Halo Suamiku!

Hari Yang Baru!



Hari Yang Baru!

0Bagi semua orang, menghadapi patah hati bukanlah perkara mudah, dan itu tidak akan membuat orang merasa lebih baik.      

Sang Xia mengangguk.      

"Oh! Orang macam apa yang bisa membuat wanita tak berperasaan menjadi seperti itu?"     

Begitu kata-kata itu keluar, Sang Xia memelototinya.     

"Ayolah, jangan terlalu sinis sekarang ini."     

Setelah mengatakannya, Sang Xia menghela nafas lagi. Dia mendekat ke arah Rong Zhan, lalu membantunya meluruskan kerahnya yang berantakan dengan hati-hati. Sampai akhirnya dia berdiri berjinjit dan memberi Rong Zhan ciuman di sudut bibirnya, "Pulanglah dulu, jangan tidur terlalu malam..."     

Setelahnya, dia mencium dahi Rong Zhan, hidung, dan kembali membuka suaranya, "Aku akan merindukanmu."     

Kali ini, Sang Xia sama sekali tidak menyembunyikan cintanya.     

Dan kata-kata rindu yang diucapkan oleh Sang Xia.      

Membuat hati Rong Zhan seketika lemah dan berantakan. Tanpa pikir panjang, dia memiringkan kepala, menjerat bibir dan lidah Sang Xia, memberikan ciuman tanpa jeda, dan untuk sesaat, seolah mereka seperti tak bisa terpisahkan.      

Saat itu Rong Zhan berpikir jika dirinya sangat mencintai Sang Xia. Kalau begitu, bagaimana mungkin Sang Xia tidak bisa merasakannya.     

Jadi, bagaimana Sang Xia bisa percaya bahwa Rong Zhan benar-benar meminta putus dengannya?     

Rong Zhan sendiri saja tidak bisa percaya!      

Tampaknya hanya ada satu cara lagi untuk membuat Sang Xia bisa menikah dengan dirinya!     

  **     

Keesokan harinya.      

Pagi-pagi sekali, Su Li duduk dari tempat tidur dengan sakit kepala menyerang hebat.      

Sembari menyipitkan mata, dia mencoba menatap cahaya terang di luar tirai tipis.      

Waktu masih terlalu pagi, tapi cuaca hari ini sangat bagus. Su Li bangun dari tempat tidur, ini adalah permulaan hari, dan cahaya tipis seperti api yang sedang bergerak.     

Seperti baru saja didekorasi, ini adalah hari yang baru.      

Su Li tidak lupa apa yang terjadi semalam. Berbalik, dia mendapati Sang Xia yang sedang tidur di sampingnya. Dia melihatnya sebentar, lalu tersenyum lembut.      

Ketika dia bangun, mandi, dan keluar lagi, dia tidak hanya sedikit pucat, tetapi juga memiliki semangat yang baik.     

Sepertinya, dia sudah bisa menyesuaikan suasana hatinya.      

Lalu dia mengenakan pakaiannya dan meninggalkan catatan untuk Sang Xia.     

Dia pergi lebih dulu, tidak lupa dia mengambil kue yang dia beli untuk Xiaobai semalam.     

Namun, setelah meninggalkan pintu, Su Li meraba sakunya dan tiba-tiba menemukan bahwa dia tidak punya uang di sakunya dan tidak ada ponsel.     

Dia tertegun sejenak, sebelum akhirnya menarik ujung mulutnya tanpa daya.     

Dia sama sekali tidak menyangka jika akan ada waktu dimana dirinya berada dalam kekacauan semacam itu.      

Lalu dia mengeluarkan tangannya dari mantel punknya dan membentangkan telapak tangannya. Di telapak tangannya ada sebuah koin.     

Cukup.      

Tak lama, dia menatap ke kejauhan tanpa jejak. Ketika bus pertama datang di pagi hari, dia mengeluarkan kacamata hitamnya dan langsung memakainya.     

Saat ini, rambut ikal hitam panjangnya menutupi separuh wajah cantiknya.     

Dia mengenakan mantel punk, jeans ketat berlubang dengan kaki jenjang, dan sepatu bot kulit kecil. Meskipun bola matanya terlihat membengkak, tetapi dia tetap menarik.     

Dengan tinggi 1,8 meter.      

Wajah cantik putih, berdiri di keramaian halte bus, juga membuat orang di sekitarnya melihatnya dari waktu ke waktu.     

Malam ini.      

Su Li sudah memikirkannya.     

Dia sudah memikirkannya matang-matang.      

Saat bus tiba, Su Li bergegas pergi.     

Ini bukan pertama kalinya dia naik bus, tapi itu jarang sekali.     

Dia duduk di kursi terakhir yang ada di belakang.     

Busnya tidak ramai, tapi ada orang yang berdiri, kebanyakan siswa SMP yang riuh dan sangat bersemangat.     

Sementara Su Li duduk di sana dengan tangan bersedekap di dada sambil melihat ke jalan di luar jendela.     

Di telinganya, bergema tawa para siswa itu.      

Ini membuat Su Li merasakan suasana yang penuh energi dan berjiwa muda. Duduk di sana, mendengarkan tawa, dia melihat ke luar jendela     

Saat itu…      

Waktu terasa semakin lama, setiap menit dan setiap detik menjadi begitu lambat.     

Dia seperti kembali ke masa mudanya——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.