Kerajaan Valerian

Penyihir Kegelapan – Bagian 3



Penyihir Kegelapan – Bagian 3

0Mendengar langkah kaki yang datang dari balik pintu, Katie dengan cepat mencoba untuk menjauh tetapi karena dia menggoyangkan kursinya, dia merasa kursinya oleng sebelum jatuh ke lantai dengan bunyi berdebam. Sekarang kursinya rusak dan satu tangan dan dua kedua kakinya bebas untuk digerakan. Mendengar suara berdebam yang kuat penjaga membuka kunci pintu dan melihat Katie terkapar di lantai.     

"Bagaimana dia bisa terlepas?!" salah satu dari mereka bertanya kepada yang lainnya.     

"Ikat lagi dia ke kursi! Panggil yang lain di luar sebelum Nyonya Ester atau Raja Norman kembali!"     

Orang pertama yang bicara menarik kaki Katie tetapi dia dengan cepat menusukan potongan kayu rusak ke sisi penjaga itu. Melihatnya meringis kesakitan karena serangan yang mendadak. Dalam kepanikan setelah menusuknya penjaga yang lain menangkapnya dari belakang. Tiba-tiba pintu di dalam ruangan itu tertutup dengan suara yang kuat.     

"Buka pintunya," penjaga yang menangkap Katie memerintahkan pria yang lain untuk membuka pintu tetapi ketika penjaga itu melakukannya dia tidak bisa membukanya karena terkunci, "Apa yang kau lakukan? Buka pintu itu?!"     

"Aku mencoba untuk membukanya tetapi pintu ini tidak bisa terbuka," penjaga itu menjawab dan menggoyangkan gagang pintu untuk membukanya tetapi semuanya sia-sia. Kemudian mereka mendengar suara seseorang tertawa. Kedua penjaga saling berpandangan sebelum melihat ke arah pria yang tertawa di ruangan itu.     

Itu adalah Raja Valeria yang tertawa dengan kepalanya yang tertunduk sementara dirinya masih terikat dengan kursi. Suara tawanya begitu menakutkan bahkan membuat Katie merinding. Para penjaga bertanya-tanya apakah Raja itu akhirnya kehilangan akal sehat karena kekurangan darah.     

"Jika kau menginginkan kematian yang tidak begitu menyedihkan aku menyarankan kalian untuk melepaskan tangan kotor kalian darinya," mereka mendengarnya bicara sekali lagi sebelum tawanya menghilang.     

"Berhenti berpikir begitu tinggi tentang dirimu. Seorang pembunuh haruslah menutup mulutnya!"     

"Ya! Aku rasa-" penjaga lain berkata.     

"Lihat dirinya. dia telah dipakukan ke kursi. Hal yang terakhir yang perlu kita takutkan tentangnya. Apa kau pikir kami akan takut, huh?" Penjaga itu menjambak rambut Katie membuatnya berteriak kesakitan.     

Ketika Raja Alexander mengangkat wajahnya, ekspresinya terlihat tenang dan santai. Mereka mendengar sebuah suara di dinding dan Katie menatap ke lantai dan menemukan sebuah paku yang sebelumnya dipakukan ke tubuh Alexander. Satu persatu paku itu keluar dari dari dagingnya dan tergeletak di lantai dengan darah di setiap paku itu. Luka di tangan dan kakinya sembuh dalam hitungan detik dan dia berdiri tegak membuah kedua penjaga dalam ruangan ketakutan setengah mati.     

Dengan sebuah kedipan,, penjaga yang yang mencoba untuk membuka pintu tergeletak di lantai tak bernyawa. Kepalanya telah terputus dari tubuhnya.     

"Ya, apa yang kau katakan sebelumnya?" Raja Alexander bertanya dengan senyuman.     

"A-Aku ma-ma-maafkan ma-" penjaga itu terbata-bata.     

"Apa kau tahu di mana aku bisa menemukan Nyonya Ester?" Raja Alexander tetap tersenyum saat dia bertanya kepada pria itu.     

"D-di-di dalam hu-hutan. To-tolo-"     

"Sekarang. Aku telah memperingatkanmu, bukan begitu," Alexander mengambil potongan kursi di tangannya.     

"Tidak, j-jangan datang mendekat!"     

Beberapa detik kemudian, Alexander telah meraba leher penjaga itu sambil menikmati ketakutan di wajah pria itu. Merasa bahwa Katie sedang menatapnya dia bicara,     

"Sayang jika kau bisa membalikan badanmu," Katie tidak perlu disuruh untuk kedua kalinya karena pemandangan pria yang telah mati di atas lantai telah membuatnya ingin muntah. Dia telah mengeluarkan semua paku tanpa disentuh satu orang pun, sama seperti bulu yang ada di tangannya. Merasa tangan di punggungnya dia melihat baju Alexander penuh dengan darah.     

"Kau…paku…penyihir.." Dia berbisik sambil menatap Alexander, dia tidak bisa membentuk kalimat yang sempurna.     

