Kerajaan Valerian

Mythweald- Bagian 2



Mythweald- Bagian 2

Satu menit telah berlalu, melihat bahu Malphus menjadi santai Katie bertanya padanya,     

"Apa yang terjadi?"     

"Seseorang yang tidak diundang berada di kota, sedang menyusuri jalan-jalan," dia menjawab sambil memeriksa pintu apakah terkunci dengan baik kemudian bertanya, "Mengapa kau tidak tidur?"     

"Aku berniat untuk tidur ketika aku melihat seseorang melewati jendela. Apa maksudmu yang tidak diundang?"     

"Sekarang sudah jam satu lewat tujuh menit, waktu yang ganjil bagi seorang manusia untuk berjalan-jalan di kota kecuali para penjaga tetapi aku tidak yakin dengan hal itu."     

"Aku tidak yakin. Siapapun itu kelihatannya telah pergi sekarang. Kau seharusnya tidur," dia berkata sambil mengantar Katie ke ruangannya.     

Setelah memastikan Katie telah tidur, Malphus memutuskan untuk meninggalkan lilin di sudut ruangan.     

Keesokan paginya Ralph telah meninggalkan rumah ketika Katie membangunkan Malphus, dia sendirian di rumah karena dia tidak perlu bekerja hari itu.     

Dia memasak dan membersihkan, mencuci pakaian dan membiarkan pakaian untuk kering di udara terbuka. Tidak ada sinar matahari sehingga dapat dipastikan bahwa baju akan kering lebih lama daripada biasanya.     

Siang harinya dia memutuskan untuk menuliskan sebuah surat, bukan kepada Raja Alexander tetapi kepada Elliot dan yang lainnya. Dia merindukan mereka. Dengan hari-hari yang dia habiskan di Valeria, waktu-waktu tersebut adalah waktu terbaik yang dia rasakan dalam hidupnya. Memikirkan hal itu membuat dirinya tersenyum. Sambil menggigit bibirnya dia mulai berpikir sebelum mulai menulis surat, dia menuliskan tetangga Mythweald dan menanyakan kabar mereka. Setelah dia selesai dia meletakan pena dan melipat kertas surat. Dan saat Malphus kembali dia dapat mengirim surat itu beserta dengan laporannya.     

Saat mereka kehabisan sayuran, dia berjalan menuju ke jalan utama yang menuju ke pasar. Sambil memandang ke arah sekitar, dia menemukan dua pria yang sedang memukuli seorang pria. Walaupun langkah kakinya menjadi pelan, dia tidak berhenti untuk menonton melainkan tetap melanjutkan perjalanan. Terakhir kalinya mereka melihat hal yang sama, Malphus telah menghentikannya, menyarankannya untuk berjalan dan tidak ikut campur urusan orang lain.     

Dia seharusnya menjaga diri dari masalah sementara berada di kerajaan selatan.     

Membeli sayuran dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan dia berjalan kembali ke rumah ketika mendengar suara keributan dari panggung dimana tempat itu digunakan untuk pengumuman. Bertanya-tanya dengan apa yang menyebabkan keributan dia berjalan mendekat ke arah kerumunan yang telah terbentuk.     

Dia melihat dua orang pria menahan seorang wanita yang tangan dan kakinya diikat dengan tali.     

"T-tolong hentikan!" wanita itu memohon sambil menangis, dia mencoba untuk membebaskan dirinya dari ikatan, "K-kalian salah mengerti!"     

"Diam kau brengsek!," seorang pria besar dengan seragam berkata, "Jangan mencoba untuk membodohi kami," dia meludah di wajah wanita itu.     

"Para hadirin, seperti yang kalian lihat di sini kami telah menangkap seorang penyihir yang telah mencoba untuk menculik anak-anak dari rumah-rumah kita. Kita telah kehilangan pria, wanita, anak-anak oleh karena makhluk terkutuk, mereka bertanggung jawab karena mengganggu kehidupan damai kita. Apa yang kalian pikir kita harus lakukan padanya?" pria itu bertanya dengan suara yang keras ke arah kerumunan.     

"Tarik keluar lidahnya!"     

"Bakar dia!"     

"Bunuh dia!" terdengar suara-suara marah dari kerumunan yang ditujukan kepada wanita muda yang sedang terikat.     

Wanita itu menangis, meminta kepada kedua pria itu berkali-kali tetapi mereka tidak mempedulikannya.     

"Aku bukan salah satu dari mereka! Tolong dengarkan aku! Tolong!" dia menangis saat kedua pria itu mulai menancapkan sebuah tiang di tengah-tengah kerumunan.     

Membawa wanita muda itu maju, mereka mengikatnya di tiang sebelum meletakan kayu dan cabang di sekitar kakinya. Ketika pria dengan seragam membakar cabang-cabang kayu membakar kayu itu dengan perlahan. Wanita itu berteriak dan mencoba untuk membebaskan diri, dan para penduduk kota hanya melihat seolah-olah itu adalah hal yang biasa.     

