seperti sebuah kotak antic, tetapi tidak berkarat. Dia akan pergi malam itu untuk kembali ke valeria sehingga dia bisa menyampaikan pesan kepada Alexander. Malphus menggosok kedua bahu dan lehernya seolah-olah dia kecapean. Biasanya pria itu cepat seperti seekor kucing tetapi sejak memasuki kerajaan selatan kasusnya berbeda.     

Malam harinya, Malphus meninggalkan rumah, berubah menjadi hantu dia berjalan setelah melihat kedua bersaudara sudah tidur. Kelihatannya para penyihir akan melakukan sesuatu sehingga dia memutuskan untuk pergi. Malam begitu tenang dan sepi, gelap dan dingin. Para penduduk kota sudah tidur Sementara langkah kakinya tidak terdengar di atas tanah yang keras.     

Dengan tangan di dalam saku, dia berjalan. Menjauh dari kota.     

Lebih dekat dia ke perbatasan kerajaan selatan, dia merasa tubuhnya menjadi kelelahan. Bentuk hantunya berubah menjadi bentuk manusia. Seekor burung hantu bernyanyi di atasnya saat dia melalui pohon-pohon yang sudah kering. Dengan bentuk manusia mencapai kerajaan barat akan butuh waktu. Saat dia mengambil sebuah langkah yang lain tubuhnya terlempar ke atas tanah.     

Meringis oleh karena jatuh ke atas tanah, dia cepat-cepat berdiri dan melihat sebuah bayangan dari sudut matanya. Dengan cepat dia memutar badannya dan melihat satu bayangan lain di sisi yang berlawanan.     

Mendengar suara di belakangnya, dia melihat seorang wanita dengan ekspresi serius.     

"Tolong aku!" dia berbisik pelan tetapi Malphus tahu untuk tidak jatuh ke dalam perangkap wanita itu.     

Dia telah mendengar bagaimana para penyihir kegelapan menggunakan kecantikan mereka untuk memancing para manusia sebelum membunuh mereka. Adalah metode umum yang sering mereka gunakan. Di bawah kecantikan terdapat tujuan yang jahat dan para penyihir adalah bodoh untuk berpikir bahwa dia mempercayai mereka.     

Ketika Malphus menarik senjatanya, ekspresi wanita itu mulai berubah. Kulitnya berubah menjadi hitam dan retak seperti tanah tanpa air. Mata tanpa jiwa menatapnya dengan lidah Panjang yang terjulur keluar dari mulutnya.     

Dia tertawa saat saudari penyihirnya bergabung dengannya tetapi pria itu mulai menembaki kedua wanita itu dan ketika salah satu jatuh yang lain berubah menjadi marah sebelum menghilang dalam kegelapan. Tetapi penyihir tidak meninggalkannya sendirian. Malphus berlari melalui pepohonan, dia sangat mengerti betapa krusialnya waktu. Tetapi tubuh manusia mempunyai batas.     

Jika ada penyihir yang menunggu seseorang melewati perbatasan di jam seperti itu, maka dia harus keluar dari sana secepat mungkin, pikirnya.     

Keesokan harinya Katherine tinggal di rumah menunggu Malphus untuk kembali tetapi dia tidak kembali. Tiga hari telah berlalu sejak dia pergi dan dia maupun ralph tidak mengetahui alasan mengapa dia belum kembali. Dia sangat khawatir.     

Hari keempat dan belum ada kabar dari pria itu. Katie telah berjanji padanya untuk tinggal di rumah sampai dia kembali dan dia telah melakukannya untuk menghindari masalah.     

Di hari keempat saat menyiapkan makan malam, Katie menunggu sepupunya kembali ke rumah. Dia mengecek jam dia menyadari bahwa dia terlambat. Berdiri dekat jendela dia melihat jika ada tanda dari saudaranya ketika dia mendengar pintu depan digedor dengan suara yang keras.     

