Kerajaan Valerian

Rahasia Yang Tak Terungkap – Bagian 3



Rahasia Yang Tak Terungkap – Bagian 3

0"Malphus telah mengetahui nasibnya ketika dia memasuki Mythweald. Saat kau memasuki perpustakaan adalah hari dimana Malphus menghubungiku lagi," Katie mengingat bagaimana Malphus terburu-buru meninggalkan gereja setelah dia mengatakan tentang Silas.     

"Dia yang memintaku untuk membunuhnya." pria itu mengatakan dan Katie merasa jantungnya berhenti.     

"Apa? Tetapi..mengapa?" Mengapa seseorang meminta sebuah kematian.     

"Dia telah kehilangan kekuatan dan pikirannya. Ester seorang penyihir telah meletakkan mantra di sekitar kerajaan untuk memastikan tidak seorang pun yang melewatinya tanpa terlihat. Walaupun dia tidak terbunuh, tubuhnya akan berubah menjadi debu dalam waktu seminggu."     

"Ralph tidak melakukan apapun," Katie menatap dengan tajam pria di sampingnya, "Apakah dia telah memutuskan untuk dikorbankan juga?"     

"Aku tidak akan berbohong ketika aku menggunakan Ralph untuk membunuh Raja Valeria tetapi aku tidak ada hubungannya dengan kematiannya. Aku turut berduka," dia menyampaikan belasungkawa tetapi Katie tidak mengatakan apa-apa sesudah itu.     

Saat Silas masih muda dia mempercayai Malphus dan mengikutinya tanpa ragu di pikirannya. Ketika kakaknya menghilang sendirian dalam satu malam tanpa satu katapun, meninggalkannya sendirian, dia sangat terluka dan kesepian. Kesepian yang dia rasakan di istana berubah menjadi kemarahan, seseorang yang dia percayai telah meninggalkannya sendirian. Dan selama ini tanpa kakaknya orang tuanya telah membuatnya melihat hal-hal melalui sudut pandang mereka. Hanya setelah kematian saudaranya maka dia menyadari bahwa tidaklah penting untuk bertahan dengan kemarahan dan keras kepalanya.     

Awalnya bukanlah keinginannya agar saudaranya ikut terlibat tetapi kejadian yang terjadi bukanlah keberuntungan. Penduduk kota dan yang lainnya adalah orang-orang yang hidupnya tidak mempunyai arti apa-apa bagi para bangsawan maupun para Raja. Dia tahu bahwa hal itu tidak akan berjalan dengan baik jika beberapa pengorbanan tidak dilakukan sehingga hal itu tidak bisa dihindari, hal itu termasuk kehidupan saudaranya.     

Katie adalah wanita menarik tetapi dia bukan seseorang yang akan mengambil wanita orang lain. Tidak ketika hal itu melibatkan seorang Raja. Semua ancaman yang diberikan kepada wanita itu adalah ancaman kosong yang harus dilakukan di depan orang lain.     

Jalan yang mereka lalui adalah sebuah terowongan tanpa akhir, mereka berbalik arah dan mulai berjalan balik. Dia menguap, tanpa sadar menyentuh kalungnya dan bermain dengan liontinnya saat mereka berjalan.     

Jadi Nyonya Ester adalah seorang penyihir dan Raja Norman tidak mengetahui tentang hal itu karena dia begitu mencintai istrinya yang sekarang. Malphus telah meminta Silas untuk membunuhnya, pikirnya. Apakah dia terlalu capek dengan hidupnya? Atau apakah ingatannya tentang kehidupannya di selatan membuatnya mengakhiri hidupnya lebih cepat kali ini?     

"Di mana kau menemukannya?" dia mendengar suara Silas, matanya tertuju pada kalung yang ada di tangannya.     

"Batu pemikat ini? Ini adalah sebuah hadiah," dia menjawab.     

"Raja Alexander?"     

"Ya."     

"Hmm."     

Sebelum mereka sampai pada ujung terowongan, Katie menghentikan Silas, "Tunggu," dan dia menarik sebuah kalung dari sakunya, "Apa kau tahu apa ini?" Karena kebahagiaannya melihat Alexander dia telah lupa untuk mengatakan padanya apa yang telah ditemukannya.     

