Kerajaan Valerian

Sendirian – Bagian 2



Sendirian – Bagian 2

0Pria itu mengikuti perintah dan berjalan menjauh dari wanita itu saat Raja muda datang dan berdiri di depan ayahnya, "Aku rasa kau tidak mengerti ayah ketika aku mengatakan aku menginginkannya. Aku tidak ingin ada orang yang menyentuh atau melukainya kecuali aku memerintahkannya.'     

"Aku akan menemukan pengantin yang lebih baik daripada rakyat jelata ini. Kau tahu benar bahwa aku sangat tidak menyetujui siapapun yang berasal dari rakyat jelata. Hal itu Selalu menjadi yang terbaik dan akan berlanjut seperti itu," Raja Norman menyatakan sambil memandang wanita di lantai yang sekarang gemetar ketakutan.     

"Tentu saja, ayah. Aku tidak melupakan nilai-nilai yang kau ajarkan padaku tetapi aku akan sangat menghargai jika kau tidak melakukan satu hal pun padanya tanpa sepengetahuanku. Malphus tidak mempunyai informasi tentang dokumen yang kau bicarakan jadi mengatap tidak mengakhiri ini saja ayah?" Silas bertanya dan mendesah, "Kita punya hal lain yang lebih penting daripada menghabiskan waktu kita di sini."     

Raja Selatan menepuk bahu Silas kemudian berbalik dan menatap anak tertuanya dengan seringai, "Apakah kau lihat sekarang? Mengapa dia anakku dan kau tidak?"     

"Tentu saja. Lagipula burung sejenis akan berkumpul bersama dan aku senang aku tidak," Malphus berkata tanpa penyesalan, "Hanya penakut yang bisa melakukan hal-hal yang rendah seperti itu."     

Raja Norman masuk ke dalam sel Malphus dan berdiri di depannya, "Aku tidak berhasil terakhir kalinya karena aku mengirimkan orang lain tetapi kali ini aku akan melakukan pekerjaan ini sendirian. Aku menyesal menghabiskan waktuku dengan menjadi ayahmu."     

"Aku rasa tidak semua orang mencoba menjadi seorang ayah karena ketika kau menjadi salah satunya kau tidak perlu mencoba tetapi berharap darimu akan terlalu berlebihan," Malphus tertawa, dia sedang membuat pria itu marah.     

Beberapa detik kemudian, Katie melihat segalanya terjadi dalam gerakan pelan. Malphus sedang bicara dengan Raja dan tersenyum sebelum Raja mengambil sebuah pedang dan menusukkan pedang perak itu ke perutnya membuatnya kesakitan.     

"Tidak!," Katie berteriak, dengan kakinya yang sudah bebas dia berlari ke arah sel tempat Malphus ditahan tetapi Silas menahannya, "Lepaskan aku!," dia mendorongnya dengan kuat dan masuk ke dalam ruangan Malphus, sekarang dia berada di tanah sedang memegang perutnya dan merintih kesakitan.     

Dengan cepat dia duduk di sisinya, tidak tahu bagaimana cara menolongnya saat dia mengerang kesakitan.     

"Aku berjanji bahwa aku akan mengirimmu ke mana ibumu berada, bukan begitu? Buang dia ketika langit sudah gelap," Raja Norman memberikan pedangnya kepada salah satu pria.     

Silas menatap saudaranya yang terengah-engah tidak bisa bernafas. Tubuhnya menjadi lemah ketika waktu berlalu. Dia melihat wanita di depannya menatapnya dengan wajah penuh dengan air mata tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengurangi kesakitan yang dirasakannya, malahan dia berdiri di sana seperti patung. Darah membasahi kemejanya seperti api di hutan yang kering.     

"Silas, kemana kau? Bodoh?"     

"Aku di sini!"     

"Apa yang kau lakukan di sana di atas pohon? Ayo turun," saudaranya tersenyum padanya.     

Silas merasa kenangan dari masa lalu muncul di hadapannya, kenangan yang telah dia lupakan. Dia mengepalkan tangannya dengan marah. Itu semua adalah kesalahan Malphus. Jika dia tidak pernah meninggalkan tempat itu maka hal-hal tidak akan menjadi seperti ini, pikirnya.     