"Ketika penyihir putih dan seorang vampire menikah, ada kemungkinan yang sangat langka bahwa kedua darah akan bercampur dan melahirkan seorang anak dengan kemampuan yang sama seperti seorang penyihir kegelapan. Anak-anak ini disebut penyihir kegelapan. Ada yang mengatakan bahwa penyihir kegelapan akan menyebabkan kehancuran tetapi karena rahasia dari penyihir putih telah dihapuskan ratusan tahun yang lalu, untuk menyelamatkan anak-anak mereka dan tidak ada yang tahu tentang hal itu.'     

Dia adalah penyihir yang tersembunyi, Katie bergumam dalam benaknya. Dia pernah berpikir tentang kemungkinan bahwa Alexander adalah seorang penyihir putih tetapi menjadi penyihir hitam tidak pernah terpikirkan olehnya.     

Betapa berbedanya penyihir hitam dari penyihir kegelapan? Mungkin dari penampilan mereka, pikirnya.     

"Ambil ini," Alexander berkata memberikan sebuah pedang yang diambilnya dari salah satu penjaga, "Katie setelah kita keluar dari ruangan ini hal akan menjadi sangat sulit untuk kita tetap bersama oleh karena jumlah penjagaan yang telah ditempatkan di tempat ini. Aku ingin kau keluar dari sini dan dari kota secepat yang kau bisa," dia memberikan instruksi.     

"Bagaimana denganmu?" Katie bertanya dengan gelisah dan tatapannya membuat Alexander tersenyum. Alexander mencondongkan badannya dan memberikan ciuman ke bibirnya.     

"Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan. Aku akan mengalihkan mereka sehingga kau bisa melarikan diri. Aku akan baik-baik saja," salah satu sudut bibirnya naik dengan senyuman yang licik, "Kau siap?" dan dia menganggukan kepalanya sambil memegang pedang itu dekat dengan dirinya.     

Ketika Alexander membuka pintu sesuai dengan harapan penjaga yang menyadari kedatangan kedua orang itu memperingatkan penjaga yang lain. Raja Alexander bergerak dengan halus tanpa mengeluarkan sedikitpun keringat saat dia mematahkan leher mereka dan memberikan kesempatan kepada Katie untuk melarikan diri dari tempat itu.     

Katie berlari seolah-olah hidupnya bergantung dengan hal itu, karena kenyataannya memang seperti itu. Rute yang diminta Alexander untuk diambilnya bebas dari penjaga sampai seorang penjaga muncul entah dari mana dengan pedang di tangannya. Pedang mereka beradu satu dengan yang lainnya dan mendengar langkah kaki mendekati mereka dari kejauhan. Dia menyadari bahwa dia tidak mempunyai waktu yang banyak dan dia menendang penjaga itu tepat di antara kakinya. Pria itu jatuh ke lantai dengan kutukan dan mengerang kesakitan.     

"Maafkan aku," dia berbisik dan terus berlari, dan tidak lama kemudian penjaga yang sangat dia benci muncul.     

Leroy berdiri di depannya, ekspresinya terlihat begitu bosan dengan pedang di tangannya.     

Dia tidak akan melepaskannya tanpa menghalangi jalannya. Jauh di dalam hatinya keinginannya untuk kembali kepada Alexander begitu tinggi tetapi di waktu yang bersamaan dia ingin tinggal. Walaupun dia kalah dia akan melakukan hal itu dengan kebangaan.     

"Letakan pedangmu," Perkataan pria itu hanya membuatnya memegang pedang dengan kuat, "Baiklah kalau begitu."     

Pria itu langsung menerjangnya, pedang mereka saling beradu satu dengan yang lainnya. Serangannya begitu cepat tetapi dia beruntung atau karena latihannya dia bisa bertahan dan menghindari serangan pria itu. Ketika pria itu mencoba untuk menyerangnya lagi Katie meloncat ke belakang, jantungnya berdebar dengan begitu cepat.     

Belum lagi dua menit dan dia sudah kelelahan. Katie tidak yakin berapa lama lagi dia bisa melakukan hal ini. Detik berikutnya pra itu membuat pedangnya terlempar ke sisi lain ruangan dan jatuh dengan suara berdenting. Melihat pria itu mengayunkan pedang ke arahnya, dia menutup mata mengetahui tidak ada cara lain baginya untuk melarikan diri. Ketika dia menyiapkan dirinya, dia mendengar suara besi beradu di atas kepalanya.     

Ketika dia membuka matanya, dia melihat dua pedang saling beradu, satu pedang adalah milik Leroy. Matanya mengikuti pedang lainnya dan mengharapkan Raja Alexander tetapi dia melihat orang lain. Matanya terbuka lebar.     

"Ya, nona kecil. Kau merindukanku?" Pria itu bertanya dan matanya yang berwarna abu-abu tersenyum kepadanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.