Halo Suamiku!

Istriku, Cium Aku!



Istriku, Cium Aku!

0Seluruh tubuh Sang Xia ditarik ke pelukan Rong Zhan. Rambut panjangnya yang tergantung mampu menutupi pipinya yang basah dengan air mata dan juga pemandangan ketika ia menggigit bahu Rong Zhan.      

Rong Zhan tahu kesulitan yang dihadapi Sang Xia. Bahkan rasa sakit itu lebih dari rasa sakit yang ia rasakan di bahunya.      

Gigitan itu terasa begitu kejam, seolah Sang Xia meluapkan semua emosi di hatinya lewat gigitan itu.      

Emosi itu menandakan kebencian terhadap Rong Zhan yang begitu besar. Benci karena Rong Zhan membuat keputusan sepihak, benci dengan ketidakberdayaannya, dan di waktu yang bersamaan..ia juga benci dengan dirinya sendiri, benci karena tidak mampu berjuang...     

Ia merasa begitu putus asa.     

Keputusasaan ini bukan karena pertemuannya dengan Bo Yi sekarang, tetapi lebih karena membiarkan dirinya sendiri mengingat kembali tentang apa yang pernah terjadi.      

Saat ini, Rong Zhan hanya mengenakan kemeja tipis dan gigitan Sang Xia begitu dalam. Terlihat ada beberapa tanda yang lebih gelap tercetak di bahu kemeja gelap Rong Zhan, y warna merah darah.     

Tapi Rong Zhan tetap memegang pinggang Sang Xia di satu tangan, membelai punggungnya, dan meletakkan tangannya di sandaran sofa dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya, seolah-olah ia tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Sampai akhirnya ia menarik sudut mulutnya sembari berkata, "Oke oke, kakak ipar sudah tahu niat baik kalian. Dia malu. Jangan menakutinya."     

Diantara kata-kata itu, terselip nada penuh cinta.      

"Tuan Zhan, beri satu ciuman lagi. French kiss. Sepertinya kakak ipar tidak menyukai ciumanmu barusan!"     

"Ya, cium, cium!"      

Benar-benar bukan hal yang mudah bagi Sang Xia untuk menyembunyikan gerakannya dari begitu banyak orang. Beberapa orang juga melihat apa yang diinginkan Rong Zhan. Tapi siapa lagi yang tidak bisa mengikuti dan berani menyapu keinginannya?     

Tentu saja, mereka mencoba yang terbaik untuk mencocokkan sepasang kekasih ini.     

Sehingga membuat Rong Zhan semakin menyukainya.      

Ketika Rong Zhan melihat ini, ia menundukkan kepalanya. Ia menunjuk ke perutnya dan mengusap pipi Sang Xia lembut. Lalu ia berbisik di telinga Sang Xia, "Sang Xia, aku tahu kamu tidak mau, tetapi kamu juga tahu bahwa Bo Yi mengawasi di sana. Apakah kamu ingin dia melihat bahwa kamu dipaksa? Atau kamu sebenarnya tidak ingin dipisahkan dari dia? "     

Tidak.      

Sang Xia tidak akan mau bersama Bo Yi lagi.     

Bahkan meskipun ia enggan berpisah, itu tidak akan mungkin terjadi.      

Kalau tidak, mereka tidak akan berpisah begitu lama dan akan saling menghubungi.     

Sejujurnya Sang Xia tidak perlu mengagumi Rong Zhan. Hanya saja ia sangat tangguh dan cukup keras kepala untuk memutuskan hal-hal baik dengan kejam. Dan itu adalah hal yang tidak akan mudah untuk diubah.      

Mendengar kata-kata Rong Zhan, Sang Xia tidak bisa menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.      

Sebenarnya Sang Xia tahu, meskipun ia tidak terjerat oleh Rong Zhan sekalipun, pasti akan ada hari dimana ia akan bertemu dengan Bo Yi. Hanya saja, Sang Xia tidak pernah berpikir bahwa hari itu akan datang begitu cepat, begitu tiba-tiba.      

Terlebih lagi...Rong Zhan tidak sabar mengumumkan posisi Sang Xia di sampingnya.      

Memangnya untuk apa itu?     

Balas dendam untuk Bo Yi? Untuk membalas perlakuan wanita yang kejam terhadapnya? Atau dia benar-benar hanya ingin mencicipi mantan pacar sahabatnya?     

Tapi, untuk alasan apapun itu.     

Sang Xia dan Bo Yi sudah tidak ada hubungan apapun lagi.      

Selama itu tidak ada hubungannya dengan Bo Yi, tidak masalah.     

Saat ini, bahu Sang Xia sudah tampak tenang dan kepala Rong Zhan mulai terangkat perlahan, dan tiba-tiba mulutnya terangkat, "Istriku, cium aku."     

Sorakan di sekitar kembali terdengar begitu keras.      

Detik itu juga Sang Xia menyesap bibir bawahnya dan merasakan rasa air mata yang asin. Bibirnya sedikit bergetar, lalu ia melingkarkan tangannya ke leher Rong Zhan dan mendekatinya perlahan. Detik berikutnya, Sang Xia mencium bibir Rong Zhan disertai sorak-sorai kerumunan.     

Rong Zhan tersentuh oleh gestur Sang Xia. Tanpa menunggu waktu, ia langsung mengisap bibir Sang Xia dua kali lebih kuat dengan lembut. Dalam sekejap, ia menggenggam tengkuk Sang Xia, memberikan serangan balik, dan lidahnya langsung bergegas masuk, menjelajahi bibir dan lidah Sang Xia dengan ganas.     

"Brak!"     

Tiba-tiba terdengar pintu yang dibanting keras dibarengi dengan sosok ramping yang keluar dengan hentakan keras__     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.