Kerajaan Valerian

Rahasia Yang Tak Terungkap – Bagian 2



Rahasia Yang Tak Terungkap – Bagian 2

0Silas dengan cepat berjalan ke mejanya dan mulai menulis sesuatu di atas kertas dan kemudian Katie mengintip untuk membaca 'Ikuti aku' membuatnya bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi.     

Silas berjalan menuju ke arah pintu, langkah kakinya tidak membuat satu suara pun dimana biasanya berbunyi di atas lantai istana. Dengan sebuah gerakan cepat, dia memutar gagang pintu, membukanya untuk menunjukan pelayan yang melayani Katie berdiri di depan pintu.     

"Tuan Silas," dia menundukan kepalanya.     

Katie telah memastikan untuk berhati-hati ketika dia berjalan menuju ruangan Silas, dia telah begitu berhati-hati dengan setiap langkah, membuka telinga untuk suara apapun. Perasaannya mengenai pelayan itu benar. Tidak peduli betapa baik seseorang terlihat di depan Katie, gadis itu tidak seperti kelihatannya.     

"Aku tidak mengingat telah meminta seseorang untuk berada di sini di jam seperti ini," dia bertanya kepada gadis pelayan itu, matanya menatap tajam padanya.     

"Maafkan aku, Tuan. Baik pelayan yang melayanimu maupun aku tidak menerima perintah dari Nona Welcher untuk datang ke sini malam ini. Aku menemukan hal itu sangat mencurigakan dan-" Silas menaikan tangannya dan pelayan itu menghentikan kata-katanya dengan cepat.     

"Aku meminta Nona Welcher untuk datang ke kamarku ketika aku menemuinya tadi sore. Kau dapat melihat bahwa kami harus menegosiasikan beberapa hal saat dia hidup denganku," ketika dia membalikan badannya Katie menganggukkan kepalanya. Pelayan itu kelihatannya menyadari sesuatu dan wajahnya menjadi merah dan menatap lantai di bawah kakinya. "Dan aku akan menghargai jika tidak ada yang akan datang dan mengganggu kami. Aku tidak ingin seorangpun mendengar teriakan wanitaku ketika dia sedang bersama denganku. Apa kau mengerti?" dia kemudian tersenyum membuat pelayan itu mengangguk.     

"Tentu saja, tuan. Selamat malam, Nona Welcher," dia menunduk dan pergi.     

Silas yang sedang berdiri di depan pintu, melihat bayangan pelayan itu menghilang kemudian mengunci pintu.     

"Ruangan ini tidak aman bagi kita untuk berbincang," Silas berkata sambil berjalan menuju lemari.     

"Kau punya pintu di dalam lemari?" Katie bertanya saat melihatnya menggerakan gantungan baju. Dia menarik salah satu darinya dan memberikannya pada Katie.     

"Lemari pakaian adalah gaya yang sudah tua. Hal ini adalah hobi rahasia yang dibagi antara diriku dan kakakku. Membuat sedikit trik dan jalan-jalan rahasia di istana," dia berkata sambil berjalan di depan meja rias yang mempunyai kaca besar.     

Dia menggerakkan tangannya menyusuri sudutnya sebelum menendang laci dengan sepatunya. Kaca tiba-tiba terbuka seperti pintu kaca yang menunjukan sebuah lorong gelap tanpa akhir.     

"Tidak ada orang yang mengetahui hal ini? Setidaknya seseorang pasti telah menemukan ini," Katie bertanya sambil mengikutinya ke dalam Lorong. Pintu kaca tiba-tiba tertutup dan untuk beberapa detik segalanya menjadi gelap sampai obor tiba-tiba menyala dengan sendirinya di kedua sisi dinding.     

"Kami telah memastikan agar para pelayan menjauhi tempat-tempat itu, dan jalan-jalan ini telah di kunci dan ditutup sejak Malphus melarikan diri dari istana. Tidak hanya dinding bertelinga. Terkadang angin membawa kabar berita juga," Suaranya yang pelan menggema di jalan itu.     

