Halo Suamiku!

Belum Menikah, Tapi Dia Pacarku



Belum Menikah, Tapi Dia Pacarku

0Melihat kaca jendela belakang turun.     

Di dalam, seorang pria sedang merokok dengan wajah muram sembari menatap Cheng Ze. Perlahan-lahan pria itu mematikan puntung rokoknya dan memelintirnya sampai akhirnya hancur.     

Ia tampak gelisah dan menyeramkan, seolah ujung rokok yang dipelintir menjadi abu itu bagaikan orang yang sedang ditatapnya.     

Cheng Ze dengan cepat menoleh dan berjalan dua langkah untuk menyusul Sang Xia dan berkata, "Sang Xia, aku rasa kamu memiliki sesuatu yang harus dilakukan, atau kamu bisa kembali dulu. Aku akan meninggalkan kartu nama dan hubungi kami lagi nanti..."     

"Direktur Cheng, jangan khawatir. Aku tidak memiliki urusan apapun."     

Sang Xia menjawab sambil tersenyum.     

Cheng Ze hanya takut jika ia tetap bertekad mengajak Sang Xia untuk pergi bersamanya, mobil mewah di belakang akan menabraknya.      

Terutama, mereka yang baru saja keluar dari kantor polisi pasti bukan orang baik-baik.     

Namun Sang Xia langsung pergi dan mau tidak mau Cheng Ze mengikutinya dengan kepala kaku.     

Di dalam mobil.      

"Bos?" Cheng Donglin berbalik untuk bertanya pada Rong Zhan yang duduk di kursi belakang.     

Apa yang harus ia lakukan?     

"Ayo! Kita pulang! Benar-benar salah sudah berbaik hati dengannya"      

Rong Zhan hanya mendengus dingin sembari menggertakkan giginya.      

Cheng Donglin tahu bosnya sedang dalam suasana hati yang buruk. Lalu ia menggosok hidungnya dan melaju perlahan sembari berkata, "Bos, apa yang Anda katakan? Kakak ipar juga bersemangat untuk bekerja. Aku rasa tidak baik bagi kita untuk pergi seperti ini. Anda lihat, kakak ipar telah pergi dengan pria lain. Meskipun mereka membicarakan tentang bisnis, hari sudah gelap dan itu tidak aman. Lagipula, kakak ipar adalah wanita yang cantik, jika seseorang melihat pria dan wanita ... "     

Cheng Donglin menatap bosnya dan menatap sosok Sang Xia serta lelaki itu secara bergantian. Ia melanjutkan, "Bos, apakah Anda tidak berpikir untuk mengikutinya diam-diam? Lindungi dia."     

Rong Zhan mengerutkan kening dan akhirnya ia tidak lagi tahan dengan apa yang Cheng Donglin katakan. Ia menyumpah serapah dengan suara rendah, "Wanita bodoh ini. Sehari saja dia tidak bisa membuatku tenang. Cepat dan menyetirlah lebih dekat!"     

Cheng Donglin tersenyum samar.      

Astaga, bosnya.     

Sang Xia dan Cheng Ze tidak pergi terlalu jauh dengan menggunakan taksi, jadi mereka memutuskan untuk pergi ke kafe di seberang sebuah kantor pengacara. Cheng Ze masih diliputi perasaan khawatir, tetapi setelah berdiskusi dengan Sang Xia, akhirnya mereka memutuskan untuk mengesampingkan keselamatan mereka sendiri dan memiliki perbincangan dua arah yang begitu menyenangkan.      

Sampai akhirnya, Cheng Ze bahkan menawarkan sebuah penawaran yang sangat luar biasa. Ia mengatakan jika Sang Xia mau, Cheng Ze akan merasa terhormat untuk membawa Sang Xia di bawah naungannya dan mencoba memberikan ruang untuk pengembangan terbaik bagi Sang Xia. Sang Xia juga merespon dengan sangat sopan.      

Namun sebelum pergi, Cheng Ze ragu-ragu untuk membuka mulutnya, "Sang Xia, itu… Pria yang tadi…"     

"Oh?"      

Sang Xia mengangkat alisnya dan dalam sekejap ia tahu siapa yang Cheng Ze maksudkan.      

Matanya sedikit nanar dan ia tidak tahu apa yang Cheng Ze pikirkan, tetapi ketika membuka mulutnya, ia berkata dengan senyum minta maaf, "Maaf, Direktur Cheng, dia hanya bercanda. Kita belum menikah."     

"Oh, bagus kalau begitu. Aku tidak berpikir pria itu orang baik-baik. Kamu tidak tahu, dia bahkan menatapku yang membuatku masih berkeringat sampai sekarang." Cheng Ze mengelus dadanya setengah bercanda.     

Saat ini ia berpikir mungkin pria itu hanya seseorang yang mengejar-ngejar Sang Xia.      

Sudahlah.     

Setelah Cheng Ze menyelesaikan kalimatnya, Sang Xia tersenyum dangkal tanpa mengurangi tampilannya yang menawan, "Direktur Cheng, saya lebih menyesali atas apa yang Anda katakan dan saya minta maaf mewakilinya. Meskipun kami belum menikah, tapi dia adalah pacarku."     

"Ah, apa…?" Cheng Ze tampak bodoh seketika dan bahkan wajahnya memerah karena malu.      

  **     

Dua orang yang ada di kedai kopi itu pulang ke arah mereka masing-masing. Sang Xia meninggalkan pintu dan pergi sendiri, siap menunggu bus di halte.     

Tempat ini bukanlah pusat kota dan hari sudah mulai gelap. Hanya ada lampu jalan yang bersinar.     

Tiba-tiba Sang Xia merasakan sebuah firasat buruk.     

Benar saja, ia mendapati situasi yang rumit...     

Apakah ia...akan menghadapi bencana?      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.