"Simbol pembantaian," Silas menjawab. Silas menatap kalung yang dirubah posisinya membentuk bentuk yang lain, "Lima sisi pembantaian," dan Silas terlihat seolah-olah melihat seorang hantu saat dia terus melanjutkan menatap tanda itu, "Kau cepat," dia bergumam.     

"Terima kasih tetapi kau telah membaca tentang pentagram bukan begitu?" dia bertanya lagi pada Silas dan dia mengangguk.     

"Aku telah membaca apa yang bisa aku temukan. Walaupun aku tidak menelitinya dengan baik."     

"Buku itu mengatakan tentang lima sisi di mana darah putih, darah kegelapan, darah dari orang yang tidak berdosa dan darah seorang penyihir," Katie menghitung dengan jarinya satu demi satu.     

"Dan cahaya bulan. Itulah lima sisi pentagram," dia melanjutkan dan pada saat yang bersamaan Katie mendengar suara bel di pintu keluar membuat jantungnya hampir keluar dari dadanya.     

"Apa itu?" dia bertanya lagi.     

"Seseorang berada di pintu," Silas berkata sebelum membuka pintu dan menutupnya setelah mereka keluar, "Bukan tali maupun benang, bel itu ditempelkan pada jaring laba-laba. Setiap kali jaring itu putus, maka bel akan berbunyi dan laba-laba akan membuat jaring yang baru. Tidurlah di sini malam ini."     

Malam itu Katie tidak dapat tidur. Dia terbangun berkali-kali untuk melihat Silas duduk di depan perapian. Dia tidak banyak bergerak malahan dia sedang berpikir tentang sesuatu.     

Di sisi lain dari tanah Mythweald, Eliot dan Sylvia berada di sebuah toko yang menyediakan makanan dan minuman untuk pelancong walaupun hari sudah jauh malam. Mereka telah berpakaian sebagai penduduk desa dan untuk memastikan penampilan mereka, Sylvia telah merobek pergelangan tangan baju Elliot.     

Mereka sedang menyamar sebagai suami dan isteri di depan orang-orang saat mereka bicara dengan rakyat jelata. Elliot menjadi orang yang menarik telah mengumpul kan penonton di sekitar mereka.     

"Cantik eh?" Seorang pria menepuk punggung Elliot yang membuatnya menumpahkan minumannya ke atas meja     

"Istriku yang cantik," Elliot menyeringai dan meletakan sebuah ciuman di pipi Sylvia dengan kegenitan di matanya.     

"Bukankah kau begitu berlebihan?" Sylvia berbisik padanya.     

"Kau pikir begitu? Apakah kau tahu bahwa aku ingin menjadi seorang aktor ketika aku masih seorang anak-anak, aku anak tunggal, sehingga ayahku ingin aku melakukan sesuatu yang berguna," Elliot berkata, "Maksudku mengapa tidak membiarkan seorang anak kecil menjadi apa yang ingin dia mau."     

"Kau benar, Tuan!" pria yang lain meletakan gelasnya ke meja, "Hanya jika…" Pria itu bergumam pada dirinya sendiri kemudian berkata, "Apa pekerjaanmu."     

"Aku membangun rumah," Elliot menjawab dengan riang membuat mereka mengangguk dan tidak lama kemudian mereka mulai berbagai tentang keluh kesah pekerjaan mereka.     

Ketika mereka keluar dari toko menuju penginapan, mereka mendengar sesuatu berkibas diantara cabang-cabang pepohonan dan sebuah kertas yang terlipat jatuh.     

Menunduk Elliot mengambil sebuah kertas dan membukanya.     

"Ada apa?" Sylvia bertanya padanya.     

"Waktunya telah tiba," dia mengangkat kepalanya dan melihat bulan yang telah berubah dari warna putih menjadi orange terang.     

"Kita akan mulai bekerja besok," Sylvia menyatakan.     

"Benar. Besok malam," Elliot membenarkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.