Kerajaan Valerian

Skakmat – Bagian 2



Skakmat – Bagian 2

0Malphus membawanya ke taman istana dan mulai membersihkan dedaunan kering di atas tanah sehingga terlihat sebuah jalan rahasia. Dia menatapnya dengan terpesona, seolah-olah seluruh istana terbuat dengan pintu dan jalan rahasia, tersembunyi dari mata para petinggi bahkan Raja dan Ratu tidak mengetahuinya, kecuali dua bersaudara.     

Katie masuk ke dalam diikuti oleh Malphus setelah mengunci pintu kecil itu. Dia mendengar dua batu beradu satu dengan yang lain dan ada cahaya di lorong itu ketika Malphus menyalakan obor kecil di tangannya.     

"Obor ini tidak akan menyala sampai di ujung jalan dan kita tidak akan tahu jika seseorang menyadari jalan di mana kita datang sehingga kita harus bergerak lebih cepat," Malphus berjalan di depan.     

"Aku dengar para penyihir akan melaksanakan upacara di hutan," Katie menyampaikan pesan kepadanya.     

"Hal itu membuat kita harus lebih cepat sebelum kita terlibat di dalamnya. Satu kesalahan dan kita akan kehilangan nyawa malam ini," dia bergumam dan kemudian bertanya, "Apa kau tahu, selama ini aku telah berpikir bagaimana kau bisa membawaku dari kematian."     

Katie telah menanyakan hal yang sama tetapi dia tidak pernah mendapatkan jawaban. Pada satu titik dia juga ragu apakah dia memiliki hubungan keluarga dengan para penyihir.     

"Kau pastilah telah mendengar bahwa Raja Alexander adalah anak dari penyihir putih. Tetapi ketika seorang vampire menikahi seorang penyihir yang melahirkan seseorang dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Satu yang sangat langka. Liontin yang berada di lehermu dibuat olehnya untuk menjagamu," mendengar perkataannya kening Katie langsung mengkerut. Alexander telah membuatnya untuk melindunginya? Dia melihat ke arah liontin dalam kegelapan saat batu berwarna biru itu bersinar, "Dia telah jatuh cinta padamu untuk beberapa waktu ini," dia dapat mendengar suara diikuti dengan senyuman saat dia membalikan badan dan menatap Katie.     

"Aku tidak berharap tentang hal itu tetapi ketika kau menghabiskan waktu untuk mebersihkan kuburku, batu pemikat itu pastilah telah menumpahkan beberapa sihir ke kuburku, cukup untuk membawaku kembali dari kematian," dia menjelaskan lebih lanjut.     

"Apakah benar bahwa kau tidak bisa membunuh yang sudah mati?" dia bertanya lagi.     

"Tentu tidak. Adalah alami bahwa yang hidup pasti akan kembali ke asal mereka. Setiap orang akan mati saat waktunya tiba," Malphus berkata saat obor mulai meredup, "Raja Alexander pasti telah mengetahui dan mengambil langkah karena dia mengetahui penyihir akan memotong segala komunikasi dari tanah ini ke tanah lainnya. Walaupun aku tidak diberitahukan alasan mengapa dan bagaimana. Ketika aku bertemu dengan Silas aku mendorong dan memintanya untuk meyakinkan bahwa aku telah mati ketika kau berada di ruangan yang sama denganku. Dan Silas memastikan bahwa dirinya sendiri yang mengeluarkan tubuhku dari sana tanpa satupun penjaga. Maafkan aku telah menciummu," Malphus meminta maaf.     

"A-ah, tidak apa-apa," Dia menjawab dengan kaku. Dia telah melupakan tentang hal itu sebelum kematiannya.     

"Walaupun kau bukan seorang penyihir, kau mempunyai cukup mantra untuk melindungimu yang dipancarkan melalui Raja Alexander. Karena kau yang membangunkanku dari kematian, hal itu adalah penting karena kau telah mengambil kekuatan sihir yang sama sehingga ketika aku mati hal itu mengirimkanku ke bentuk hantu ke Valeria. Aku tidak yakin dan mencoba ide itu, sayang sekali hal itu benar-benar terjadi. Mengetahui betapa dia sangat melindungimu dan tidak mengatakan hal itu padaku, dia hanya memberikan sedikit petunjuk kepadaku. Untungnya aku mengetahuinya ketika kita berada di penjara bersama-sama."     

