Kerajaan Valerian

Menggoda – Bagian 2



Menggoda – Bagian 2

0Dalam perjalanan kembali Alexander tidak menanyakan pertanyaan apapun mengenai malam pembantaian melainkan dia mengganti topik pembicaraan dengan hal-hal yang lebih ringan sampai mereka tiba di kamar katie. Setelah mengucapkan selamat tidur, katie masuk ke dalam kamarnya dan langsung menuju ke kamar mandi dan menyalakan keran air dan duduk di bawahnya. Tidak lama kemudian, dia mematikan keran air dan duduk di sana untuk waktu yang lama sambil memandang ke dalam kekosongan.     

Dia tidak tahu berapa lama dia telah duduk disana sampai kucing raja muncul di hadapannya dan mengeong sambil mendekatinya.     

"Hey," dia menyapa saat kucing itu meletakan kakinya yang berwarna hitam di tangan Katie, "aku tahu aku harus berdiri sekarang," dia berdiri dan mengambil sebuah handuk dari lemari. Dia menyalakan keran air panas saat kucing itu keluar dari bak mandi, "Kau harus menunggu," dan dia menutup pintu. Perasaannya tidak nyaman jika kucing itu memandanginya saat dia mandi.     

Setelah dia naik ke atas tempat tidur, dia menarik kalung yang dikenakannya dan bermain dengan liontin dan memandang kristal biru yang berada di tengah liontin itu.     

Tentu saja bukan hanya satu penyihir yang terlibat, harusnya ada begitu banyak dari mereka yang melakukan pembantaian satu kota. Ralph dimana kau? Pikirnya khawatir.     

Hari berlalu dan Katie menjadi sibuk dengan pekerjaannya. Pekerjaannya membuatnya sibuk, selain itu yang disukainya adalah merajut. Dia sering berjalan dan mengagumi lukisan-lukisan yang disimpan di ruangan bawah tanah dan sering terpesona dengan lukisan yang dilihatnya. Jika saja dia mempunyai talenta untuk melukis maka dia bisa mendapatkan uang yang cukup untuk membeli sebuah rumah dekat perbatasan kerajaan.     

Bukan berarti dia tidak ingin tinggal di sana; dia merasakan keuntungan dari kebaikan yang diberikan kepadanya tetapi dia merasa bukan bagian dari hal itu. Dia tidak dapat tinggal selamanya.     

Seorang tamu bukan lagi seorang tamu ketika dia tinggal terlalu lama.     

Dia tahu bahwa raja Alexander dan Elliot tidak ingin dia pergi, dia mengingat percakapan dengan raja Alexander tentang bagaimana dia ingin membawanya ke suatu tempat di tahun berikutnya untuk menunjukannya sebuah tempat saat musim gugur. Dan hal itu adalah hal yang samar.     

Mereka bukanlah teman, tetapi mempunyai hubungan antara seorang raja dan pelayan. Tetapi hubungan mereka termasuk unik. Raja bisa membaca semuanya seperti buku yang terbuka walaupun dia tidak mengatakan satu kata pun.     

Tetapi hari-hari ini mereka lebih banyak bicara dalam diam tanpa perlu berkata-kata. Mata mereka berbicara, terkadang mengatakan sesuatu atau saat mereka saling mencuri pandang.     

Para pelayan menyadari hal ini saat mereka berada dekat dengan kedua orang itu. Mereka menemukan bahwa raja dan gadis itu bermain kucing-kucingan. Mereka tidak memperdulikan hal itu, oleh karena itu bukanlah hak mereka untuk ikut campur dengan kehidupan pribadi raja.     

Suatu pagi ketika Katie sedang menyirami tanaman di kebun istana, mendendangkan sebuah lagu tua dan mengetuk-ngetukan kakinya dengan irama. Dia mendengar Dorthy memanggilnya dengan semangat, dia memegang sebuah amplop di tangannya.     

