Kerajaan Valerian

Satu Gigitan - Bagian 2



Satu Gigitan - Bagian 2

0"Mengapa dewan tidak dipanggil untuk pertemuan?" Biasanya ketika sesuatu terjadi Raja Alexander pasti telah pergi ke pertemuan dewan dan jika salah seorang anggota dewan dibunuh bukankah hal yang penting untuk menemukan pelakunya?     

"Berita belum tersebar begitu jauh. Kami tidak mengetahui tentang hal ini sampai Raja mengirimkan berita tadi pagi. Aku yakin bahwa hanya para Raja dan dewan beserta beberapa orang lagi yang tahu tentang apa yang terjadi."     

"Begitu rupanya," Dia bergumam sambil tenggelam dalam pikirannya.     

Kelihatannya keadaan menjadi sangat kacau di kerajaan, pikir Katie. Dengan pria yang mencoba untuk membagi makhluk malam dari tanah manusia, Norman mencoba untuk membunuh Raja Alexander dan sekarang pembunuhan satu anggota dewan. Semua ini terjadi saat dia telah hidup di sisi lain dari tirai kehidupan yang dipenuhi dengan kedamaian dan satu hal yang dia khawatirkan adalah tentang detail kehidupannya. Tetapi sejak pembantaian di kotanya, tirai telah ditarik dan menunjukan tentang realitas. Para penduduk kota tidak sadar tentang kebenaran yang disembunyikan dari mereka untuk menjaga perdamaian.     

"-ine? Katherine?" dia mendengar Tuan travers memanggil namanya.     

"Ya," dia menjawab sambil memandang mata hazelnya.     

"Benarkah?" Dia bertanya kepada Katie yang dengan cepat meminta maaf karena panik.     

"Maafkan aku, aku tidak mendengar pertanyaanmu sebelumnya."     

"Aku bertanya jika kau bebas sore ini. Aku ingin mengundangmu ke teater."     

"Teater?" Katie memiringkan kepalanya.     

"Ah-tentu. Begini, ada pentas baru di teater dan aku telah mendengar tentang hal itu. Maukah kau pergi? Maksudku dengan aku," Katie terkejut dengan undangan yang begitu tiba-tiba.     

Perkataan tentang teater dan drama mengingatkannya tentang kenangan yang berbeda dan pipinya memerah setelah Raja Alexander membawanya ke teater tengah malam.     

"Aku-" dia mulai tetapi diinterupsi.     

"Aku akan membawamu kembali dengan aman. Aku berjanji," Dia berkata dengan gugup menunggu jawaban.     

"Sayang sekali Katherine tidak akan bisa ikut denganmu Tuan Travers," Mereka mendengar Raja berbicara, sepatunya terdengar di atas lantai marbel, "Dia telah mempunyai rencana malam ini."     

"Begitu rupanya," Katie mendengar Quill bergumam sementara yang lain datang.     

Quill mempelajari Raja Valeria dari sisi lain saat yang lainnya datang berkumpul. Dengan wajah terkejut yang diberikan oleh Katie ketika Raja mengatakan bahwa dia telah mempunyai rencana kelihatannya bahwa Raja tidak menginginkannya untuk diajak keluar olehnya.     

Apakah ini adalah pria yang disukai Katherine?     

Tetapi Raja Alexander bukanlah orang yang mempunyai hubungan tetap atau bahkan dia tidak mempunyai suatu hubungan pun. Sekarang berpikir tentang hal itu, Raja Alexander Selalu menjaga jarak ketika datang ke persoalan wanita di setiap kegiatan atau pesta dansa. Tetapi sekarang Raja berdiri cukup dekat dengan wanita itu.     

Jika Raja Alexander tertarik dengan wanita itu, maka dia tidak punya kesempatan. Ketika mereka beranjak pergi, untuk menguji kebenaran maka Quill mengambil tangan Katie dan menunduk untuk meninggalkan sebuah ciuman di punggung tangannya. Dia telah mengambil waktu yang cukup lama daripada yang dibutuhkan.     