Berjalan ke arah pintu dia membuka pintu dan melihat Ralph jatuh ke tanah dengan erangan. Dia mencoba untuk membantunya untuk duduk tetapi dia terlalu lemah. Itulah saat ketika dia melihat sesuatu menancap di perutnya dan darah di tangannya dan menyadari bahwa saudaranya telah ditikam.     

"Ralph! Siapa yang melakukan hal ini padamu!!" dia bertanya dengan panik tetapi kata-kata yang keluar dari mulutnya hanyalah erangan," Tolong duduk," dia membantu saudaranya untuk duduk di tanah dan bergegas untuk mengambil kain bersih tetapi ralph menahannya.     

"Tidak…waktu K-Kate," dia bicara dengan kesulitan menghirup udara.     

Katie merasa matanya mulai berair, "Siapa yang melakukan hal ini padamu?" dia bertanya sambil mencoba untuk menenangkan saudaranya dengan mengambil kain yang berada di atas kepalanya dan dengan pelan menekan lukanya. Ralph telah ditikam lebih dari satu kali dan dari jumlah darah yang keluar dia tidak yakin kalau dia mempunyai waktu lebih.     

"Norman," dia terengah, "T-tanda belum selesai dan harus d-di se-selesaikan. Kau harus menghapuskan j-jaringan. Itu terletak d-di istana. Semuanya ada di sana," dia meraih tangan Katie dengan gemetar dan tersenyum padanya, "Kau harus selamat. Bersembunyi," Katie menggelengkan kepalanya, air mata mengalir turun di wajahnya.     

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Kita harus merawat lukamu," dia berkata mencoba untuk mengingat di mana dia bisa mendapatkan pertolongan medis.     

"Pergi…" dia mendengar kata terakhirnya dan dia menangis, "Tidak! Tolong, tidak! Tolong jangan pergi…Ralph!" matanya buram dengan air mata saat dia memegang tangannya.     

Setelah menghapus air matanya dari wajahnya, dia menyentuh luka dan pisau yang masih tertancap di tubuh saudaranya. Sayang sekali di saat yang sama seorang wanita datang dan melihat Katie menyentuh pisau dengan tubuh yang terkulai di tanah. Wanita itu berteriak 'Pembunuh!' sehingga membuat penduduk berkumpul di sekitar rumah . lebih banyak orang datang dan berkumpul tetapi tidak ada yang berani masuk. Bisikan dengan nada pelan mengalir mengenai wanita di rumah menjadi seorang penyihir kegelapan.     

Katie terlalu kaget untuk menyadari kerumunan orang yang telah berkumpul di sekitar rumah. Ketika penjaga Mythweald datang untuk melihat apa yang menyebabkan kerumunan, mereka melihat seorang wanita duduk dekat mayat dengan darah di tangannya.     

Penjaga Mythweald mempunyai reputasi seperti Raja mereka. Salah satu dari mereka menariknya dan ketika dia menolak untuk melepaskan sepupunya penjaga menaikan tangannya dan menamparnya untuk mendiamkannya.     

Katie menangis dan memohon mereka untuk melepaskannya, mengatakan bahwa seseorang telah membunuh sepupunya tetapi tidak ada yang mendukung maupun mempercayainya. Dia sendirian sekarang.     

"Dia pasti telah membunuhnya."     

"Aku dengar dia seorang penyihir. Kau tidak melihat dia bicara dengan dirinya sendiri saat di jalan kota?" yang lain berkata.     

"Penyihir harus di bakar! Bakar dia!"     

"Bakar penyihir!"     

Datang suara-suara kemarahan dengan opini yang membakar yang lain. kerumunan orang tidak memperdulikan fakta dan kebenaran, mereka hanya mengikuti suara satu dengan yang lain dalam kerumunan.     

