Halo Suamiku!

Pembalasan Sang Xia!



Pembalasan Sang Xia!

0Di tanah, berlutut tiga bajingan yang dikelilingi oleh pria berjas hitam.     

Sedangkan Cheng Donglin menunggu di sana.      

Ketiga bajingan itu berlutut dengan tangan terikat dan tubuh gemetar. Tuhan tahu apa yang terjadi pada kaki tangan mereka yang diseret satu per satu.     

Lalu sebuah mobil melaju dan berhenti mendecit di sebuah pabrik yang sudah ditinggalkan.     

Sang Xia duduk di mobil tanpa bergerak, tetapi matanya tertuju pada orang-orang itu.     

Rong Zhan mengeluarkan sebatang rokok di dalam mobil, menyalakannya, memegangnya lalu membuka pintu untuk turun.     

Meskipun tidak jauh, Sang Xia tetap tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Cheng Donglin yang berdiri di samping Rong Zhan. Tetapi ketika Rong Zhan membuka mulutnya, Cheng Donglin tampaknya tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke arah Sang Xia beberapa kali.     

Melihatnya, Sang Xia hanya bisa mengerutkan kening.      

Apa yang tidak boleh ia ketahui?     

Setelah beberapa saat, Cheng Donglin berlari mendekat, "Kakak Sang, bos bilang kamu harus pergi sebentar dan kembali lagi nanti."     

Kening Sang Xia semakin mengerut tajam. Apa yang akan mereka lakukan sampai meminta Sang Xia untuk pergi?      

Mau tak mau Sang Xia kembali membayangkan Rong Zhan yang menuangkan asam sulfat ke mulut pria itu. Seketika bibirnya tertutup rapat. Apakah Rong Zhan akan membunuh mereka?     

Sang Xia tahu bahwa Rong Zhan bukan orang baik. Ia pasti mengalami hal semacam ini sejak kecil, tetapi Sang Xia tidak pernah tahu apakah kehidupan seseorang dapat diselesaikan di tangan Rong Zhan.     

Sejujurnya Sang Xia tidak ingin membuat segalanya menjadi lebih besar. Ia hanya ingin mencari tahu tentang siapa yang menyuruh orang-orang itu. Jadi sebelum pergi, ia bertanya pada Cheng Donglin, "Siapa yang menyuruh mereka melakukannya?"     

"Kakak Sang, aku sudah mengatakan bahwa mereka adalah antek kecil di jalan yang hanya menginginkan uang dari menyelesaikan masalah bagi orang lain. Lihat, mereka baru saja ditangkap, tetapi mereka masih sangat keras kepala dan enggan mengakui kesalahan. Karena itu bos tidak ingin Kakak Sang melihat hal-hal berdarah yang akan terjadi setelah ini."     

Setelahnya Cheng Donglin tidak lagi mengatakan siapa mereka secara detail.      

Tetapi ketika sampai pada hal itu.     

Sang Xia masih tidak mengerti kenapa mereka tidak ingin Sang Xia melihat hal-hal berdarah di belakangnya.     

Saat ia memikirkannya, ia justru keluar dari mobil.      

Bahkan, dirinya sendiri tidak tahu mengapa ia sangat keras kepala. Yang ia pikirkan cukup sederhana, ia hanya tidak ingin membiarkan Rong Zhan, karena dirinya, kembali menodai tangannya dengan darah.     

Jika darah itu harus tetap ternoda, maka tangan Sang Xia sendirilah yang akan menodainya.      

"Kenapa kamu belum pergi? Aku akan pulang setelah selesai." Ketika Rong Zhan melihat Sang Xia datang, nadanya terdengar kasar.     

Sang Xia memandang pria itu, melangkah ke samping, dan membisikkan sesuatu di telinganya. Mata Rong Zhan melebar seketika dan menatapnya dengan heran. Sepertinya ia tidak menyangka hal semacam itu bisa keluar dari mulut Sang Xia.     

Dalam sekejap, Rong Zhan terkekeh, "Oke, aku bisa mengatakan istriku begitu kejam? Kamu bisa memikirkan langkah ini. Tidak seperti orang-orang tempatku bekerja, kamu tahu itu bisa menyebabkan pertumpahan darah."     

Sang Xia hanya terdiam.      

Dalam hati Cheng Donglin, "Maaf, bos. Sederhananya kamilah yang berdarah dan tanganmu takkan ternoda sedikitpun."     

Setelah Rong Zhan mendengar ide Sang Xia, Sang Xia kembali ke dalam mobil, sedangkan Rong Zhan berjalan ke tiga penjahat itu sembari menendang lututnya, lalu melepas dasinya dan melilitkannya di lehernya.     

Kemudian satu tangan menyeret orang itu ke samping mobil.     

"Bos, bos, kalian…"     

"Buka matamu dan belajarlah dari kakak iparmu bagaimana membuat binatang ini membuka mulutnya!"     

Rong Zhan terus menyeretnya ke samping mobil. Lalu ia naik ke dalam mobil dan melingkarkan dasinya di tangannya. Mata pria itu menunjukkan ketakutan yang nyata.     

"Kenapa, takut? Maaf, sudah terlambat -"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.