Halo Suamiku!

Ini Adalah Istriku, Semua Harus Memanggilnya Kakak Ipar



Ini Adalah Istriku, Semua Harus Memanggilnya Kakak Ipar

0Tang Ye tidak menyangka Rong Zhan akan bersikap seberani itu untuk terbuka dan lugas.      

Apa maksud Rong Zhan yang sebenarnya? Apa ia ingin mengatakan bahwa ia hanya ingin bermain-main dengan Sang Xia, atau...ada maksud lain?      

Ia sama sekali tidak takut menghadapi Bo Yi dengan semua itu?!      

Tang Ye langsung mengalihkan pandangannya pada Bo Yi, tetapi pria itu masih menggantung kepalanya dengan vodka di tangan dan tampak tidak peduli. Bo Yi tidak mengatakan apa-apa, bahkan matanya sama sekali tidak memperhatikan ke arah Rong Zhan.     

Jelas, ia tidak menganggapnya serius dan tidak peduli sama sekali.     

Dan setelah Rong Zhan mengatakan itu, banyak orang bertepuk tangan.     

Semua ini justru berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Sang Xia. Ia merasa sangat cemas dan meremas erat lengan Rong Zhan.      

Rong Zhan menatap tepat ke mata Sang Xia. Tepat saat itu juga hatinya dipenuhi dengan rasa sakit yang tajam.      

Tapi ia masih tetap memeluk pinggang ramping Sang Xia yang terus memberontak. Mulutnya sedikit ditarik lalu ia tertawa liar, "Wanita di sampingku ini bukan wanita yang seperti kalian pikirkan, kalian tahu? Dia adalah kakak ipar kalian, dia adalah istriku. Namanya Sang Xia. Apa kalian mengerti?"     

Dia adalah kakak ipar kalian...     

Dia adalah istriku...     

Namanya Sang Xia...     

Sang Xia membeku seketika, ia tidak lagi bisa memberontak.      

Untuk sesaat, tubuhnya kaku tak berkutik.      

Pandangannya kosong, tak berdaya, tetapi juga dipenuhi kabut terang.     

Dan seorang lelaki yang tidak jauh dari tempatnya duduk, yang sebelumnya terlihat akan meminum segelas anggur di tangannya yang bertulang panjang dan bening, menghentikan gerakan tangannya.     

Baru saja, apa yang ia...dengar?     

Saat ini.     

Seluruh orang dalam ruangan itu tampak bersorak, gaduh, berisik!      

Waktu terasa berjalan dengan sangat lambat.     

Kepala Bo Yi perlahan mendongak.      

Garis pandangnya melewati cahaya buram, sampai akhirnya jatuh tepat ke arah Rong Zhan.      

Dengan seorang wanita di pangkuannya.      

Ia memeluk wanita itu erat-erat.      

Wanita itu, dengan gaun sutra biru, kulitnya putih tanpa cacat, bibir merah dan gigi putih, sepasang mata panjang, tampak begitu menawan.      

Tapi Bo Yi hanya bisa melihat sisi wajahnya saja.      

Dan wajah sampingnya yang indah membuat Bo Yi mengingat tentang mimpi paling indah yang ia miliki di tengah malam yang tak terhitung jumlahnya.     

Dalam mimpinya, wanita itu yang diimpikannya berkali-kali.     

Sangsang.      

Bo Yi menatapnya sejenak, lalu senyum muncul di sudut bibirnya. Akhirnya ia bisa melihat mata panjang itu lagi, tetapi melihatnya sekarang membuatnya penuh dengan rasa sakit.     

"Cium! Cium! Ayo Tuan Zhan cium kakak ipar kita!"      

"Cepat ciumlah!"      

Beberapa orang di sana memprovokasi Rong Zhan untuk mencium Sang Xia.      

Sang Xia menurunkan kepalanya yang terpenjara di lengan Rong Zhan. Tinjunya terkepal erat di lengan Rong Zhan. Ia tidak ingin melihat siapa pun lagi. Matanya memerah dan kabut air mulai terisi, tampaknya sebentar lagi ia akan menangis.     

Ia sangat menderita saat ini.     

Rong Zhan menarik dagu Sang Xia untuk menghadapnya. Ia tidak memperdulikan apakah orang lain akan melihatnya atau tidak. Air matanya berbinar, tetapi Sang Xia menolak untuk membiarkannya jatuh.     

Saat itu, Rong Zhan merasa begitu tersakiti mendapati reaksi Sang Xia.     

Rong Zhan menundukkan kepalanya, menggenggam bagian belakang kepala Sang Xia dengan tangannya yang besar, membelai rambutnya, tetapi bibir yang tipis itu memunculkan senyum dingin. Alih-alih mencium bibir Sang Xia seperti yang mereka inginkan, Rong Zhan hanya menatapnya dalam-dalam. Saat itu juga Sang Xia tidak lagi sanggup membendung air matanya sampai akhirnya air mata itu luruh juga.     

Cahaya itu redup. Detik setelahnya Rong Zhan memutuskan untuk menundukkan kepalanya dan mencium Sang Xia dalam pelukannya sembari mengusap semua air matanya. Tidak ada yang bisa melihat dengan jelas.     

"Sang Xia, apakah ini sangat sulit?"     

Bibir tipis yang disisipkan di telinganya mendengungkan bisikan yang menyayat, tetapi di mata orang luar, itu seperti bisikan keintiman antara kekasih...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.