"Quill muda telah tertarik dengan gadis itu," Nyonya Tanner tertawa gembira.     

"Mereka terlihat seperti pasangan," Yang lain ikut berkata membuat mata Katie terbuka lebar sebagai gantinya.     

Ketika quill menarik dirinya, dia tersenyum kepada Katie dan mengucapkan salam perpisahan sebelum menaiki kereta seperti yang lainnya.     

Duduk di kereta, Quill melihat keluar kereta, pepohonan lewat dengan cepat. Sejak kecil dia telah dibawa ke lingkungan dimana dia belajar untuk mempelajari orang-orang, melihat hal-hal kecil yang tidak terlihat orang lain.     

Ibunya adalah istri kedua dari Tuan Barton tetapi mereka tidak tinggal bersama. Setelah ibunya melahirkannya, dia dirawat di bawah tuntutan keluarga barton dan ketika dia berumur tiga belas tahun ibunya meninggal dan dia memutuskan untuk menghancurkan rantai yang tidak terlihat yang mengikatnya dengan ayahnya. Kebenarannya adalah dia membenci ayahnya tetapi dia tetap lah seorang ayah, suami dari ibunya dan dia menghindari kehadiran pria itu.     

Ketika matanya bertemu dengan Raja, Raja telah tersenyum kepadanya. Pada awalnya kelihatan seperti senyuman yang biasanya tetapi beberapa detik kemudian dia menyadari ada sesuatu yang janggal. Seolah-olah sedang menyembunyi kan sesuatu yang kejam.     

Katie mencuri pandang kepada Raja Alexander saat mereka berjalan ke dalam istana.     

"Ada masalah, Katherine?" Dia bertanya sambil memutar kepalanya ke arah Katherine.     

Dia mengatakan Katherine, pikirnya yang berarti bukanlah hal yang baik.     

"Um...apakah kita akan pergi ke suatu tempat malam ini?" Dia bertanya.     

"Tidak," adalah jawaban singkat yang membuatnya merengut. Raja Alexander berhenti untuk mengaitkan rambut Katie di belakang telinganya, "Aku menginginkanmu untuk diriku sendiri, apakah itu salah?" Alexander bertanya membuat jantungnya berdebar dengan kata-katanya.     

"Menghindar dari kota sampai semuanya menjadi tenang. Dengan kejadian ahir-ahir ini kota bukanlah tempat yang aman. Tinggalah di mana mataku bisa meraihmu, mengerti?" dan dengan itu dia berjalan menuju ruangan belajarnya.     

Apakah hal sudah begitu buruk sehingga Raja Alexander menginginkannya untuk tidak keluar ke kota? Mengapa anggota dewan dibunuh dan kepalanya dipenggal? Hal itu terlalu mengerikan.     

Sisa hari itu berlalu dengan cepat. Setelah demam Ralph turun, dia berencana untuk meninggalkan valeria minggu depan. Katie menginginkannya untuk tinggal dan sepupunya menginginkannya untuk pergi dengannya. Ralph tahu tentang kenalannya yang tinggal di kerajaan selatan dan memutuskan untuk tinggal di sana. Dia bertanya-tanya tentang keputusannya apakah hal yang benar untuk tinggal di Valeria. Tetapi itulah yang diinginkan hatinya. Dia hanya mengikuti kata hatinya dan kelihatannya pikiran nya juga ingin tinggal.     

Suatu malam ketika mereka kembali ke istana setelah menonton pentas berjudul 'Sembunyi' Raja Alexander telah membawanya ke kamarnya untuk menyerahkan sebuah surat yang telah dikirimkan oleh Annabelle kepadanya. Temannya telah melahirkan seorang anak perempuan. Dia sangat senang mendengarnya dan mengirimkan berkat untuk keluarganya.     

Ketika dia selesai membaca surat itu, dia mendongak dan melihat Raja Alexander menatapnya dengan senyuman.     

