Halo Suamiku!

Sayang, Apa Kamu Tidak Menginginkanku? (2)



Sayang, Apa Kamu Tidak Menginginkanku? (2)

0Tapi entah mengapa, Sang Xia seperti memiliki perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Perasaan itu, tidak jelas, tidak diketahui, seperti rasa yang familiar...      

Mau tak mau, dia mencoba sekuat tenaga untuk memikirkannya.      

Mata pria itu memerah.     

Tiba-tiba saja pikiran Sang Xia memunculkan wajah Rong Zhan. Dia berkedip, tapi itu tampak berbeda dari yang barusan dia lihat. Tapi dia tidak terlalu peduli. Akhirnya, dia menarik lengan Bo Yi dan berkata dengan ringan, "Ayo pergi."     

Dia ingin pergi untuk mencari Rong Zhan.      

Sebelumnya dia sudah mengatakannya pada Bo Yi agar dia membawanya untuk mencari Ring Zhan.     

Namun saat dia menarik lengan Bo Yi, tak ada pergerakan sama sekali.      

Tanpa terlalu memikirkannya, dia menarik lagi, namun Bo Yi tetap tidak bergerak.      

"... Bo Yi...?"      

Sang Xia menatapnya dengan sedikit terkejut.     

Dan tatapan Bo Yi saat ini tertuju pada tempat lain.      

Entah kenapa, dalam sekejap, ada perasaan berbeda yang menyusup di hatinya...      

Dia tertegun dan kemudian matanya ikut menulusuri apa yang dilihat Bo Yi, dan saat itu juga dia melihat... Pria yang berada di lift dengan dirinya.     

Dan pria itu, menatap ke arah dirinya selama beberapa sesaat.     

Pria itu memiliki sepasang mata yang khas, sipit dan panjang, jahat namun juga ada kelembutan bagai sutra, hidung yang tinggi dan lurus, yang menunjukkan sedikit kesombongan yang ada padanya, dia juga memiliki bibir merah muda tipis, dan terlihat sangat tampan.     

Rahangnya juga menampakkan garis tajam.     

Saat Sang Xia menatapnya, tiba-tiba luka di kepalanya terasa sakit, dia mengerang pahit, dan tidak bisa menahan untuk tidak menutupi kepalanya.     

"Sang Sang, ada apa denganmu?"      

Sang Xia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit di kepalanya. Setelah nyeri di kepalanya, dia menarik napas dalam-dalam, menggelengkan kepalanya, lalu merespon pertanyaan Bo Yi, "Aku baik-baik saja."     

Ketika dia melihat Rong Zhan lagi, dia tetap tidak bisa mengenalinya.     

"Aku lelah. Ayo pergi..."     

Setelah Sang Xia bertemu dengan pria itu, muncul perasaan aneh yang terus menyergap hatinya dan rasa sakit di kepalanya benar-benar membuatnya ingin segera pergi dengan cepat.      

Namun dia tidak mengerti mengapa Bo Yi seolah enggan untuk beranjak.      

Di sisi lain, Rong Zhan yang melihat Sang Xia pergi merasa sangat menderita. Bagaimana bisa dia menerima Sang Xia menghilang di depan matanya sendiri.      

Jadi, tepat ketika Sang Xia akan melangkah keluar dari gerbang, terdengar suara gemuruh keras di belakangnya, "Sayang--!"     

Terdengar panggilan "Sayang"...!     

Kaki Sang Xia yang akan melangkah keluar dari pintu tiba-tiba berhenti seketika.     

Sekujur tubuhnya kaku.      

Sayang... Sayang…..      

Suara itu...      

Bulu mata Sang Xia berkedip perlahan dan pada akhirnya, ujung jarinya tidak bisa menahan gemetar.     

Itu, itu.... Rong Zhan?     

Barusan... orang yang tadi berada di lift bersmaanya adalah Rong Zhan?      

Jantung Sang Xia berdebar keras, hingga akhirnya dia perlahan berbalik, dan menoleh ke belakang.     

Rong Zhan tidak tahan lagi. Entah dia hilang ingatan, entah apakah Sang Xia tidak bisa mengingatnya, atau dia mengabaikannya, tapi Rong Zhan bergegas mendekat dan langsung memeluknya erat.     

Sementara Sang Xia memukul dadanya.      

Saat ini, dia dipeluk erat oleh pria itu, dan nafasnya menjadi sangat sulit.     

Tapi dia sama sekali tidak bisa menyingkirkannya.     

Yang dia pikirkan hanyalah ... pria ini adalah Rong Zhan, tapi betapa sedihnya dia, dia tidak bisa mengenalinya…...     

Merasakan pelukan erat Rong Zhan, Sang Xia mendapati suasana hatinya seperti runtuh, bahkan air matanya tak lagi bisa dibendung. Semuanya luruh seketika.      

Akhirnya, dia juga memeluknya erat dan menguburkan kepalanya di dadanya.     

Air mata Sang Xia sudah membasahi baju Rong Zhan.     

"... Rong Zhan, Rong Zhan... ini kamu, ini benar-benar kamu..."      

Suara Sang Xia tercekat. Ketidakberdayaannya, kebingungannya, rasa sakit batinnya, semuanya mengalir keluar saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.