Katie mencoba untuk membebaskan dirinya saat penjaga menariknya keluar dari rumah, menjauh dari sepupunya. Dia telah mencoba untuk mempertahankan diri tetapi empat penjaga dengan tatapan kebencian tidak membuat hal lebih mudah. Melihatnya tidak mengikuti perintah salah satu penjaga memukul kepalanya, cukup untuk membuatnya pingsan sebelum mereka menyeretnya ke penjara di kerajaan selatan di mana para tahanan di penjara.     

Katie terbangun beberapa saat kemudian dan menemukan dirinya berada di ruangan sel dengan sedikit cahaya masuk. Kaki kirinya diikat dengan rantai berkarat yang di tancapkan di dinding. Awalnya dia mencoba untuk menarik, mendorong dan melakukan apa saja untuk membuka rantai tetapi tidak ada yang terjadi. Usahanya hanya memantul di dinding.     

Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia merasa nyawanya menghilang di antara jari-jarinya saat waktu berlalu. Sepupunya di bunuh di bawah perintah Raja Norman.     

Mengapa!? Dia tidak melakukan satu hal pun! Mengapa…dia mempertanyakan pada dirinya.     

"Akhirnya kau terbangun," dia mendengar suara seseorang ketika penjaga datang dan membuka kunci sel, memperlihatkan Raja Norman dan anaknya Silas berada di belakangnya.     

"Lepaskan aku. Aku tidak melakukan apapun," dia berkata membuat Raja dari selatan tertawa tetapi Silas menjawabnya.     

"Tentu saja, aku mengetahuinya, Katherine," dia merespon dan duduk di atas sebuah kursi kayu yang telah diletakan penjaga di depannya.     

"Mengapa?" dia bertanya lagi, "Mengapa kau melakukannya?! Kami tidak melakukan apapun, kami hanya mengurus urusan kami sendiri," dia bertanya lagi untuk mendapatkan jawaban.     

"Apa kau yakin bahwa kau hanya mengurus urusanmu?" Silas bertanya dengan suara yang manis tetapi penuh dengan kelicikan, "Aku rasa tidak memasuki tempat terlarang di perpustakaan dapat dikatakan sebagai mengurus urusanmu sendiri."     

Dia merasa detak jantungnya berhenti atas kata-katanya. Norman mengetahui hal itu. Dia tahu bahwa mereka sedang menyelidiki tentang kasus penyihir.     

"Kau lupa bahwa tempat ini bukan Valeria tetapi Mythweald," Raja Norman bicara, "Kami menjalankan kerajaan dengan tangan besi. Kami selalu mendapatkan laporan tentang apa yang orang lakukan," dia berkata dan sila membungkuk untuk mengusap rambut Katie tetapi dia menjauh daripadanya, "Dan sepupumu telah menjadi masalah, jika saja dia mengikuti rencana yang telah dirancang maka dia tidak akan berada dalam situasi ini," dia berkata dengan wajah yang tidak senang,. "Kau harus menyalahkannya dan sekarang hal itu tidak penting karena dia sudah mati."     

Katie mendengar langkah dua orang dari kejauhan, dan ketika semakin mendekat dua penjaga membawa seorang pria masuk ke dalam sel di sampingnya sebelum menjatuhkannya ke tanah,. Dia mendengar pria itu mengerang dengan kesakitan dalam kegelapan. Para penjaga mengunci pintu sel dan pergi.     

Ketika pria itu duduk, menyipitkan matanya dan dengan cahaya yang kurang dia melihat wajah pria itu yang menunjukan warna biru gelap terbentuk di pipinya dan bibirnya pecah, membuat matanya terbuka lebar.     

"Anakku, Silas telah berbaik hati dan berpikir bahwa kau membutuhkan teman. Biarkan aku memperkenalkannya padamu," dia mendengar Raja Norman berbicara dan mata tahanan itu bertemu dengannya, dia melihatnya dengan terkejut.     

"Ini adalah Malphus Norman. Anakku yang tertua," Raja Norman memuntahkan kata-katanya dengan rasa jijik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.