"Aku tidak tahu mengapa tetapi melihatmu tersenyum membuatku bahagia," Alexander berkata sambil mengambil surat dari tangannya dan meletakannya di meja, "Apa kau yakin dengan hal ini? Mengirimkan sepupumu ke kerajaan lain?" Alexander bertanya padanya lagi.     

"Aku tidak bisa memikirkan hal yang lain," dia menjawab saat Alexander bermain dengan jarinya, "Aku berharap bahwa dia akan tinggal tetapi dia telah menetapkan pikirannya. Dan memaksanya untuk tinggal di sini rasanya tidaklah benar," Dia berkata, matanya menjadi berair.     

Tidak seperti dia tidak akan melihat sepupunya lagi di masa depan.     

"Apa kau ingin pergi dengannya?" Raja Alexander mempunyai wajah yang serius ketika dia bertanya.     

"Kau ingin aku pergi?" Katie bertanya balik membuatnya tersenyum.     

"Tentu saja tidak. Aku ingin kau memegang kata-kata yang kau ucapkan beberapa hari yang lalu," Katie merasa Raja Alexander menempatkan ciuman di keningnya dengan lembut.     

Jemarinya menelisik rambutnya sebelum menariknya dengan lembut saat dia mencium wanita itu.     

Merasa lidah basah melalui bibirnya, Katie membuka mulutnya untuk Alexander saat dia menariknya dekat dengan tubuhnya. Dia membuka beberapa kancing yang terletak di gaun bagian depan.     

Menariknya ke atas tempat tidur, dia mendorong Katie dengan hati-hati agar bisa naik ke tempat tidur dengan jemarinya menelusuri leher dan punggungnya. Ketika dia menggigit bibirnya Katie mendesah dengan senang bercampur kesakitan. Rasa manis darahnya di lidahnya membuat dia menginginkannya.     

Dia telah berjanji untuk tidak menyentuh wanita lain tetapi hal itu memberatkannya. Semakin lama dia mencoba untuk mengontrol rasa haus akan darah semakin sulit baginya untuk menahan keinginan seksualnya saat waktu berlalu. Dia tidak suka meminum darah dari jenis kelamin yang sama, sebelumnya dia selalu menikmati darah wanita saat mereka bercinta. Alexander sekarang menghisap bibir bawahnya. Tangannya dengan cepat menarik gaunnya, hampir saja merobeknya oleh karena terburu-buru.     

Memberikan ciuman-ciuman kecil di tenggorokannya dia mulai menghisap kulit di antara leher dan bahu. Menghisap dan menggigit, mengulangi proses yang sama sampai Katie kehabisan nafas. Merasa gigi tarinya berdenyut, akhirnya dia menggigit daging, merobek kulit lembut dan membiarkan darah mengalir dari lehernya.     

Tusukan tiba-tiba di kulitnya membuat Katie memutarkan tubuhnya oleh karena kesakitan tetapi tangan Alexander menahannya agar tidak bergerak sementara dia minum dari lehernya.     

Ketika erangan Katie tidak terdengar, Raja Alexander menarik dirinya menyadari bahwa dia telah mengambil lebih banyak daripada yang diinginkannya. Sebuah tetesan darah mengalir di kulitnya dan Alexander mengambilnya dengan jarinya. Menjilati darah dari jarinya, dia meletakan wanita di tangannya dengan berhati-hati sebelum menutupnya dengan selimut. Dia yakin bahwa ini adalah darah yang paling manis dari semua yang dia pernah dapatkan.     

Tidak sesederhana itu. Darahnya manis oleh karena dirinya. Di saat dia mengambil darah darinya, dia juga telah menciptakan ikatan jiwa antara mereka dimana dia belum pernah melakukannya dengan orang lain kecuali dirinya sebuah ikatan yang tidak bisa dibatalkan dan akan terikat selama-lamanya.     

Membungkuk dia meninggalkan sebuah ciuman kecil di bibirnya.     

"Tidurlah semua yang kau bisa sekarang, kupu-kupuku," Dia berbisik di atas bibir wanitanya, karena setelah dia mempunyai jalan dengannya, maka dia tidak akan bisa tidur lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.