Kerajaan Valerian

Mata Berwarna Hijau - Bagian 4



Mata Berwarna Hijau - Bagian 4

0Katie terbaring di bawah Alexander saat dia mencoba menenangkan dirinya.     

Alexander telah menciumnya, pikirnya dengan mata yang tertutup. Walaupun bibir Alexander tidak berada di bibirnya dia masih dapat merasakan hasrat muncul ketika dia dicium.     

Terasa seperti mimpi, mungkin saja sedang bermimpi; Raja Alexander tidak akan bersikap seperti itu apalagi menciumnya. Tapi dia telah membuktikan bahwa dia salah ketika dia merasakan jarinya berada di pipinya dan ketika membuka mata, Alex sedang menatapnya dengan intens.     

Dengan senyuman yang lemah lembut Alexander bergerak dan berjalan menuju jemarinya.     

Dengan jantung yang berdebar begitu kuat oleh karena ciuman dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, Katie berdiri dari tempat tidur dengan kaku.     

Pada awalnya di menciumnya dengan pemikiran bahwa dia telah salah mengira bahwa Nona Caroline lah yang masuk ke dalam kamarnya tetapi bukan hal itu permasalahannya. Ciuman intimnya yang pertama telah dicuri olehnya. Mengapa Raja Alexander menciumnya?     

Tidak seperti di atas tempat tidur, Katie merasa bahwa Raja Alexander telah kembali kepada sifatnya yang tenang.     

"Surat ini datang tadi sore," dia mendengar Raja Alexander bicara dengan sebuah amplop di tangannya, "dari Annabelle Bingley."     

"Ah, terima kasih," dia berkata pelan sambil mengambil amplop itu.     

"Apakah dia yang kau temui barusan?" tanya Alexander dan dijawab dengan anggukan.     

Pria itu menatapnya dengan lembut tetapi ada satu hal yang tak terungkap di balik tatapan mata merahnya itu. Seolah olah jika dia tidak berhati-hati, maka dia akan jatuh kepada mantra yang tidak dapat dihapuskan. Mereka bertatapan selama beberapa saat sebelum Katie mengalihkan pandangannya.     

Sore ini dia telah memutuskan untuk melupakan perasaannya untuk pria ini dan dia mencoba menikmati waktu dengan Tuan Travers di teater tetapi di sini bukan hanya kembali ke titik nol tetapi dia juga kembali bahwa dia jatuh cinta dengan Alexander.     

Dengan gugup dia bicara,     

"Um, aku harus pergi. Tuan Travers meminta segelas air di ruangannya."     

"Benarkah seperti itu? Kau tidak perlu khawatir dengan hal itu," ucap Raja Alexander, "aku akan menyuruh Martin melakukannya." Tetapi Katie dengan cepat mengelengkan kepalanya.     

"Oh tidak. Sebenarnya Tuan Travers mengatakan bahwa dia ingin aku yang mengambilnya. Selamat malam," dia menundukan kepalanya dan berjalan ke arah pintu dengan hati yang berat.     

Dia telah melarikan diri sebelumnya dan dia masih bisa melarikan diri lagi sebelum dia berubah menjadi pelayan lain yang cemburu di istana itu. Sekarang dia telah menggigit buah apel terlarang dan dengan pasti bahwa suatu hari nanti dia akan berubah menjadi seperti pelayan-pelayan itu dan dia tidak ingin menjadi seperti itu.     

Ketika tangannya menyentuh gagang pintu dan bersiap untuk membukanya dia mendengar suara berdebam yang pelan di atas kepalanya.     

Terkejut dia menengadahkan wajahnya ke atas dan melihat sebuah tangan yang menghalangi pintu agar tidak terbuka. Dia membalikan badanya dan melihat Alexander tersenyum kepadanya.     

"Katherine apakah kau ingat apa yang aku katakan ketika mempekerjakanmu?" Alexander bertanya padanya.     

"Bahwa aku bisa tinggal di sini dengan gratis jika aku bekerja di istana dengan memasak, dan membersihkan halaman," dia menjawab.     

"Dan."     

Dia mencoba mengingat apa yang dikatakannya sebelumnya tetapi dia tidak bisa mengingat sesuatu yang spesifik, "Oh iya, untuk menyisir bulu Areo dan memberinya makan."     

"Dan…" Alexander bertanya lagi sambil melangkah maju mendekatinya.     

"Dan?"     

"Bahwa kau akan menemaniku ketika aku membutuhkanmu," ucapan Alexander membuatnya mengingat lagi akan hal itu tetapi dia tidak mengerti kemana dia akan membawa arah pembicaraan itu, "Tetapi aku tidak mengingat menyuruhmu untuk melakukan sesuatu yang diminta oleh tamu lainnya. Apakah Elliot atau Sylvia menyuruhmu melakukan sesuatu sampai saat ini?" Alexander mengambil sehelai rambut yang ada di bahunya.     

"Tidak," dia menjawab dan sadar dengan tangan Alexander yang sedang memegang rambutnya, "Tetapi Raja Alexander, aku yakin Tuan Travers tidak berniat jahat."     

