Halo Suamiku!

Waktu Paling Tepat Untuk Saling Memanjakan



Waktu Paling Tepat Untuk Saling Memanjakan

1Seketika, piyama sutra terlepas dari tubuhnya yang halus dan ditumpuk di pinggangnya di wastafel.     

Kecantikannya keluar begitu saja.      

Dengan begitu, Rong Zhan langsung menundukkan kepalanya dan membenamkan dirinya di sana.      

Dia sudah menggila.     

Sementara tangan Sang Xia tenggelam ke rambut Rong Zhan dan mengangkat leher indahnya untuk menjerit parau.     

Akhirnya, Rong Zhan semakin melanjutkan aksinya.      

Dan adegan itu berlanjut lebih intim.      

  **     

Di luar kamar mandi, tirai kasa tertiup angin dingin di luar. Saat ini, di Kota T.     

Butiran putih polos bertebaran.     

Salju turun perlahan.      

Salju pertama di Kota T datang di pagi yang begitu indah.     

Salju di langit turun, yang membuat pemandangan seakan berada di dunia dongeng putih.     

Di luar semua tampak membeku.     

Sedangkan di kamar tidur itu dipenuhi dengan kehangatan yang indah.     

Sementara di dalam kamar mandi.     

Di dalam pintu yang setengah tersembunyi.     

Sosok ramping duduk di wastafel.     

Ada sedikit salju dari angin yang menyerang.     

Tapi di dalam justru terasa panas.      

Dan apa yang ada di dalam bisa membuat siapapun iri.      

Wanita di kamar mandi itu.      

Kedua tangannya menempel di tepi wastafel.     

Dan di bawahnya, sang pria berjongkok di bawah sana.     

Di luar turun salju.     

Sangat sunyi.     

Namun, di kamar tidur yang setengah tersembunyi, terdengar suara provokatif, ambigu, dan menggoda yang mematikan.     

Entah sudah berapa lama.      

Rong Zhan memegang erat Sang Xia di pelukannya.     

Seluruh tubuh Sang Xia gemetar, tangannya menolak, suaranya parau dan lembut, dan dia tampak takut, "...Rong Zhan, jangan, aku hamil."     

Rong Zhan menunduk dan mengecup telinganya.     

Setelah ekcupan singkat itu, suara rendah pesona luar biasa bagai penyihir terdengar di sana, "Sayang, jangan takut, aku sudah bertanya kepada dokter, katanya jika dilakukan dengan ringan, tidak masalah."     

Sang Xia yang mendengarnya seperti hendak menangis.      

Lelucon macam apa ini.      

Tidak mungkin.      

Rong Zhan sangat kejam. Dia selalu seperti binatang yang ingin memakan orang. Dia begitu galak bahkan selalu hampir ingin membunuhnya. Bagaimana Sang Xia bisa percaya bahwa dia akan bertindak ringan.     

Rong Zhan memeluknya erat-erat, dengan lembut mencium lehernya, "Sayang, percayalah, ini akan baik-baik saja."     

Kali ini, tidak peduli seberapa besar Sang Xia melawan, Rong Zhan tetap sibuk dengan remasannya yang kuat dan lembut.     

  **     

Setelah sekian lama.     

Setelah mengalami peristiwa di gurun, mereka masih punya cukup waktu untuk saling mencintai.     

Hanya saja, begitu Rong Zhan mengambil alih.      

Sang Xia hanya bisa merengek.     

Ciuman Rong Zhan langsung jatuh ke bahu dan punggungnya. Saat itu, Sang Xia mengatupkan giginya dan akhirnya tidak bisa menahan tangis karena itu.     

Udara di sekitar seolah memberikan dukungannya.      

Awalnya, Sang Xia terus menolak.     

Tapi entah sejak kapan, dia sudah mengaitkan lengannya di leher Rong Zhan dengan erat, pipi menempel di dadanya, wajah memerah, dan mata kabur.     

Antara satu sama lain, melakukan hal yang paling intim.     

Dulu, Rong Zhan dulu sangat tidak terkendali ketika dia sudah menginginkannya.     

Tapi saat ini, Sang Xia sedang hamil 16 minggu. Meski bisa melakukan hal semacam itu, tapi Rong Zhan terus mencoba untuk bersikap lembut, namun tak bisa dipungkiri, Sang Xia masih tetap merasa khawatir.     

Namun, meski begitu, Sang Xia juga telah terbawa arus akibat godaan yang terus datang dari Rong Zhan. .     

Setelah badai itu semakin menggebu.      

Akhirnya, Rong Zhan menggendongnya ke tempat tidur.      

Tidak sedetikpun dia lepas dari tubuh Sang Xia.      

Dua sosok yang ditutupi selimut itu terus melanjutkan aksi yang semakin memanas, mengalahkan terik matahari yang mulai mengintip.      

Hari itu terasa hangat.      

Entah kapan, akhirnya semua itu berakhir.      

Ketika Sang Xia lelah hingga satu jari pun tidak bisa diangkat, Rong Zhan sengaja menggunakan janggut yang tidak tercukur bersih itu untuk menusuknya, tiba-tiba beberapa senyum yang bermakna dan buruk mengembang di telinganya dan dia berbisik, "Sayang, kenapa kamu justru merasa lebih nyaman dengan janggut yang tumbuh?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.