Halo Suamiku!

Pengakuan Sang Xia Tentang Penyakit Rong Zhan (1)



Pengakuan Sang Xia Tentang Penyakit Rong Zhan (1)

0Hanya ada satu kalimat pendek di situ.     

Tetapi ketika orang membacanya, siapapun pasti akan ikut merasakan sakit hatinya!     

Sebuah baris dalam pesan itu: [Dia menderita kanker, aku pikir dalam beberapa hari mendatang…. aku akan tetap bersamanya. ]     

Tidak ada yang tahu siapa "dia" yang dimaksud Sang Xia, bahkan dia juga tidak menyebutkan namanya.     

 ...     

Kali ini, Sang Xia hanya bisa menyandarkan tubuhnya ke jendela dengan sekujur tubuhnya yang gemetar. Dia terlihat sangat menyedihkan.      

Tiba-tiba.      

Pintu kamar hotel terbuka.     

Seorang pria masuk dan berteriak, "Sayang, aku pulang!"     

Sebelum melihat sosoknya, Sang Xia sudah lebih dulu mendengar suaranya.      

Rong Zhan kembali dengan membawa tas besar dan tas kecil yang dia beli dari supermarket. Begitu masuk, tanpa menunggu untuk melepas pakaiannya, dia langsung pergi ke dapur tempat memasak.     

Setelah mengetahui tadi malam bahwa Sang Xia hamil dan dirinya akan menjadi seorang ayah, dia sangat bersemangat. Dia bergegas mandi dan menunggunya. Saat Sang Xia pergi ke toilet, dia akan membuat makanan untuk calon ibu dari anaknya. Bahkan dia akan menggendongnya sepanjang waktu.     

Jadi dia pergi membeli bahan makanan di pagi hari dan mulai memasak makanan besar untuknya.     

Sepertinya Rong Zhan tampak sangat bingung.     

Tapi keahlian memasaknya lumayan, karena selera makanannya sendiri terlalu rewel, jadi dia bisa memasak sejak remaja dan dia punya indra perasa yang bagus.     

Saat ini, Rong Zhan tidak mendengar gerakan Sang Xia, jadi dia meletakkan semua bahan makanan yang ada di tangannya dan pergi untuk menemukannya.     

Setelah berkeliling sembari memanggil-manggil namanya, akhirnya dia menemukan Sang Xia seorang diri di balkon dengan membelakanginya.     

Saat dia melihatnya, alisnya seketika membeku.     

Tatapannya juga menjadi lembut.      

Dia berjalan mendekat, posturnya tampak tegas dan anggun, namun gerakannya sangat lembut. Lalu dengan lembut dia memeluknya dari belakang, menundukkan kepalanya dan mencium pipinya. Suaranya yang menyihir tiba-tiba terdengar, "Sayang, apa kamu dan putri kita merindukanku?"     

Sang Xia tidak memandangnya, tapi matanya terkulai, sehingga Rong Zhan yang ada di belakangnya tidak bisa melihatnya saat ini. Dia bertanya, "Bagaimana kamu tahu jika bayi diperutku akan menjadi anak perempuan?"     

Bibir Rong Zhan kembali terbuka, "Aku suka anak perempuan karena ingin ia menjadi sepertimu."     

Mendengar itu, bibir Sang Xia tampak sedikit terangkat.     

Rahang Rong Zhan ditempatkan di lehernya, dan bibirnya mengait di sana, "Setelah gadis kecil itu lahir, dia akan menjadi sangat membanggakan. Ketika dia besar nanti, kamu bisa mengajarinya bernyanyi, dan aku akan mengajarinya bertarung, juga pelatihan bela diri. Putriku pasti yang terbaik di dunia."     

Begitu kata-kata ini terlontar, Sang Xia tidak bisa menahan tawa pada awalnya, tetapi entah apa yang dia sadari tiba-tiba, senyum di bibirnya perlahan membeku.     

Nanti.      

Nanti...      

Satu kata ini terlihat begitu sederhana, tapi siapa yang bisa berpikir jika saat ini jantung Sang Xia seolah diikat kuat hanya dengan satu kata itu.      

Dengan lembut dia mengerutkan bibir bawah dan air yang mengambang di bawah matanya bersinar.     

"Sayang? Kenapa kamu tidak bicara? Apakah kamu lebih menyukai pria kecil?" Rong Zhan tidak menyukai seorang putra karena dia sendiri adalah laki-laki.     

Sejak kecil, dia telah menderita. Sebagai seorang "anak laki-laki", dia memiliki kehidupan yang buruk.     

Tidak.      

Itu bahkan lebih dari sekedar buruk.     

Dengan sekuat tenaga, Sang Xia mencoba mengontrol emosinya, lalu berbalik dan menatap Rong Zhan sambil tersenyum, "Apa yang salah dengan seorang putra. Jika yang lahir adalah seorang putra, aku akan merawat dan mendidiknya dengan baik."     

Bahkan jika dia sendirian, tidak peduli seberapa sulitnya, dia akan membesarkannya dengan baik.     

Namun, satu-satunya harapannya adalah anaknya nanti bisa menjadi lebih seperti Rong Zhan.     

 ...     

Tanpa diduga.      

Tanpa diduga, dia tidak bisa mengendalikan emosinya ketika memikirkannya. Tadi malam, Rong Zhan terlalu bersemangat dan bahagia. Ketika Sang Xia menatapnya, dia benar-benar tidak tega membicarakan tentang kankernya.     

Meski tidak disebutkan, bukan berarti tidak ada.     

Dan tidak bisa diabaikan begitu saja.      

Setelah makan malam, Sang Xia memutuskan untuk jujur kepada Rong Zhan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.