"Aku bertanya-tanya mengapa dia memanggilmu. Mungkin dia ingin memainkan kartunya sekarang."     

"Kartu?" dia bertanya dengan bingung, tidak mengerti sindiran tajam yang diberikan. "Tetapi dia mengatakan bahwa dia ingin bicara."     

Senyuman di bibirnya menghilang tetapi dia tertawa – tawa yang kosong.     

"Kau salah Raja Alexander, Tuan Travers tidak seperti itu," dia membela dan mata Alex menyipit.     

"Oh…kau telah mengetahui begitu banyak tentang dirinya dalam beberapa jam," dia bertanya dengan nada mengejek dan Katie menelan ludah, "atau karena kau menginginkan dirinya."     

"Apa?" dia berbisik terkejut bagaimana hal ini menjadi seperti ini.     

"Hanya karena seorang pria berbuat baik tidak berarti dia mempunyai niat yang baik. Kau telah mengalaminya sekali, kau ingin hal yang sama terulang? Doa pastinya telah memantraimu dengan kata-kata yang manis sehingga kau membelanya dan tidak mempercayai apa yang aku katakan."     

"Tidak seperti itu! Aku mempercayaimu tetapi aku pikir kau salah mengerti dengan Tuan Travers," dia menjadi resah.     

Dia tidak mengerti mengapa Raja Alexander mengatakan hal jelek tentang pria itu padahal dia tidak melakukan sesuatu yang salah. Dan dia tidak punya hak untuk mengatakan hal seperti itu padahal dia tidak mengenalnya dengan baik.     

Dia seharusnya tidak merasa kesal ketika Alexander telah memilih Nona Caroline ke teater. Apakah ada artinya saat mereka berciuman? Kelihatannya tidak ada yang perlu dibicarakannya, seolah-olah hal itu bukanlah masalah baginya.     

"Bahkan jika aku menaiki tempat tidurnya hal itu seharusnya tidak mengganggumu, lagipula aku hanyalah seorang pelayan," dan kata-kata itu keluar dari mulut katie. Dia hanya ingin memprovokasinya untuk melihat reaksinya tetapi dia menyadari bahwa seharusnya dia tidak melakukannya. Terlambat untuk menarik kata-katanya, "A-"     

Dia merasa rambutnya yang sedang dimainkan oleh Alexander ditarik menyebabkan dia merasa sakit pada tengkuk lehernya dan dia menaikan wajahnya untuk menatapnya, mata dengan mata.     

Tidak ada canda di wajahnya dan matanya mendidih oleh karena kemarahan sebelum bibirnya melengkung. Sebuah senyuman yang tidak sampai di matanya yang sangat menakutkan.     

"Kau benar. Aku seharusnya peduli dengan pelayan seperti dirimu," perkataannya seperti jarum yang menusuk dan dia melangkah mundur.     

"Raja Al-"     

"Pergi, aku tidak punya tugas lagi untukmu malam ini," Raja Alexander membalikan punggungnya.     

Katie menggigit bibirnya melihat Raja Alexander tidak bercanda melainkan sangat serius ketika memintanya untuk meninggalkan ruangan. Pintu terbuka dan ada suara 'klik' ketika pintu tertutup lagi.     

Keluar dari kamar Alexander dengan sebuah surat di tangannya, dia masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. Dia meletakkan surat itu di dalam laci untuk dibaca nanti.     

Dia telah menciumnya dan sekarang dia mengusirnya dari ruangannya oleh karena dia tidak setuju dan memihak Quill. 'Berpihak pada Tuan Travers berarti buruk di mata Raja?' pikirnya. Mengingat bahwa dia harus membawa segelas air untuk Tuan Travers, dia berganti pakaian dan turun ke dapur dan merasa lega saat melihat Corey dan Matilda berada di sana.     

"Salam untuk Nona," Corey berkata sambil menundukan kepalanya dengan dramatis," bagaimana dengan malam Cinderela?"     

"Menyenangkan," Katie menjawab dengan senyuman dan berterima kasih kepadanya, "Corey, bisakah kau membawa segelas air ke ruangan Tuan Traver?"     

"Tentu,'" dia menjawab tanpa bertanya lagi.     

"Terima kasih banyak," dia berterima kasih.     

Kembali ke kamarnya dia naik ke atas tempat tidur merasa capek dengan kejadian sepanjang hari itu, tetapi dia tidak bisa tidur. Ketika dia menutup matanya untuk tidur matanya terbuka lagi, dan terasa seperti hanya sejam ketika pagi tiba.     

Dia bangun dengan kepala pusing, dengan mata setengah tertutup dia bersiap untuk kegiatan pada hari itu. Sebenarnya dia hanya tidur selama tiga jam. Turun dari tangga dan menuju dapur untuk mengambil the Raja Alexander dia mendengar suara Elliot dan Sylvia dari pintu depan.     

"Putri Katie!" Elliot memanggilnya dan memberikannya pelukan, "Bagaimana keadaan Valeria tanpa kehadiranku?"     

"Membosankan," dia menjawab, 'dan sedikit kesepian,' di dalam hatinya.     

