Halo Suamiku!

Kamu Mengatakan Sulit Untuk Diraih



Kamu Mengatakan Sulit Untuk Diraih

0Lalu dia bergegas melepas gaun tidurnya dan pergi keluar untuk mengenakan mantel flanel yang sangat modis. Mantel itu sepanjang lutut. Dia keluar dari pintu dengan sepatu botnya sembari bersenandung saat berjalan keluar.     

Sepertinya dia sedang dalam suasana hati yang bagus.      

Faktanya, Su Li sudah ingin terbuka.     

Tak peduli apa yang diinginkan Ah Nian, meski mereka masih menjaga jarak, tidak seperti hubungan sebelumnya.     

Meski kelakuan Ah Nian membuatnya tidak nyaman dan marah, tapi dia percaya pada pandangannya sendiri. Ah Nian bukanlah orang seperti itu.     

Intuisinya memberitahu bahwa pasti ada alasan mengapa Ah Nian tidak menerima dirinya.     

Apakah karena perbedaan status antara keduanya?     

Jika saja hal itu benar-benar harus diperhatikan, tapi mungkin Su Li sendiri tidak terlalu peduli dengan itu.      

Topik ini memiliki kepekaan tersendiri.     

Dia tidak peduli tentang itu, tetapi apakah Ah Nian peduli?     

Karena Su Li akan dengan sepenuh hati mencoba berdiri di sisinya.     

Kali ini, dia memasukkan tangannya ke dalam saku jaket, memakai topi dan kacamata hitam, tak lupa memasang dua earphone nirkabel di telinganya dan berjalan turun.     

Bahkan dengan pakaian kasualnya saja sudah mampu membuat orang begitu terpesona.     

Meskipun untuk sesaat, mereka tidak menyadari siapa dibalik pakaian itu.      

Matahari sudah mulai terbenam dan senja menampakkan jati dirinya.     

Dia keluar dari hotel untuk menemukan Ah Nian yang seharusnya sudah kembali.      

Tak jauh dari situ, dia melihat sosok Ah Nian.     

Bagaimanapun, sebelum dia pergi, Su Li pikir Ah Nian hanya akan memasak makanan untuk dirinya sendiri. Melihat Ah Nian kembali dengan dua kantong tas belanja, Su Li menyipitkan mata dan bibirnya melengkung.     

Entah kenapa, perasaan seperti ini membuatnya merasa sangat baik, karena tiap kali dia bersedia menerimanya dari hati, dia selalu merasa bahwa segala sesuatu di sekitarnya akan menjadi sangat indah.     

Dan Ah Nian, yang kembali dengan kantong besar dan kecil, juga membuatnya merasa nyaman dan bahagia.     

"Kenapa kamu turun?"      

Ah Nian sedikit mengernyit.     

Matanya menyapu ke belakang Su Li, tidak ada reporter ataupun paparazzi, yang mengkonfirmasi bahwa tidak ada orang yang mencurigakan, perlahan-lahan dia menarik kembali garis pandangnya, jatuh tepat di tubuh Su Li.     

"Kenapa, aku tidak bisa turun untuk menjemputmu?"     

Detik berikutnya, Su Li melangkah maju dan meraih lengan Ah Nian meskipun ditentang, dan mencoba membantunya berbagi beberapa hal yang berat. Namun Ah Nian menolak untuk membiarkan Su Li membawanya atau membiarkannya memegang lengannya, "Kamu harus memperhatikan kapasitasmu sendiri di luar."     

Bagaimanapun, Su Li adalah bintang besar.     

Dan dia adalah seorang pengawal.     

Akhirnya, Su Li mengabaikan penghinaan itu dan berbalik. Dalam perjalanan menuju ke kamar, entah kenapa suasananya menjadi canggung dan sesak.      

Mata Ah Nian sedikit berbinar saat melihat penampilan Su Li yang tidak bahagia sembari menggumamkan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan di mulutnya. Mungkin dia tahu jika dirinya telah membuat Su Li tidak bahagia, jadi dia ingin mencoba meredakan suasana, tapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya,"...Apa yang sedang kamu katakan?"     

Su Li sedang memakai headphone, jadi dia sengaja berpura-pura tidak mendengar, sampai akhirnya Ah Nian bertanya lagi, dan dia hanya pura-pura melepas earphone, "Tidak ada, aku hanya mendengarkan lagu dan menyanyikan beberapa kata, karena ada lirik yang sangat bagus."     

"Lirik apa?"     

Ah Nian mengira percakapannya dengan Su Li berjalan sukses.     

Tapi hampir tak disangka...     

Lirik apa?      

Su Li terkekeh dan bersenandung, "Kau katakan jika dirimu sulit untuk diraih, itu berarti kamu mencintai sanjungan."     

Ah Nian sepenuhnya terdiam.      

Dalam sekejap, darahnya seolah membeku, dan ekspresi wajahnya dipenuhi dengan kerumitan yang tak bisa dijelaskan.      

Melihat wajah Ah Nian yang berubah dalam sekejap, Su Li mennunjukkan senyuman bangga, dan mengambil inisiatif untuk meraih lengannya.     

Sepertinya dia masih menolak, tetapi entah bagaimana, tiba-tiba dia memegang tas besar itu di satu tangan dan meraih tangannya dengan tangan lainnya.     

Mendapati itu, Su Li tidak bisa berhenti menyunggingkan senyum di bibirnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.