Halo Suamiku!

Ingin Memotong Tangannya



Ingin Memotong Tangannya

0Saat ini, Rong Zhan seperti binatang buas yang akan menikmati mangsanya.      

Namun Sang Xia buru-buru meraih tangannya. Dengan wajah malu dan kesal, ia sedikit menggertakkan giginya. "Bibiku akan pergi mengunjungiku. Bukankah seharusnya aku menjaga tubuhku untuk terus dalam keadaan prima?" katanya tiba-tiba untuk memecah konsentrasi. (Rong Zhan. 'Bibi' yang dimaksud oleh Sang Xia adalah Su Li tapi dia tidak bisa mengatakan nama itu di hadapan Rong Zhan. Dan memang benar ia sudah membuat janji untuk bertemu dengan Su Li.)     

Kecuali Rong Zhan ingin bertarung.     

"Bibi, siapa bibi? Tunggu, katamu...siapa ...?" Rong Zhan berniat tidak mengatakan apa-apa. Awalnya ia menginginkan apa yang dikatakan Sang Xia, tetapi ketika ia menyadari satu kata itu, matanya melebar dan seluruh tubuhnya menegang.     

Lalu ia mengulurkan tangan dan menyentuhnya di antara kedua kaki Sang Xia, mengabaikan perlawanan Sang Xia. Wajahnya benar-benar berubah.     

"Sialan! Sang Xia, apakah kamu benar-benar bermain-main denganku kali ini!"     

Rong Zhan mengamuk.      

Tapi Sang Xia tetap meringkuk dan menutup kakinya dengan erat. Wajahnya menegang dan memerah. Rong Zhan tidak begitu saja percaya padanya, ia bahkan menyentuhnya secara vulgar. Sang Xia merasakan dorongan untuk memotong tangannya!     

Sang Xia tidak peduli dengan raungan Rong Zhan. Ia mendorong tubuh sembari memalingkan muka, enggan menatap Rong Zhan, "Kapan aku bermain-main denganmu? Bukankah normal jika aku membuat janji untuk bertemu dengan bibiku? Apakah menurutmu aku akan memberitahumu sesuatu seperti ini?"     

Tampaknya baik-baik saja?     

Wajah Rong Zhan membiru. Ia kembali melihat Sang Xia yang sedang membungkus dirinya lagi. Tubuhnya yang menawan bersembunyi di dalam jubah mandi. Rong Zhan serasa mati lemas. Matanya menatap Sang Xia dan ia hampir menatap sebuah lubang.     

"Tidak masalah, tidak masalah. Aku menginginkanmu hari ini!"     

Tanpa aba-aba, Rong Zhan menerkam Sang Xia lagi. Ia merobek jubah mandi Sang Xia dengan seluruh kekuatannya. Mata Sang Xia membelalak. Ia pikir ia benar-benar akan membodohi dirinya sendiri. Sang Xia segera menjambak rambut Rong Zhan dan menamparnya.     

Tamparan itu tidak kuat, tetapi sangat keras.     

Rong Zhan yang ditampar benar-benar terkejut. Keduanya tercengang. Sang Xia bahkan memberikan reaksi lebih terkejut. Namun, di hadapan Rong Zhan yang gila, Sang Xia tidak memiliki banyak rasa bersalah di hatinya.     

Tapi kenapa.      

Rong Zhan tiba-tiba mencibir dan menjilat ujung mulutnya yang kebas. Suaranya perlahan seperti tertahan di kerongkongannya yang menunjukkan beberapa makna aneh, "Sang Xia, apakah aku terlalu memanjakanmu?"     

Di akhir kalimat, Rong Zhan menggenggam tangan Sang Xia ke belakang dan meraihnya. Rong Zhan memegangnya dari belakang. Sang Xia berjuang sekuat tenaga tetapi tetap tidak bisa bergerak. Saat itu, ia benar-benar ketakutan.     

Sang Xia berpikir Rong Zhan tidak akan sekasar itu karena ia tahu bahwa Rong Zhan menyukai dirinya dan ia rasa level itu akan cukup untuk membuat Rong Zhan menjadi rasional tentang seks, tetapi apakah Sang Xia salah?     

Apakah Rong Zhan akan mengabaikan kunjungan kerabat Sang Xia hanya untuk melampiaskan keinginannya?     

Sang Xia berpikir Rong Zhan tidak akan melakukannya, tetapi apa yang Rong Zhan lakukan saat ini benar-benar mengejutkan bagi Sang Xia.     

Saat ini, Rong Zhan sedang memegangnya dari belakang, menggenggam tangannya dan menutupi bibirnya yang tipis. Tiba-tiba, sesuatu yang hangat dan panas menjilati pipinya. Seluruh tubuh Sang Xia bergetar.     

"Rong Zhan, jangan!"     

Suara lemah dan dingin terdengar, "Sang Sang… kamu masih menatapku terlalu tinggi."     

"Aaahh!"     

  ***     

Keesokan harinya.      

Pria di sampingnya sudah tidak ada lagi. Sinar matahari menyeruak masuk melalui tirai jendela yang setengah terbuka. Sang Xia tidak tahu sudah pukul berapa sekarang. Tampaknya ada aroma madu manis menguar di udara yang membuatnya merasa sangat nyaman.     

Aroma itu mampu membuka lebar mata Sang Xia yang mengantuk dan tiba-tiba ia merasakan sakit di pangkal pahanya.     

Ia mengangkat tangan untuk menyeka matanya.     

Ia menggesekkan kakinya seolah itu bukan apa-apa, tetapi ia merasakan perih di kulit kedua sisi pangkal pahanya.      

Benar saja...     

Semalam, Rong Zhan benar-benar membuat peringatan palsu. Sang Xia berpikir bahwa Rong Zhan benar-benar menginginkannya terlepas dari bibinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.