Ketika dia menatap saudaranya lagi, kali ini mata mereka bertemu dan matanya menjadi lebar ketika dia melihat senyuman di wajah saudaranya yang sekarat. Ayahnya berjalan keluar dari ruangan, meletakkan tangannya di bahunya dan membawanya keluar.     

"Katie," Malphus tersenyum padanya, sebuah senyuman yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya, sebuah senyuman yang hangat, "Bisakah kau membantuku untuk duduk?"     

"Y-ya tentu saja," dia menjawab sambil menolong Malphus untuk duduk dari tanah dan menolongnya bersandar di dinding sehingga dia bisa menyangga dirinya sendiri, "A–apa yang harus aku lakukan? Bagaimana cara aku menolongmu?"     

"Duduk denganku, Nona. Itu akan menjadi hal yang lebih daripada yang aku butuhkan." dia menjawab sambil menarik nafas panjang, "Dari semua tempat aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan mati di sini. Ini adalah tempat terakhir yang aku pikirkan…aku pasti sangat beruntung menghindari kematian dan kembali lagi. Itulah yang terjadi ketika kau mencurangi…kematian."     

"Maafkan aku membuatmu melalui hal ini. Jika Alexander tidak membuatmu datang denganku dan aku tidak mengirimmu ke Valeria hal ini pasti tidak akan terjadi. Harapanku untuk mengirimkan pesan telah membuatmu kehilangan nyawamu," dia menangis dan Malphus menggelengkan kepalanya.     

"Kau lupa bahwa kau lah yang memberikanku kehidupan kedua. Jika bukan karena kau membersihkan kuburanku- " Katie memotong perkataannya untuk melanjutkan apa yang akan dia katakana.     

"Dan meletakan bunga yang membuatmu alergi," keduanya tertawa kemudian Katie menangis lagi.     

"Aku merasa sedikit pusing dan mengantuk. Sangat mengantuk." Katie mendengar dia bergumam dengan matanya mulai tertutup.     

"M-Malphus," suaranya bergetar ketika dia memanggil namanya. Apakah dia…     

"Kau tahu Katie," dia kemudian berkata sambil membuka matanya yang berwarna abu-abu, "Aku senang bertemu denganmu. Senang bahwa kau yang membangunkanku dari kematian dan mengembalikanku juga. Betapa ironis…" Katie menangis dan berpegang kepada setiap kata yang dia katakan.     

"Untuk alasan yang aneh sangat mengesalkan ketika melihatmu menangis, Nona kecil. Aku perlu mengatakan sesuatu padamu, mendekatlah."     

Ketika mereka saling berhadapan, dia mencondongkan dirinya untuk bicara padanya, "Aku ingin mencoba hal ini sebelum aku mati," dia berbisik kepadanya dan memberikan ciuman ringan seperti udara di bibirnya sebelum menarik dirinya dan bersandar di dinding.     

Katie merasa terkejut, matanya melebar oleh karena aksinya.     

"Kau tidak perlu pergi ke istana. Jadilah egois dan selamatkan dirimu…larilah dari sini,.." adalah kata-katanya yang terakhir.     

Bibirnya bergetar saat melihat tubuh tanpa jiwa lagi, wajahnya terlihat tenang dan dia menangis lagi. Dengan tangan bergetar dia menutup mata Malphus.     

Dia menangisinya sambil duduk di samping tubuh Malphus, sehingga tidak ada lagi airmata dan energinya habis. Dia berada di tanah di mana dia tidak mempunyai seseorang maupun kenalan. Dia merasa sangat sendirian sehingga bayangan yang muncul saat matahari mulai terbenam menyelimutinya seperti kepompong.     

Siang sudah lewat ketika pria bernama Leroy kembali untuk mengambil Katie ke istana sesuai dengan perintah Norman. Katie tahu bahwa lebih baik tidak melawan karena kali ini dia tidak punya kekuatan di tubuhnya. Mengucapkan kata-kata perpisahan kepada Malphus dia mengikuti pria itu     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.