Teriakan wanita itu tidak terdengar lagi setelah wanita itu mati oleh karena panas dan terbakar, seluruh tubuhnya diselimuti oleh api. Katie tidak bisa melakukan apa-apa kecuali terdiam di tempatnya berdiri karena sangat terkejut dengan kejadian di depannya. Dia tidak tahu berapa lama dia berdiri disana saat tubuh wanita muda itu terbakar menjadi debu. Dia tidak sadar sampai Ralph menarik tangannya menjauh dari tempat itu.     

"Mengapa…" dia berbisik dengan sedih sebelum kemarahannya muncul, "Dia- mereka bahkan tidak mengadakan pengadilan! Dia adalah seorang manusia! Mengapa mereka melakukannya…"     

"Itulah apa yang mereka lakukan dengan penyihir. Para penyihir meneror para penduduk kota. Orang-orang tidak ingin kena resiko sehingga memilih untuk membakar para penyihir setelah mereka mendapat kabar tentang keberadaan para penyihir di kota," sepupunya menjelaskan sambil membawa membawanya kembali ke rumah.     

"Tapi-"     

"Begitulah hal yang terjadi, Katie. Dimana saja. Kita tidak bisa mengubahnya, hal itu bukanlah hak kita tetapi Raja dan pihak berwenang. Ini," dia berkata sambil menyodorkan sebuah gelas air ke arah Katie, "Kau akan baik-baik saja sendirian?" dia bertanya dengan nada prihatin dan Katie mengangguk.     

"Aku akan baik-baik saja," dia berbisik sambil menatap gelas setengah penuh.     

"Jangan berpikir terlalu keras dengan apa yang terjadi hari ini, oke?" dia menepuk kepala Katie dan pergi meninggalkan rumah.     

Walaupun sepupunya mengatakan padanya untuk tidak memikirkan tentang apa yang terjadi di kota, dia tidak bisa melupakan ketika wanita yang tidak bersalah dibakar tanpa diberikan kesempatan untuk memberikan penjelasan. Jika kerajaan selatan dijalankan seperti ini maka hal ini tidaklah adil. Para petinggi di daerah selatan telah membunuh seorang wanita mengatasnamakan penyihir tanpa alasan yang jelas.     

Apakah ini caranya ibu Raja Alexander dibakar hidup-hidup? Dia dibunuh tepat di depan matanya, seorang anak kecil, pikirnya sambil meremas gaunnya dengan penuh kesedihan. Pemikiran itu sangatlah menyakitkan.     

Katie menghabiskan waktunya di rumah sementara Ralph telah pergi untuk bekerja dan Malphus telah menghilang seperti waktu-waktu yang lain tanpa pemberitahuan.     

Hari berlalu dengan cepat Katie melihat Malphus menggambarkan sesuatu di atas kertas, ingin tahu dia mengintip apa yang sedang digambar dan keningnya mengerut.     

"Bagaimana kau tahu tentang hal ini?" dia bertanya kepada Malphus     

"Aku menemukannya di kota. Mengapa kau bertanya?" Malphus bertanya balik. Raplh yang telah berada di luar datang dengan kertas yang kusut di tangannya. Melihat gambar Malphus dia berkata,     

"Aku telah melihat hal ini sebelumnya," dia mencoba untuk mengingat, "Ah! Aku ingat sekarang! Aku melihatnya ketika kami disandera oleh para penyihir, jadi ada penyihir di kota yang meninggalkan tanda-tanda. Jika kita mengikuti tanda maka akan mudah untuk menemukan para penyihir," dia berkata tetapi Katie sedang memikirkan hal yang lain, "Ngomong-ngomong, apakah ini milikmu?" dia bertanya pada Malphus dan memberikan sebuah kertas yang sedang dipegangnya. Malphus terkejut ketika melihatnya.     

"Di mana kau menemukan hal ini?"     

"Di luar dekat tempat sampah. Apakah ini laporan yang kau kirimkan ke Raja Alexander?"     

"Benar." Malphus menatap kertas itu, "Kelihatanya ini tidak pernah sampai."     

Katie kemudian bertanya pada Malphus, "Di mana kau melihat tanda ini?"     

"Semalam ketika aku berjalan sekitar kota. Aku menemukan tanda ini di seluruh kota. Perjalanan yang jauh tetapi aku harus melihat tanda ini," melihat wajah Katie menjadi pucat dan kedua pria menatapnya dengan penuh pertanyaan.     

"A…aku rasa penyihir tidak tinggal di tempat ini," dia berkata sambil menyentuh gambar di atas kertas yang berbentuk lingkaran dengan segitiga di tengahnya,     

"Ini adalah persiapan untuk pembantaian kota."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.