Halo Suamiku!

Menyakitinya (1)



Menyakitinya (1)

0Xiaobai...      

Gumaman itu membuat tubuh Xiaobai seketika membeku.     

Saat ini, menggendong Su Li dalam pelukannya sembari menatap matanya yang tampak tenang. Namun, wajahnya tidak sehalus dan tanpa cela seperti yang terlihat pada saat siang hari.     

Setelah mandi dan mencuci muka, muncul lingkaran hitam di bawah matanya.      

Terlihat jika dia kurang tidur akhir-akhir ini.     

Mendapati itu, tidak bisa dipungkiri, rasa sakit di hati Xiaobai menyerangnya tanpa ampun.      

Suara itu, gumaman di alam bawah sadar itu, benar-benar mampu membangkitkan cinta yang tak berdaya, dan juga sakit hati yang mendalam.      

Setelah meletakkannya dengan lembut di tempat tidur dan membenahi posisinya, Xiaobai setengah berlutut di lantai, tubuh merendah, dengan lembut memegang tangannya, lalu ciuman jatuh di atasnya.     

Dia sangat ingin meminta maaf padanya.     

Karena telah memberikan siksaan ini.     

"Xiaobai... Xiaobai ..." Dia tidak tahu apa yang diimpikan Su Li dalam mimpinya, tapi alisnya sedikit membeku dan ekspresinya tampak sedih. Dia menggumamkan nama itu dengan lembut, dan suaranya terdengar parau, "...Tolong, tolong….jangan tinggalkan aku. Jangan tinggalkan..."     

Sepertinya Su Li mengalami mimpi buruk yang sangat menyakitkan, ujung hidungnya agak merah, dan air mata mulai membasahi bulu matanya yang tampak tak berdaya dari sudut matanya.     

Dia melihat pemandangan itu dengan hati hancur.     

Tanpa sadar Su Li juga menggenggam tangan Xiaobai dan dia juga tidak berniat menariknya, tetapi tangan yang lain justru dengan lembut membelai rambut Su Li, mencoba menenangkannya, lalu bibir tipis merah muda mudanya jatuh di antara alis dan mata Su Li, tepat mencium air mata asinnya.     

"Aku tidak pergi…. jangan menangis."     

Suara yang begitu lembut itu seperti masuk ke dalam mimpi Su Li. Dia tersedak beberapa kali, lalu kembali menangis seperti anak kecil.     

Sementara Xiaobai dengan penuh kasih mencium alis, hidungnya, dan akhirnya melihat ke bibir penuh keunguannya yang sedikit terbuka, yang sedang meluapkan suara tangisan kecil. Melihat itu, dia mengepalkan tangannya, saat sepuluh jari menggenggam erat, dia mengarahkan tangan itu ke bibirnya.     

Menelan isak tangisnya.     

Rasanya familiar, semuanya sangat familiar.     

Su Li tampak nyaman dan tenang.     

Xiaobai langsung mengangkat bagian atas tubuhnya dan menciumnya, menyentuh satu sama lain dengan bibir lembut dan manisnya.     

Dia menciumi bibirnya, sudut mulutnya, kembali ke bibirnya yang masih sedikit terbuka, dia hampir tidak ragu-ragu dalam menjerat lidahnya, saat itu Su Li membuka suaranya, tapi semua suara itu ditelan, dan Xiaobai dengan penuh kasih menciumnya, mencintainya.     

Dia ingin Su Li merasakan cinta yang utuh.      

Di sela-sela bibir dan giginya manis seperti madu, bercampur juga wangi bunga anggur, yang seakan-akan membuat orang dimabuk kepayang dan kecanduan untuk menjarah. Dia melepaskan cengkeraman sepuluh jarinya. Tangannya merogoh sutra hijaunya, menggosok dan membelai, sehingga dia dan keterikatannya tidak akan lepas.     

Secara naluri, Xiaobai semakin melembut. Sebenarnya dia tahu, sejak Su Li datang ke kamarnya, sama sekali tidak ada pakaian dalam di balik kemeja putihnya.      

Tangannya mengusap pinggangnya yang ramping, dengan lembut membentang ke atas, membelai sepanjang inci dari kulit yang hangat dan lembut, dan akhirnya tertutupi dengan kelembutan itu.     

Saat itu, rasanya seperti merawat harta paling berharga di dunia.     

Dia menggigit bibirnya sedikit, menyesapnya, lalu beralih menyamping.     

Xiaobai ikut berbaring di sana, dan mereka berdua berbaring di tempat tidur berukuran kecil, berdekatan, mencium setiap inci wajah Su Li, mengisap leher putihnya yang indah, lalu meluncur perlahan, dan kemeja putih itu terbuka memamerkan dadanya yang menonjol.     

 ...     

Di luar dingin pada malam hari.     

Ombak di sana membasuh laut denan deburannya.     

Malam terasa hening sejenak.     

Di sebuah ruangan kecil di tepi laut di tempat tidur tunggal kecil, dua sosok saling berdekatan dan terjerat.     

Sosok kurus yang terbaring di atas ranjang dengan kemeja putih itu, pakaiannya diangkat ke atas dada…..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.