Halo Suamiku!

Ah Nian bukan manusia!



Ah Nian bukan manusia!

0Dan Ah Nian, sepertinya dia juga menyadari jika dirinya tidak membiarkan Su Li melepas bajunya.     

Matanya sedikit tenggelam, mencoba mengalihkan perhatian Su Li dengan tindakan lain.     

Dia mengangkat tangan Su Li di kedua sisi kepalanya, lalu menciumnya dalam-dalam.     

Tapi Su Li memberontak dan meronta.      

Su Li merasa ada yang salah dengan penolakan Ah Nian.     

"Ah Nian? Kamu tidak membiarkanku melepasnya atau membiarkanku menyentuhnya. Ada apa di balik bajumu? Tunjukkan padaku." Su Li mengatakannya dengan sedikit tersentak.      

Seketika Ah Nian menghentikan gerakannya, tapi dia juga semakin kuat menekan kedua tangan Su Li.      

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berlanjut mencium leher Su Li, telinga, bahkan beralih ke dadanya.      

Semua tindakan itu membuat Su Li lemah.      

Seolah-olah tubuhnya menyerah pada saat itu.     

Akhirnya Ah Nian sedikit tenang.      

Tetapi pada saat dia baru saja melepas ciumannya, Su Li tiba-tiba melakukan serangan balik. Dia mengambil kesempatan untuk menyentuh dada kiri Ah Nian.     

Tetapi sebelum dia sempat merasakannya, Ah Nian langsung menariknya dengan kuat, seolah-olah itu adalah sesuatu yang tidak bisa disentuh sama sekali. Seolah-olah itu hal yang tabu!     

"Ah Nian…!"      

Seketika itu juga, Su Li memandang wajah Ah Nian. Terlihat sedikit kesabaran, sedikit ketegangan, dan tanpa sadar Su Li menggumamkan nama Ah Nian, karena tidak mengerti apa yang dia lakukan.     

Kenapa.      

Kali ini, Ah Nian mengambil ikat pinggang dan mengangkat kedua pergelangan tangan Su Li tinggi-tinggi di atas kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

"Xiao Li, kamu tidak bisa lari! Benar-benar tidak bisa lari!"     

Tempat itu adalah tempat rahasianya disembunyikan.     

Dan Su Li tidak boleh melihat itu.      

Suaranya yang tenang terdengar. Sesaat setelah menutup mulutnya, dia menunggu Su Li bereaksi sembari membalikkan tubuhnya. .     

Di dalam hotel itu, baju tidur berenda yang digunakan Su Li diangkat, yang membuat tubuh bagian bawahnya terasa dingin.      

Su Li dapat segera merasakan bahaya yang akan datang.     

Memikirkan hal-hal yang secara tidak sengaja Ah Nian lihat dan sentuh dengan sengaja, dengan takut dia mendongak, "Ah Nian, Ah Nian, tunggu, aku belum, aku belum ..."     

Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, pinggangnya yang seksi ditarik ke belakang dengan kasar.     

"Aaahhh!!"      

 ***     

Ini adalah kamar di salah satu hotel yang cukup mewah.     

Dari luar jendela.     

Matahari telah terbenam dan bumi diselimuti cahaya oranye.     

Malam akan segera tiba.     

Angin sejuk bertiup perlahan, menyusup ke jendela yang setengah terbuka, meniupkan layar jendela yang berwarna biru muda, lalu berayun di udara.     

Tapi semua itu tidak bisa meledakkan ruangan yang penuh gairah itu.     

Di atas sofa, hanya ada satu gerakan yang berlangsung hampir satu jam.     

Seolah-olah bersedia berada dalam posisi tubuh seperti itu, sampai akhir zaman.     

Suara wanita itu sudah terdengar sangat serak.     

Dengan suara teriakan, jeritan, dan seorang pria yang tidak berkata apa-apa, kecuali suara nafas yang berat dan desahan yang sangat kontras. Di saat yang sama, itu juga terjalin menjadi gerakan seksi.     

Membuat siapa pun sulit untuk membayangkannya.     

Entah sudah berapa lama.      

Akhirnya semuanya berakhir.      

Dan Su Li sudah benar-benar tak berdaya.      

Dia melarikan diri berkali-kali dan benar-benar ingin.     

Tapi dia selalu ditarik kembali bahkan dengan serangan balik yang lebih mengerikan.      

Sebelum itu berakhir, badai terakhirnya hampir membuatnya ambruk, suara teriakannya juga parau, sampai akhirnya tidak ada suara yang terdengar.     

Dia hanya bisa menangis dengan mata memerah.      

Dan serasa ingin pingsan.      

Dia menyesalinya.     

Benar-benar menyesalinya.      

Ah Nian, sepertinya memang bukan manusia.      

 **     

Semuanya sudah berakhir.     

Saat ini, Ah Nian menekannya, memeluknya, mengepalkan tangannya, dan dengan lembut mengusapkan bibirnya ke bahunya yang berkeringat.     

Semua itu menggambarkan sebuah cinta.      

Mata Ah Nian saat ini juga sangat tenang, juga terlihat lebih sadar, namun juga untuk membuat lebih banyak sakit hati Su Li.     

Ah Nian sudah mengatakannya.      

Jika dia melakukannya, dia akan membunuhnya.     

Itu...benar-benar terjadi… itu semua… bukan hanya omong kosong belaka.      

Karena di dalam tubuhnya saat ini…      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.