"Apa yang membuatmu bersemangat di pagi ini burung kecil?" Katie bertanya kepada temannya.     

"Burung kecil ini datang untuk mengirimkan sebuah surat buat Nona Katherine," Dorthy menyeringai sambil memberikan amplop itu kepadanya.     

"Ini dari siapa?" dia bertanya saat Dorthy telah melangkah pergi.     

"Katakan padaku soal itu nanti. Aku harus membawa beberapa barang ke kta," Dorthy pergi dan Katie membalik amplop itu. Bertanya-tanya dalam hatinya siapa yang mengirimkannya surat.     

Membuka amplop itu, dia menarik sebuah surat dari dalam amplop dan setelah selesai membacanya sebuah senyuman muncul di wajahnya.     

Kepada katherine,     

Besok ada sebuah pertunjukan musik dan aku diundang untuk datang besok. Akan sangat menyenangkan jika kau bisa bergabung denganku oleh karena Elliot dan Sylvia sibuk dengan pekerjaan mereka. Jika ya, maka lambaikan amplop ini setelah kau selesai membacanya. Jika kau sibuk maka kau tidak perlu membalasnya.     

Di bawahnya tertanda Raja Alexander.     

Membalikan badannya dia melihat raja sedang berdiri di salah satu balkon dan sedang menyisip teh dari cangkir berwarna putih dan sedang memandangnya. Dia mengangkat tangannya dan melambaikan amplop membuat raja tersenyum sebelum melanjutkan pekerjaannya.     

Dia butuh gaun untuk acara itu, ketika Dorthy akan pergi ke kota dia ikut menemaninya. Dari beberapa toko gaun, toko Weaver adalah yang terbaik. Mungkin dia bisa menemukan sesuatu yang pantas untuk acara nanti. Terakhir kali, dia meminjam gaun Mathilda yang dikembalikan penuh dengan sobekan oleh karena kejadian yang terjadi saat pesta teh. Walaupun dia membayar ganti rugi dengan uangnya sendiri, dia tidak bisa menghilangkan rasa bersalahnya.     

Saat Dorthy melakukan pekerjaannya, Katie berjalan menuju toko tuan Weaver. Saat dia mendorong pintu, bel di pintu membuat suara yang menandakan bahwa ada pembeli yang datang.     

Dia melihat sekeliling toko dan menemukan sebuah gaun yang kelihatannya cocok untuk acara nanti.     

"Selamat sore, Tuan Weaver," ucap katie saat melihat Tuan Weaver muncul dari pintu belakang.     

"Selamat sore, Nona. Kau telah memilih gaunmu," dia melihat gaun di tangan Katie.     

"Aku sedang mencari gaun sederhana dan tertutup di bagian atas. Yang ini sempurna," dia menjawab sambil memandang gaun di tangannya sebelum kembali menatap Tuan Weaver dengan senyuman dan Weaver melihat sekelilingnya.     

"Sepertinya teman priamu tidak datang bersamamu saat ini," dia berkata.     

"Dia sibuk dengan pekerjaannya," Katie menjawab membuat pria itu tersenyum. Dia sebelumnya ingin meminta Elliot untuk menemaninya tetapi Alexander mengatakan bahwa dia sibuk dengan pekerjaannya.     

"Apakah kau mau mencobanya? Untuk memastikan gaunnya pas. Aku bisa mengubahnya sekarang juga kalau diinginkan," dia menyarankan dan Katie pergi imti mencoba gaunnya.     

Di dalam kamar ganti dia memutarkan tubuhnya dan melihat ke arah cermin, semuanya terlihat sempurna kecuali bagian tangannya yang terlalu panjang. Dia keluar dari kamar ganti untuk memanggil Tuan Weaver tetapi pria tua itu tidak berada di sana sama seperti yang dikatakannya untuk mengubah gaun itu.     

