Halo Suamiku!

Mencintaimu, Bersungguh-Sungguh Setia Sampai Mati!



Mencintaimu, Bersungguh-Sungguh Setia Sampai Mati!

0Mencintaimu, bersungguh-sungguh setia menjadi suami sampai mati!     

Mendengar itu, Sang Xia tak kuasa menahan tangisnya.      

Tidak masalah.     

Tidak ada yang salah dengan itu.     

Hanya saja, Sang Xia tidak bisa memiliki perlawanan terhadap komitmen yang menyentuh dan tegas seperti itu.     

Karena, bukan hanya apa yang dikatakannya, tapi juga…...     

Apa yang dia katakan, dalam tahuh tahun pertama, kedua, ketiga…...     

Akankah ada lagi di masa depan?     

Benarkah akan ada lagi di masa depan?     

Akhirnya, dia meledak ke pelukan Rong Zhan dengan mata merah dan terisak, juga dengan rasa sakit dan kerumitan yang tak tertandingi.     

Rong Zhan, tolong, jangan berbohong padanya...!      

Sepanjang malam ini.      

Setiap gambar yang mengejutkan, momen-momen indah, semuanya telah merebut perhatian semua orang.     

Dan waktu seolah berhenti saat mereka saling berpelukan.     

Hanya saja.      

Sejak saat itu, apakah ini benar-benar awal dari kebahagiaan?     

Di tempat konser sebesar itu.     

Di bawah malam yang gelap.     

Sosok kurus, ramping, mengenakan mantel abu-abu gelap, muncul sesosok pria.     

Cahaya di depannya sangat gelap.     

Dari cahaya redup di belakangnya, bisa terlihat rahang dan kedua sisi pipinya, sementara alis dan matanya hampir tak terlihat dalam kegelapan.     

Dari kegelapan, secara garis besar, sosok ini tampak sempurna dan luar biasa.     

Namun, dia hanya terus terdiam dan tenang sehingga tidak ada satu patah kata pun yang terucap, tidak ada pergerakan, tidak terlihat kebahagiaan, ataupun kemarahan. Dia hanya berdiri di sudut dalam kegelapan itu, jauh sekali, memandangi dua orang di atas panggung.     

Mengunci pandangannya di sana.      

Menyaksikan kebahagiaan mereka, yang tampak segalanya bagi mereka.     

"Kamu sudah mengawasinya sepanjang waktu, tapi masih ada saja hal yang luput dari pandanganmu. Sekarang gadis tersayangmu akan menjadi istri orang lain dan ibu dari anak orang itu suatu hari nanti. Aku bersedih untukmu."     

Di belakangnya, seorang pria kurus, setengah baya, mengeluarkan kata-kata tajam itu sembari memandang orang yang sedang memiliki perasaan aneh di depannya.     

Saat pria itu mengatakannya dan melihat bahwa sosok itu masih acuh tak acuh, dia segera menggertakan giginya dan berkata, "Apa kamu benar-benar rela? Kamu telah mencintai perempuan itu selama bertahun-tahun, dan bahkan sekarang, kamu masih mencintainya."     

Begitu kata-kata itu terlontar, kelopak mata pria itu sedikit terkulai. Di matanya yang panjang dan jernih, ada kilasan pandangan yang tidak bisa dilihat siapa pun.     

Bibir tajam itu akhirnya terbuka dan melontarkan beberapa kata, "Tidak butuh pedulimu."     

"Ah, sudah kubilang! Kenapa kamu begitu bodoh! Bukankah itu hanya seorang wanita? Kamu lihat, kamu telah menyelamatkan hidupku di Afrika Selatan dan aku berhutang permintaan padamu. Selama kamu mengatakan sesuatu, aku akan menemukan kesempatan untuk bertemu dengannya sendirian secara langsung. Kamu tahu kemampuanku. Terlalu mudah bagiku untuk menghipnotisnya!"     

Saat mengatakannya, pria itu berjalan ke arahnya, sampai pada akhirnya mereka saling memandang, membangkitkan senyuman yang tidak diketahui artinya, "Beri dia perubahan pikiran, cuci otak, dan dia bisa pergi bersamamu, dimanapun, dunia ini begitu besar, selalu ada ruang untukmu, jadi kamu bisa mendapatkan dia sepenuhnya. Bagaimana? Dengan cara ini, kita berdua akan menjadi impas."     

Begitu kata ini keluar dari mulutnya, mata pria yang panjang dan tampak murni itu menatapnya sejenak.      

Matanya tampak bersinar dan berputar, tetapi pada akhirnya, kedua mata itu masih sunyi, gelap seperti jurang.     

Dengan wajah tanpa ekspresi, dia mengeluarkan dua kata dengan tegas, "Tidak bisa."     

Tidak bisa.      

Setelah selesai mengatakannya, dia melangkah mundur, melihat panggung untuk terakhir kalinya, lalu menarik pandangannya dan berbalik.     

"Hei! Bo Yi, pikirkan lagi! Apa kamu benar-benar menyerah! Berapa banyak orang yang bisa kamu cintai dalam hidupmu? Apa kamu benar-benar ingin mati sendirian?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.