"Aku senang kau masih hidup," perkataan Katie membuatnya tertawa.     

"Begitu juga dengan diriku, nona kecil," Cahaya obor berkedip lagi, kali ini cahaya obor mulai mengecil, "adalah hal yang baik bahwa kau tidak menghabiskan banyak waktu di rumah pembuat boneka. Bisakah kau membayangkan hantu-hantu yang sangat jelek mengejarmu?"     

"Bagaimana dengan Silas?" Katie bertanya dengan tiba-tiba.     

"Bagaimana dengan dia? Apa dia melakukan sesuatu?"     

"Ester mengatakan bahwa dia telah mengatakan kebenaran mengenai menolong Raja Alexander dan bahwa dia berada di sisi penyihir," Katie menjadi khawatir     

"Dia pasti telah mengganti rencana. Dasar bodoh," Malphus menggumam. Cahaya obor tiba-tiba mati dan mereka dikelilingi dengan kegelapan.     

"Aku merasa bahwa kita akan bunuh diri."     

"Mengapa kau mengatakan demikian? Hidup tidak begitu buruk-"     

"Kau tahu kan bahwa pembantaian akan dilakukan di kota. Di dalam dan sekitar tanah ini."     

"Itu bukan bunuh diri tetapi pembantaian," Malphus mengoreksi perkataan Katie dan keduanya melihat cahaya diujung lorong, "Aku rasa kau benar," Malphus melanjutkan ketika mereka melangkah keluar dari lorong membuat Katie bertanya-tanya tentang apa yang dimaksudkan Malphus.     

Ketika dia melihat keadaan sekitar, mereka telah berada di ujung jurang dan tidak menemukan hal lain sampai dia memandang ke arah pandangan Malphus. Mengambil beberapa langkah, matanya terbuka lebar ketika melihat apa yang berada di bawah mereka, ada api yang dibakar dan menyala dengan terang nya sementara ada lebih dari seratus penyihir yang berdiri di sana, salah satu dari mereka adalah Ester.     

"Haruskah kita kembali?" Malphus bertanya tetapi Katie menarik tangannya.     

"Lihat di sana," dia menunjuk ke arah seorang wanita yang diikat di sisi lain api yang sedang menyala, "Dia seorang penyihir putih, bukan begitu?"     

"Tetapi kita tidak bisa turun ke sana dan menolong wanita itu di depan hanya Tuhan yang tahu berapa banyak penyihir di bawah sana. Bahkan untuk hantu sepertiku hal itu sangatlah tidak mungkin."     

"Tetapi kita tidak bisa meninggalkannya di sana," Malphus menatapnya dengan pandangan mati dan Katie mengembalikan pandangan itu, "Baiklah, kau mungkin benar."     

"Ssh!" Malphus meletakan tangannya ke mulut Katie saat para penyihir semuanya terdiam, "Mereka akan memulai upacaranya," dia berkata saat para penyihir mulai membisikan mantra.     

Ester menarik seekor domba yang diikat di samping penyihir putih, menaruh pisau di lehernya dan menariknya dengan cepat dan darah dengan cepat mengalir keluar. Para penyihir kemudian melanjutkan pembacaan mantranya sebelum seseorang dari kerumunan penyihir ditarik dan kepalanya terpisah dari tubuhnya membuat sebagian besar dari penyihir tertawa dan memberikan dukungan. Katie menatap dengan tidak percaya kebiadaban yang sementara terjadi. Para penyihir tidak punya jiwa, bahkan mereka tidak mempunyai belas kasihan terhadap satu dengan yang lain. dia menyadari walaupun mereka telah memulai upacara itu, mereka butuh darah Alexander untuk menyelesaikannya.     

Ketika Ester meletakan pisau di dada penyihir putih yang ketakutan, dia diinterupsi oleh seseorang,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.