Hanya suara langkah kaki mereka yang bergema dalam jalan rahasia itu saat mereka berjalan untuk beberapa saat. Katie tidak yakin bagaimana bertanya tetapi setelah mengumpulkan keberanian akhirnya dia bertanya,     

"Kau kelihatannya sangat menyayangi Malphus. Mengapa kau membiarkannya mati?" dia bertanya tetapi tidak menerima jawaban. Dia menemukan segala hal ini sangatlah aneh. Pertama, Silas membiarkan ayahnya membunuh Malphus, dan kedua Silas adalah anak kesayangan orang tuanya dan anak penurut yang tidak akan menipu orang tuanya. Ketiga dia telah menunjukan ketertarikan padanya yang sekarang membuatnya bertanya-tanya apakah hal itu adalah sebuah tipuan oleh karena dia menolong Raja Alexander dengan apapun perjanjian kedua orang itu.     

"Malphus bukanlah saudara tiriku. Dia adalah kakak sedarahku," dia bergumam tetapi Katie mendengarnya dan dia melanjutkan, "Kami, maksudku, Malphus dan aku berbagai begitu banyak hal. Mata berwarna hijau, warna rambut, rahasia-rahasia dan...ibu yang sama."     

'Kau bukan anak Nyonya Ester?!" Katie sangat terkejut.     

"Tidak. Dia bukan ibuku. Dia tidak mengetahui bahwa aku bukanlah anaknya, sampai sekarang dia tidak mengetahuinya. Aku percaya bahwa kakakku telah mengatakan beberapa hal tentang keluarga kami," dia berkata dan diam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya, "Ayahku walaupun telah membiarkan begitu banyak pria lain meniduri ibuku dia telah menghamilinya tanpa sengaja saat mabuk dan dan beberapa minggu kemudian dia menghamili seorang anak yang lain dengan pernikahannya dengan Ester. Keluarga ibuku memastikan menjaga hal ini sebagai rahasia karena anak yang lahir tidak pernah diinginkan ayah kandungnya sendiri. Mereka memastikan tidak ada yang tahu tentang hal ini, menyembunyikannya selama berbulan-bulan. Anak seorang penjahat."     

Katie menyadari bahwa Silas telah memanggilnya dengan nama ketika menyebutkan nama Nyonya Ester. Dalam bayangan dia kelihatan seperti Malphus membuat hatinya sakit karena kehilangan seorang teman seperti Malphus. Silas juga membawa kesakitan ketika dia bicara tentang keluarganya.     

"Sangat mengejutkan bahwa ibuku dan Ester melahirkan pada saat yang bersamaan dan saat itulah semuanya berubah. Ibuku tidak tinggal di istana dan ketidakhadirannya digantikan posisinya dengan Ester, walaupun dia masih terikat pada ibu kami. Tidak seorangpun diijinkan untuk berada dekat dengan ibu baru tetapi ketika Malphus masih kecil ayah mulai membencinya. Kakekku, ayah dari ibuku entah bagaimana memasukan ke dalam istana, waktu itu aku baru saja beberapa menit lahir dan menukarkan kedua bayi. Apa kau tahu bahwa tidak lama kemudian raja memerintahkan untuk membunuh anak dari istrinya."     

"Apakah ibumu tahu tentang hal itu?" Katie bertanya padanya dengan pelan dan dia menggelengkan kepalanya.     

"Dia tidak mengetahuinya. Hanya kakek dan Malphus yang mengetahui hal ini, aku dan kau. Beberapa rahasia perlu untuk dikubur dalam tanah karena kau tidak tahu kapan kesialan akan datang," Pria itu mendesah, "Ibuku menangis dan bersedih atas kehilangan anaknya. Terkadang aku berpikir, jika kakek mengatakan kepadanya bahwa aku masih hidup apakah dia akan mempunyai keinginan untuk hidup tetapi terkadang aku merasa senang."     

"Ester adalah wanita egois dan sepanjang bertahun-tahun, baik aku maupun Malphus mengetahui bahwa wanita itu adalah seorang penyihir yang menyamar."     

"Tetapi kau membiarkannya mati," Katie berkata dengan nada menuduh, keningnya mengerut, "Jika kau benar-benar menyayanginya kau seharusnya tidak membiarkan dia mati."     

"Dia yang memintanya," dia menjawab dengan singkat.     

"Aku mengerti bahwa sering membuatmu marah tetapi bukan berarti kau berhak membuatnya terbunuh di depan matamu sendiri," suaranya naik saat dia bicara, "Maksudku kau adalah adiknya dan ka-mph!"     

"Bicara lebih kuat dan kita akan tertangkap. Aku benci wanita," Silas mengertakan giginya, dia telah menggerakan tangannya untuk menutupi mulutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.