Saat dia memanggil nama pria tua itu dia merasa sesuatu yang berat menghantam kepalanya dan telinganya berdering dan jatuh ke lantai kehilangan kesadarannya.     

Lima jam kemudian, Katie terbangun dan mendapati dirinya di sebuah ruangan yang pernah didatanginya di hari perayaan halloween. Itu adalah rumah terbengkalai yang dia dan teman-temannya kunjungi saat dalam perjalanan pulang. Pertanyaannya adalah apa yang dia lakukan di tempat ini?     

Ruangan itu sekarang dipenuhi dengan nyala lilin dan boneka yang duduk di lantai membuatnya takut. Mereka terlihat sangat nyata untuk disebut boneka.     

"Ah, kau sudah bangun," dia mendengar sebuah suara dari pintu masuk.     

Di istana, Alexander menatap Dorthy yang gemetar ketakutan.     

"Apa yang kau maksudkan dengan menghilang?" dia bertanya kepada pelayannya dengan gigi gemeretak.     

"K-Katie mengatakan dia akan membeli sebuah gaun dari sebuah toko yang pernah dikunjunginya dan kami memutuskan untuk bertemu di s-satu tempat. Aku menunggunya dan ketika dia t-tidak muncul aku memutuskan untuk mencarinya tetapi aku tidak bisa menemukannya," Dorthy tergagap oleh karena ketakutan, Raja Alexander benar-benar bisa sangat menakutkan.     

Elliot, Sylvia dan Oliver juga hadir di ruangan itu dengan mereka.     

"Apakah dia mengatakan sesuatu tentang pergi mengunjungi toko Weaver?" Elliot bertanya dan pelayan itu menganggukan kepalanya. Seperti potongan puzzle yang muncul di pikiran raja, dia memerintahkan, "Oliver cari tahu siapa nama anak perempuan Weaver."     

"Aku telah menyelidiki latar belakangnya," Elliot berkata sambil mengantar Dorthy keluar dari ruangan, "Singkat cerita. Istrinya meninggal, anak perempuannya kena flu dan meninggal, meninggalkan pria tua itu sendirian. Hal yang paling menarik adalah penduduk kota berpikir bahwa dia memberikan kutukan pada gaun-gaun yang dibuatnya. Aku memeriksa tokonya, tetapi ditutup, tidak ada apa-apa di sana," Elliot berkata sambil mendesah.     

Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada Katie dan bagaimana kondisinya.     

"Dan siapa nama anak perempuannya?"     

"Namanya Hannah Weaver," Jawab Elliot membuat Alexander merengut,     

"Maaf," dia meminta maaf dengan malu-malu dan melipat tangannya agar tidak gemetar, "Aku melihat nama yang aku kenal dan itu membuatku ingin tahu."     

"Oh begitu," jawabnya sambil mengambil kertas yang diletakan gadis itu di meja.     

"Ya, anak perempuan Tuan Weaver juga bernama Juliet. Dia kelihatannya sangat sedih ketika aku bertemu dengannya di pemakaman," dia mengingat perkataan gadis itu.     

((T/n : di bold karena ini adegan flashback))     

Dia mencari di antara kertas-kertas yang berada di mejanya dan menarik satu lembar kertas dan membandingkannya dengan nama di kertas yang lain. Gadis bernama Juliet meninggal dua hari yang lalu. Mengapa pria tua itu mengatakan nama yang salah? Kecuali dia sedang mencoba menyembunyikan sesuatu.     

Dan semua potongan puzzle menjadi lengkap.     

"Kirim seseorang untuk menggali kuburan Juliet Benedict saat ini juga," dia memerintahkan dan Oliver langsung pergi tanpa membuang waktu, "Aku rasa kita telah menemukan pencuri mayat yang kita sedang cari."     

"Bagaimana dengan Katie?" Sylvia bertanya dengan khawatir.     

"Aku akan menemukannya," Alexander berkata sambil memegang rantai kalungnya, "Aku telah berjanji untuk menjaganya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.