Halo Suamiku!

Bo Yi Membuat Janji Temu Dengan Rong Zhan Untuk Bicara



Bo Yi Membuat Janji Temu Dengan Rong Zhan Untuk Bicara

0Orang itu adalah sahabatnya, Rong Zhan.      

Bo Yi tidak tahu mengapa dirinya ingin mengikuti mereka.     

Tidak salah lagi…      

Setelah Sang Xia pergi, ia melihat sosok Rong Zhan dan langsung mengemudikan mobilnya untuk mengikuti mereka jauh di belakang.     

Sepertinya ia sedang mengintai Sang Xia, juga sepertinya sedang mengintai Rong Zhan.      

Melihat dua orang itu bersama, sebenarnya kehidupan seperti apa yang sedang mereka jalani?      

Ia membawa Sang Xia pulang dan Rong Zhan tidak mungkin tidak mengetahuinya.     

Tapi kenapa ia tidak marah?      

Temperamen Rong Zhan sangat buruk. Tidak mungkin ia membiarkan Sang Xia begitu saja menginap di rumah mantan pacarnya.      

Tapi mengapa mereka masih bisa berjalan bersama seperti ini?     

Bo Yi tidak mengerti.      

Ia memandang Sang Xia dari kejauhan. Ia bisa melihat Rong Zhan yang mendekati Sang Xia, tapi Sang Xia tiba-tiba mengangkat kakinya untuk menendang Rong Zhan, sementara Rong Zhan dengan gesit mengelak. Sang Xia berdiri di sana dan menunjuk ke arah Rong Zhan. Bo Yi tidak tahu apa yang Sang Xia bicarakan, tetapi tampaknya ia sedang marah. Sedangkan kali ini Rong Zhan berjalan lagi, berdiri diam dan membiarkan Sang Xia menendangnya.     

Sampai akhirnya Rong Zhan merangkul Sang Xia dan membawanya ke dalam pelukannya.      

Saat mereka berjalan, Sang Xia terus saja mendorong Rong Zhan, namun Rong Zhan tetap memeluknya dengan erat. Tidak peduli seberapa keras Sang Xia menendang Rong Zhan, Rong Zhan tetap merangkulnya erat-erat dan berjalan di samping bahunya.     

Perlahan-lahan, Sang Xia akhirnya berhenti memukuli Rong Zhan. Dengan patuh ia membiarkan Rong Zhan memeluk bahunya dan membiarkan pria itu tiba-tiba menurunkan kepalanya untuk mencuri aroma di wajahnya.      

Dan kemudian bajingan Rong Zhan menampilkan senyum buruk, sedangkan Sang Xia…      

Sang Xia tidak pernah melihat ke belakang atau memalingkan wajahnya. Jadi Bo Yi tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tetapi saat ini ia memandang mereka sebagai dua kekasih kecil yang berisik berjalan di jalan. Duduk di dalam mobil, sepertinya ada tangki darah kosong di hatinya.     

Ia berhenti di sisi jalan, mengangkat pergelangan tangannya untuk mengurut alisnya.. Kulitnya putih dan hampir transparan, pucat dan mengerikan.      

Sang Sang…      

Kamu bahagia bersama dengannya, bukan?      

Meskipun saat ini Bo Yi menampilkan senyum tipis di bibirnya, tapi tidak dipungkiri ada rasa sakit dan ketidakberdayaan di sana.      

Ia mencintai Sang Xia, tetapi jika ia mencintainya, ia harus menjauh dari Sang Xia.     

Setelah cukup lama.     

Bo Yi mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke Rong Zhan: [Jika ada waktu, mari kita bicara]     

  ***     

Hari ini, Rong Zhan mengusulkan untuk mengunjungi saudara iparnya, Sang No, yang merupakan adik laki-laki Sang Xia. Keduanya harus pergi, tetapi telepon darurat memanggil Rong Zhan.     

Rong Zhan ingin mengabaikannya, tapi Sang Xia melarang. Ia meminta Rong Zhan untuk pergi bekerja dengan cepat dan ia akan pergi sendiri.     

Saat itu, tepat ketika Su Li bertanya apakah Sang Xia sedang da waktu luang atau tidak. Jadi mereka pergi berdua ke rumah sakit.     

Hanya saja saat di perjalanan, kata-kata yang baru saja Rong Zhan utarakan masih bergema di kepalanya.      

Ia bertanya pada Rong Zhan mengapa ia ingin mengikutinya. Bukankah dirinya bisa dipercaya?     

Dan jawaban Rong Zhan sungguh di luar dugaan, "Tidak bisa dipercaya."      

Tiga kata itu sanggup membungkam Sang Xia.      

Dan apa yang Rong Zhan katakan setelahnya benar-benar membuat Sang Xia kehilangan kata-katanya.      

Ia berkata: Tidak mudah bagiku untuk bisa mendapatkanmu. Tidak ada yang tahu, aku sangat takut kamu akan berlari pergi.      

Sang Xia hanya bisa terdiam.      

Spontan, ia mengeluarkan ponselnya, membukanya, mengklik untuk membuka album, dan melihat foto yang diambilnya hari ini. Foto yang menampilkan Rong Zhan yang diam-diam mengikutinya.     

Ia meraba perutnya dan mengelusnya dengan lembut. Entah kenapa, sudut bibirnya terkekeh.     

"Bodoh."     

Setelah satu kata keluar dari mulutnya, ia meletakkan ponselnya dan melihat keluar jendela. Senyum itu tidak hilang untuk waktu yang lama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.