Perjuangan Menembus Surga

Xiao Yan dari Klan Xiao!



Xiao Yan dari Klan Xiao!

0Sekte terkuat di Kerajaan Jia Ma, Sekte Misty Cloud, telah diwariskan secara turun temurun. Kini, mereka berdiri sebagai organisasi terkuat di Kerajaan Jia Ma. Jika bukan karena aturan Sekte yang menyatakan bahwa mereka dilarang merebut kekuasaan dari kaisar, Sekte Misty Cloud mungkin telah menguasai seluruh Kerajaan Jia Ma, tiap kali terjadi pergantian dinasti.     

Inilah mengapa keluarga kerajaan dari tiap kerajaan selalu takut terhadap Sekte Misty Cloud. Baru waktu generasi keluarga kerajaan sekarang ini, kerajaan Jia Ma memiliki kekuatan yang dapat menandingi Sekte Misty Cloud. Mereka memiliki penjaga Jia Xing Tian dan perlindungan dari Binatang Magic misterius. Karenanya, tentara elit yang ditempatkan keluarga kerajaan di kaki gunung Sekte Misty Cloud dapat hidup tenang.     

Keluarga kerajaan telah menempatkan tentara di sana selama beberapa tahun. Tugas mereka jelas; tentara - tentara tersebut berjaga - jaga dari Sekte Misty Cloud.     

Melihat hal yang dilakukan oleh keluarga kerajaan itu, Sekte Misty Cloud tidak merespon. Selain dari beberapa murid muda yang tidak terima dengan keadaan dan memutuskan untuk berbuat onar, petinggi Sekte tidak bergeming sama sekali. Ini karena, mereka tahu bahwa keluarga kerajaan tidak dapat mentolerir sosok lain yang sama kuatnya dengan mereka. Sekte Misty Cloud sudah amat terbiasa dicurigai. Toh, selama Sekte Misty Cloud tidak runtuh, tentara di kaki gunung tidak dapat berbuat apa-apa.     

Tidak ada satupun dinasti kerajaan Jia Ma yang berani menyerang Sekte Misty Cloud. Mereka paham bahwa Sekte tersebut adalah sarang lebah raksasa. Mengganggu sarang lebah itu dapat membuat langit terbalik.     

Sekte Misty Cloud dibangun di atas Gunung Misty Cloud yang jaraknya hanya beberapa puluh kilometer dari ibu kota. Kedua kubu berjarak amat dekat, seperti dua raksasa mengitari satu sama lain.     

Meskipun Xiao Yan telah menunggu tiga tahun untuk hari ini tiba, ia tidak menggunakan Sayap Awan Ungu agar segera sampai. Ia memilih berjalan kaki menuju gunung seputih salju yang puncaknya menembus awan; hampir tidak terlihat. Ia memakai jubah hitam dan membawa pedang raksasa, mirip seperti seorang pertapa.     

Pemuda berjubah hitam berjalan pelan di jalanan utama yang lengang. Pedang raksasa di punggungnya terlihat mencolok. Dari beberapa kereta kuda, orang akan melengok terkejut ke arahnya. Xiao Yan mengacuhkan tatapan-tatapan itu. Langkah kakinya tidak lembut maupun berat. Meskipun berat Pedang Xuan dapat membuat orang - orang terkejut, Xiao Yan telah terbiasa setelah dua tahun memilikinya. Jadi, berat pedang tidak menghelat kecepatan perjalanannya. Jejak kakinya dangkal, tidak seperti dulu, dimana kakinya sampai masuk ke dalam tanah.     

Sambil meninggalkan jejak di tiap langkah, Xiao Yan berjalan dengan pasti. Meski tubuhnya kurus, ia terlihat tenang dan santai, membuat orang-orang meliriknya.     

Berjalan dengan hati tenang bukanlah hal yang mudah bagi Xiao Yan. Ketika meninggalkan gerbang kota, bulir Qinya masih bergejolak keluar dari tubuhnya karena ia baru saja menembus batas kelas Da Dou Shi. Pejalan kaki di sekitarnya tanpa sadar menjauhi Xiao Yan. Tekanan Qi Xiao Yan bukanlah sesuatu yang dapat ditahan oleh orang - orang setingkat Dou Zhe, apalagi, orang - orang di bawah tingkat Dou Zhe.     

Dikarenakan Xiao Yan berjalan hingga saat ini, Qinya telah terserap ke bagian terdalam tubuhnya dan tidak lagi menguar kemana-mana. Ketika orang melihatnya lagi, ia terlihat seperti orang biasa sama seperti yang lain; kecuali pedang raksasa di punggungnya.     

Ketika matahari telah melewati cakrawala, Xiao Yan berhenti berjalan. Ia berdiri di atas sebuah lereng dan menatap besarnya kaki gunung di ujung pandangannya. Tenda - tenda besar milik pihak militer berjejer di padang rumput. Dari balik tenda putih, Xiao Yan dapat melihat para tentara sedang berlatih.     

"Memang benar apa yang orang katakan. Keluarga Kerajaan Jia Ma telah menempatkan tentara elit di kaki gunung Misty Cloud." Xiao Yan mengalihkan pandangannya, menggelengkan kepala, dan berjalan menuruni lereng. Ia mengikuti jalanan utama dan berjalan mendekat ke kaki gunung.     

Meskipun ini merupakan kamp militer dengan pertahanan ketat, mereka tidak menghentikan para pejalan kaki yang mau naik ke atas gunung. Maka dari itu, setelah dilirik oleh beberapa penjaga di sisi jalan, Xiao Yan dengan mudah dapat berjalan di jalan utama dan naik ke kaki gunung.     

