Halo Suamiku!

Aku Tidak Peduli, Kamu Harus Melayani Dengan Baik Hari Ini



Aku Tidak Peduli, Kamu Harus Melayani Dengan Baik Hari Ini

0Sang Xia benar-benar tidak memperhatikan masalah ini. Jika bukan karena Rong Zhan yang menyuarakannya, dia benar-benar tidak memperhatikan bahwa nafsu makannya selama masa ini meningkat gila.     

Wajah Sang Xia sedikit rumit dan aneh.     

Tak berselang lama, makan malam Rong Zhan datang, yang penuh dengan hidangan lezat. Dia membuka sebotol anggur merah tua, dan sekarang dengan serius dia mengupas seekor lobster.     

"Ayo, sayang, buka mulutmu."     

Rong Zhan ingin menyuapkan makan, sementara Sang Xia di sana juga tidak tahu apa yang dipikirkan, penampilannya benar-benar konyol, tetapi melihat lobster yang sudah dikupas ke mulut, tanpa sadar ia membuka mulutnya untuk memakannya.     

Tetapi ketika lobster dimasukkan ke dalam mulutnya, Sang Xia mengunyah dengan tampilan menyedihkan dan berduka, wajahnya tampak cemberut dan menangis.     

Rong Zhan yang melihatnya langsung membelalakkan mata, "Kenapa? Tidak enak?"      

Sembari mengatakannya, dia mengerutkan kening dan berniat memanggil juru masak.     

Sang Xia segera menghentikannya, "Hentikan!"     

Hatinya gelisah dan panik. Bahkan kali ini, dia mencubit Rong Zhan dengan tangannya. Sedangkan Rong Zhan hanya bisa meremas tangannya sendiri sambil menghirup nafas dingin kesakitan, "Sayang, sayang, lepaskan, dagingku serasa dicabut!"     

Selaian kesakitan, wajah Rong Zhan juga tampak kacau.      

Entah kenapa Rong Zhan merasa tiba-tiba Sang Xia terlihat seperti orang yang berbeda. Dia menjadi sangat kasar padanya.      

Setelah Sang Xia melepaskan tangannya, dia terus-menerus mencoba menenangkan dirinya sendiri.     

Tidak, tidak mungkin!      

Tidak mungkin!      

Hanya dalam satu waktu, dia tiba-tiba ingin memakannya, dan porsi yang tidak biasa akhir ini. Dia juga merasakan pegal di punggungnya, juga merasa lelah dan tubuhnya lemas.      

Tidak ada alasan lain.     

Dia tidak bisa tidak menakuti dirinya sendiri.      

Rong Zhan yang melihat ekspresi Sang Xia yang tampak kusut dan rumit kembali duduk di kursinya. Dia meletakkan garpunya dan meminta Sang Xia untuk duduk di atas pangkuannya. Tanpa menunggu, dia langsung mengikat pinggang Sang Xia, mencubit rahangnya sembari menyipitkan mata, "Ada apa denganmu?"     

Sang Xia tidak ingin mengatakannya.      

Masih terlalu dini untuk memilikinya…...     

Selain itu, dia tidak yakin, bagaimana dia bisa mengatakannya pada Rong Zhan.     

Akhirnya, dia menggelengkan kepalanya sembari memikirkan sebuah alasan yang masuk akal, "Kamu terlalu sibuk. Aku tidak suka berada di sini sendirian."     

Mendengar ini, Rong Zhan menggosokkan dagunya ke kening Sang Xia, "Karena ini? Maafkan aku, sayang. Aku akan bertemu ayahmu lusa. Ikutlah denganku. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian."     

Sang Xia yang mendengarnya terlihat sedikit canggung. Apa Rong Zhan benar-benar akan membawanya untuk mempermalukan diri bersama?      

Dia menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa. Kamu bisa lebih sering menemaniku setelah ini."     

Mendengar ini, Rong Zhan menatap pelayan yang sudah pergi. Dia membenamkan kepalanya di leher Sang Xia, menutup matanya, dan mengendus dalam-dalam. Lalu dia berkata dengan senyuman rendah dan penuh makna, "Sebenarnya, lebih penting bagimu untuk menemaniku… hm, sangat penting."     

Dan tiba-tiba Sang Xia merasa tepat di tempatnya duduk…      

Sesuatu telah siap untuk bergerak, dan dia segera mengangkat wajahnya, bangkit dan duduk kembali di kursi, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Apa kita berada di frekuensi yang sama?"     

Rong Zhan tidak menangkapnya. Melihat dia kabur, dia tiba-tiba kehilangan rasa. Namun, dia sama sekali tidak menghindarinya. Kakinya yang panjang terbuka, seperti orang tua yang menggantung kakinya. Dia memegang anggur merah di tangannya dan berkata dengan lesu, "Aku tidak peduli dengan beberapa hari ini, tapi kamu harus melayaniku dengan baik hari ini."     

Tampak jelas bahwa dia masih menggantungkan kaki terbuka, menyaksikan Sang Xia yang sangat ingin menendangnya, tetapi juga enggan melakukannya.     

Alasan tepatnya adalah dia enggan menyerah, kecuali untuk dirinya sendiri, tidak ada yang tahu.     

Dia "sangat" jelas tahu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.