Halo Suamiku!

Sang Sang, Kamu Ingin Aku Mati?



Sang Sang, Kamu Ingin Aku Mati?

0Rong Zhan hampir menjadi gila karena Sang Xia. Ia ingin membuka pintu dan bergegas keluar, tetapi ia takut menyakiti Sang Xia karena ia yang terlalu tangguh.     

Sang Xia merasakan dadanya naik-turun dengan keras, matanya tampak nanar, tapi ekspresi wajahnya masih datar. Lalu ia bertanya, "Rong Zhan, apa yang kamu takutkan?"     

"Tidak, tidak ada yang kutakutkan." Tidak, dia tidak takut.      

Rong Zhan tetap bertahan menghindari mata Sang Xia.     

"Tidak, ada yang kamu takutkan."      

Sang Xia menatap tepat di mata Rong Zhan.      

Rong Zhan ingin mengusir wanita yang menghalangi di depannya saat ini. Namun, suara Sang Xia yang tegas dan rendah mulai terdengar, dan itu sangat menyentuh hatinya.     

"Kamu sedang ketakutan. Rong Zhan, kamu takut dengan apa yang akan aku katakan, benar?"     

"Kamu takut aku akan menyalahkanmu seperti orang lain. Takut aku akan mengeluh dan mengkritikmu karena Bo Yi. Takut melihat air mataku karena kesakitan Bo Yi. Atau kamu masih takut, takut ... "     

"Tidak, jangan katakan itu! Diam! Sang Xia! Pergilah dari hadapanku!" Tiba-tiba, matanya memerah dan ia meraung seperti binatang buas.     

Dengan gila ia membuka pintu untuk mencoba keluar.      

Tapi Sang Xia memblokir pintu, menatap tegas Rong Zhan, dan melanjutkan, "Kamu masih takut, takut aku akan meninggalkanmu, kan?"     

Rong Zhan membeku seketika, bahkan mata elangnya memerah, menggila, tetapi juga tidak berdaya.     

Tubuhnya terhuyung-huyung menatap sudut tajam dingin bibir Sang Xia dan tersenyum dengan sarkastis. Lalu ia mendesis, "Apa maksudmu? Kamu hanya seorang wanita. Yang paling aku butuhkan adalah—"     

"Katakan sekali lagi!"     

Matanya menusuk tajam ke arah Rong Zhan. Ia mencengkeram lengannya dengan erat dan menolak untuk membiarkannya pergi.     

"Katakan, kamu punya kekuatan untuk mengatakannya lagi!"      

Wajah Rong Zhan berubah menjadi pucat dan ia hampir tak bisa bernapas. Tapi bukan ini intinya. Intinya adalah saat ini hatinya sedang dipenuhi dengan rasa sakit. Ia benar-benar merasa putus asa hingga bahunya bergetar.      

Jarinya juga gemetar.      

Rong Zhan tidak ingin kehilangan muka di depan Sang Xia. Ia tidak ingin Sang Xia melihat penampilannya yang paling rentan, tidak berdaya dan tidak berguna.     

Ini bukan dia.      

"Yah, karena kamu bilang begitu, aku pergi."      

Setelah mengatakannya, Sang Xia akan berbalik dan membuka pintu untuk pergi, tetapi ketika ia berbalik, tubuhnya tiba-tiba ditahan dari belakang, dan ia dipenjara dengan kuat di dalam lengan Rong Zhan.     

Sang Xia memutar badan dan berjuang, "Lepaskan! Bukankah kamu mengatakan..."     

Sebelum Sang Xia selesai berbicara, cairan panas dan lembab itu membasahi rambut di lehernya. Suhu yang panas dan sentuhan hangat itu membuat Sang Xia tiba-tiba membeku. Semua kata-kata di lidahnya hilang begitu saja.     

Semua kata-katanya terasa terjebak di tenggorokan, bahkan ia lupa bagaimana cara mengatakannya.      

Wajah Rong Zhan terkubur di leher Sang Xia, memegangnya dengan kedua tangan dengan posisi membungkuk.     

Bahunya bergetar hebat, seolah menekan semua rasa sakit.     

Ia seperti seorang gelandangan di laut dan Sang Xia adalah kayu apungnya.     

Sang Xia adalah penopang jiwanya.      

"... Rong Zhan." Sang Xia memanggil dengan lembut sembari membelai tangannya yang diletakkan di pinggang Sang Xia.     

Rong Zhan masih gemetaran, tanpa ada tanda-tanda akan melepaskan.     

Lalu Sang Xia menghela nafas, "Kamu masih menginginkanku pergi?"     

Kamu masih mau aku pergi.      

Untuk waktu yang lama, tepat ketika Sang Xia berpikir bahwa Rong Zhan tidak akan menjawab, suaranya yang serak terdengar, "Apa kamu ingin aku mati?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.