"Aku di sini sekarang sehingga hidupmu akan berwarna," dia tersenyum, "Rumahku istanaku!!"     

"Tuan Elliot, kita mempunyai tamu di sini jadi tolong pelankan suara anda," Martin berkata sebelum Elliot membuat keributan di pagi hari ini membuat Katie tersenyum.     

"Selamat pagi, Martin!" Elliot menyapa dengan lebih keras daripada sebelumnya.     

"Selamat pagi Tuan Elliot," Martin mendesah dan menuntun para pelayan untuk mengambil barang-barang mereka dari     

"Siapa tamu kita?" Sylvia bertanya kepada Katie sementara Elliot telah berjalan menaiki tangga untuk bertemu dengan Alexander.     

"Nona Caroline dan saudara laki-lakinya," dia menjawab dan melihat Sylvia merengut, "Apakah semuanya baik-baik saja?"     

"Hm? Oh tentu saja," Sylvia tersenyum sambil menepuk kepala Katie, "Aku rasa kita akan makan pagi bersama kalau begitu."     

Dan seperti yang Sylvia katakan, Nona Caroline, saudaranya Quill, Elliot, Sylvia dan Raja Alexander duduk bersama-sama untuk sarapan pagi. Kelihatannya Nona Caroline akan tinggal dengan mereka dua hari kedepan oleh karena ayahnya belum datang menjemputnya demikian juga Quill tinggal bersama dengannya.     

Mata Katie terkadang menuju ke arah Raja Alexander tetapi tidak sekalipun mata mereka bertemu. Ketika dia melayani Raja, dia hanya melambaikan tangannya dan berbincang dengan Elliot.     

Sebenarnya Quill tidak bertanya mengapa bukan Katie yang membawakannya air. Hal itu terlupakan dan Quill berbicara dengan normal saat mereka bertemu satu dengan yang lainnya, tetapi ketika hal itu terjadi Alexander pasti berada di sekitar.     

Ketika dia membawa ke ruangan Alexander, dia telah menghiraukannya seolah-olah dia tidak berada di sana. Dia telah terbiasa melihat senyuman Alexander, mengucapkan selamat pagi, tetapi perubahan ini sangatlah susah untuk dicerna. Dia telah mencoba untuk meminta maaf tetapi Alexander tidak menghiraukannya.     

Dia telah menggali kuburannya sendiri.     

'Walaupun aku naik ke tempat tidurnya seharusnya hal itu tidak mengganggumu Tuanku Raja, bagaimana pun aku hanyalah seorang pelayan.'     

Katie melihat Alexander tersenyum saat Caroline mengatakan sesuatu. Dia tidak menyadari betapa dia sangat terikat dengannya dan sekarang saat dia menyadarinya dia merasa sakit hati.     

Keesokan paginya ketika dia sarapan, dia membuka surat yang ditulis Annabelle temannya dengan tanggal yang seharusnya dibuka. Bertanya-tanya mengapa dia menentukan tanggal, dia membuka surat itu untuk menyadari bahwa itu adalah tanggal dia dilahirkan.     

Selamat ulang tahun Katherine!     

Aku berdoa semoga seluruh mimpi dan harapanmu menjadi kenyataan.     

PS (Post note) : Donovan akan mengunjungi Valeria kurang dari dua minggu. Aku akan mengirimkanmu surat lagi saat itu.     

Love Anna     

Dan di bawah surat tertulis sebuah alamat, yaitu alamat Annablle     

"Hari ini hari ulang tahunmu?" Dorthy bertanya saat dia mencuri pandang isi surat Katie dan Katie melipat suratnya dan meletakkannya dalam saku bajunya.     

"Mengintip adalah kebiasaan buruk."     

"Tapi hari ini hari ulang tahunmu! Selamat ulang tahun!" Dorthy memeluknya sambil mengucapkan selamat ulang tahun.     

"Shhhh!!"     

"Mengapa kau menyuruhku diam?" Dorthy bertanya dengan wajah merengut, "MATI, COR-mngh-" Katie membekap mulut temannya.     

"Karena kau terlalu berisik pagi ini. Terima kasih," ujarnya sambil berterima kasih.     

"Ada apa?" Matilda bertanya saat dia datang dengan Corey, Fay dan Cynthia di belakang mereka. Dorthy yang tidak dapat menahan berita tentang ulang tahun Katie berterima kasih karena sudah datang dan mendengarkan beritanya.     

"Mengapa kau tidak mengatakan pada kami? Kami bisa merencanakan sesuatu," tanya Corey.     

"Aku sendiri lupa. Waktu berlalu begitu saja dan aku tidak mengingatnya. Jika aku tahu aku pasti akan mengambil satu hari libur," Katie tertawa sambil menggaruk pipinya.     

"Mengapa tidak bertanya kepada Martin?" tanya Fay.     

"Mungkin aku akan melakukannya. Sekarang ayo pergi sebelum kita terlambat bekerja."     

Dan pagi itu dia menarik kakinya ke ruang makan untuk menyajikan sarapan pagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.