Halo Suamiku!

Meninggalkan Dia, Beralih Ke Pria Lain



Meninggalkan Dia, Beralih Ke Pria Lain

0Pria itu sudah terlihat sangat jelas. Penguntitan seperti apa lagi yang masih ia mainkan?     

Bahkan dalam penyamarannya, hanya dalam sepintas saja Sang Xia sudah bisa mengenalinya. Tuhan juga tahu apa yang Sang Xia pikirkan bahwa ia tidak ingin menyiksa pria itu lebih lagi, jadi ia pergi lebih awal. Tapi benar-benar di luar dugaan, bajingan itu justru mengikutinya.      

Sang Xia menyimpan foto itu lalu ia mencari kontak di ponselnya "iblis sesat". Setelahnya ia menuliskan beberapa kata dan mengirimkan foto itu.      

Setelah serangkaian tindakan, akhirnya ponsel pria itu tiba-tiba berdering.      

Dengan cepat ia mengambilnya dan menutupinya. Ia menoleh ke belakang untuk melihat apakah Sang Xia berhasil menemukannya, tetapi hatinya diam-diam mengutuk. Siapa yang memberinya pesan saat ini.     

Membuat ia ketahuan, ia sudah mati!      

Tanpa menunggu waktu, ia bergegas membuka layar ponselnya dan tertarik dengan pesan itu tanpa melihat siapa yang mengirimnya.     

Pesan itu berisi satu foto dengan tiga kata.      

Dan foto itu…      

Saat ia melihatnya dengan jelas, wajahnya menggelap seketika!      

Kemudian ia mengubah ekspresinya secepat mungkin, namun saat ini wajahnya terlihat seperti udang rebus.      

Foto itu dengan jelas menunjukkan dirinya yang berdesak-desakan di kereta bawah tanah, mendongak untuk melihat siapa yang Sang Xia ajak bicara, tetapi tidak disangka, Sang Xia justru sengaja mengambil selfie untuk membiarkan dirinya masuk!     

Foto itu juga sangat jelek!      

Dan ketiga kata itu, membuat dirinya bisa melihat kebencian yang mengerikan.      

Kata itu berisikan [tidak tahu malu].      

Rong Zhan kehilangan kata-katanya.      

Tidak tahu malu.      

Sang Xia menyebut dirinya tidak tahu malu.      

Ekspresi wajah Rong Zhan terlihat sangat rumit saat ini.      

Ia menatap pesan itu untuk waktu yang lama dan kemudian menyeka wajahnya. Ia merasa seolah ia benar-benar tidak punya malu untuk bertemu orang.     

Sejujurnya ia pria yang menakutkan, hanya saja ia takut wanitanya akan lari bersama pria lain. Jadi ia memutuskan keluar untuk melacaknya secara diam-diam.     

Sampai akhirnya Sang Xia menemukannya dan mengejeknya.      

Reputasinya benar-benar hancur.      

Wanita itu selalu saja menyakitinya tepat di hatinya tanpa ampun.      

  **     

Setelah turun dari kereta bawah tanah, Sang Xia membuat panggilan lain dan langsung tiba di tempat Bo Yi.     

"Aku melepasnya malam itu dan kamu lupa memakainya keesokan harinya."     

Bo Yi mengeluarkan arloji Sang Xia sembari berkata dengan nada ringan dan lembut.     

Saat ini ia mengenakan mantel hitam dan sweater kasmir abu-abu muda dengan kerah tinggi. Jelas wajahnya terlihat tampan dengan tubuhnya yang langsing.     

Dirinya juga dipenuhi dengan gairah sensual yang semakin membuatnya tidak memiliki celah untuk bisa dihujat.      

Sang Xia menarik sudut bibirnya dan mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tetapi Bo Yi justru ingin membantu Sang Xia mengenakannya. Tindakan itu wajar, seolah-olah semua itu dikendalikan alam bawah sadar. Sedangkan Sang Xia yang baru saja memikirkannya, sudah terlambat untuk mengambil tindakan.      

Arlojinya sudah terpasang di pergelangan tangannya.      

Bo Yi telah membantu Sang Xia memakainya. Pada saat yang sama, suara elegan keluar dari mulut Bo Yi, "...Kamu masih sama seperti sebelumnya, selalu ingin aku mengingatkanmu. "     

Ketika Bo Yi mengatakan ini, kelopak matanya sedikit terkulai, bulu mata yang panjang membentuk bayangan kecil, kulit di tangannya putih dan hampir transparan, dan Sang Xia dapat dengan jelas melihat pembuluh darah biru di bawah kulit Bo Yi.     

Sang Xia tidak bisa bicara. Sebenarnya Bo Yi tidak perlu mengatakan apa-apa. Sang Xia tahu bahwa Bo Yi terlalu menderita untuk pemulihannya selama ini.     

Bo Yi telah kehilangan banyak berat badan dan kesehatannya tidak sebaik sebelumnya.     

Untuk siapa ia melakukan ini?     

Mau tak mau bulu mata Sang Xia terkulai memikirkan ini. Sebenarnya ia lebih dari sekedar tahu, tapi ia harus berpura-pura tidak tahu...     

Ia mengabaikan rasa sakit di lubuk hatinya. Setelah arlojinya terpasang, ia tersenyum pada Bo Yi, "Aku harus segera kembali. Tetaplah hangat dalam cuaca dingin ini."     

Sang Xia berkata dengan sopan, lalu ia mundur untuk tidak lagi tinggal lebih lama dan berbalik pergi.      

Sedangkan Bo Yi yang melihat sosok langsing yang perlahan meninggalkannya, pandangan matanya tiba-tiba menjadi rumit dan tidak jelas.     

Karena tidak jauh di luar sana.      

Sosok yang mengenakan pakaian hitam sedang menunggu Sang Xia.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.