Ketika warna hijau segar mulai muncul di kanan dan kiri Xiao Yan, suara derap kaki tentara perlahan menghilang dari pendengarannya. Ia mendongakkan kepala dan menatap tangga batu berwarna hijau yang tampak di hadapannya. Tangga tersebut amat tinggi, hingga melampaui batas pandangannya. Sekilas, tangga tersebut tampak seperti anak tangga menuju surga.     

Berdiri di kaki gunung, Xiao Yan mengangkat kepalanya dan menatap tangga batu tua yang awal mula keberadaannya tidak diketahui itu. Ia perlahan menutup matanya. Samar-samar ia mendengar denting pedang yang saling beradu dari tepi tangga, yang diam - diam bergaung ke seluruh hutan. Suaranya mirip seperti detak jam, memabukkan benak pendengarnya.     

Keheningan itu bertahan beberapa lama, hingga Xiao Yan membuka matanya. Ia menepuk - nepuk Pedang Xuan Berat di punggungnya. Langkah lembutnya akhirnya menjejak kuat di tangga batu kuno yang terlihat sedikit basah itu. Di titik inilah, ia secara resmi tiba di Perjanjian Tiga Tahun.     

Pada saat kakinya mendarat, Xiao Yan dapat merasakan jiwanya memancarkan Qi yang telah ia tahan selama tiga tahun.     

Tiga tahun lalu, seorang pemuda meninggalkan rumahnya dengan membawa kebencian, olok - olok, dan amarah. Saat itu, pemuda itu terlihat sembrono dan kekanak - kanakan. Kemudian, sang pemuda berkelana memasuki pegunungan dan melewati gurun pasir. Di bawah tempaan pedang, darah, dan api, ia layaknya kepompong yang dengan cepat berubah menjadi kupu - kupu. Tiga tahun itu telah mengikis kelembutannya, sekaligus menjadi saksi perkembangannya. Segala kerja kerasnya dahulu adalah untuk hari ini; Perjanjian Tiga Tahun!     

Perasaan yang tidak Xiao Yan kenal memenuhi dadanya. Ia melangkah sambil menjaga tempo kecepatannya. Tatapannya lurus menuju puncak tangga batu yang ia lewati satu persatu. Setelah melalui halangan ruang, tatapannya menetap pada sosok wanita muda yang duduk bersila di puncak gunung.     

"Nalan Yanran." Mulut Xiao Yan bergerak kecil. Saat mulutnya menyebut nama itu, suaranya tenang, tetapi penuh dengan emosi - emosi lain.     

Kabut menyelimuti akhir dari anak tangga batu yang panjang. Di balik kabut itu terdapat dataran luas. Seluruh tempat itu dibangun menggunakan batu-batu raksasa berwarna sama; membuatnya terlihat kuno dan megah. Sebuah monumen batu menjulang tinggi di tengah-tengah lapangan. Pada monumen itu, tercatut nama-nama ketua sekte terdahulu dan orang - orang yang telah berjasa bagi Sekte.     

Sejauh mata memandang, ada ribuan orang yang duduk di lapangan ini. Orang - orang ini duduk membentuk setengah lingkaran. Semuanya memakai jubah putih bersih. Pola jahitan yang berbentuk sebuah pedang menembus awan, terdapat pada kibaran lengan jubah mereka. Gambar tersebut terlihat seperti hidup; samar - samar memancarkan makna dari pedang tersebut.     

Di tempat tertinggi di lapangan itu, terdapat kursi batu tinggi di atas tangga, yang kontras dengan lainnya. Semakin tinggi anak tangga tersebut, maka semakin tua kursinya. Kursi batu tertinggi itu kosong tanpa seorang pun menempatinya. Di bawahnya, terdapat sepuluh orang tua berjubah putih yang duduk bersila dengan mata terutup. Dilihat dari depan, tidak ada keunikan apa - apa yang terlihat dari orang - orang tua itu. Namun, jubah yang mereka kenakan terlihat seperti besi; tidak bergerak sedikitpun, walaupun diterpa angin. Hanya dengan melihat hal itu, orang dapat tahu bahwa orang-orang tua ini bukanlah orang sembarangan.     

Di bawah orang - orang tua berjubah putih, terdapat sebuah kursi. Seorang gadis yang mengenakan jubah, tengah duduk sembari menutup mata. Seiring angin berhembus, pakaiannya menempel pada tubuhnya, mempertontonkan lekukan tubuh sempurna pemakainya. Wanita itu memiliki wajah cantik yang tenang dan acuh, ternyata, gadis itu adalah Nalan Yanran!     

Meskipun ada sekitar seribu orang di lapangan tersebut, tempat itu amatlah hening. Selain dari hembusan angin, tidak terdengar suara apapun lagi.     

Sesekali, angin berhembus kencang melewati dataran. Sontak, jubah - jubah putih itu melayang, layaknya awan di langit yang perlahan turun. Pemandangan itu amat mengejutkan bagi para penontonnya.     

Terkadang, suara angin kencang terdengar di udara. Dengan sigap, sesosok manusia akan muncul di puncak sebuah pohon di sekitar lapangan. Tidak hanya Hai Bo Dong saja yang hadir, tapi juga Fa Ma dan Jia Xing Tian. Bahkan, Nalan Jie bersama beberapa kepala klan dan generasi muda mereka seperti Mu Zhan (yang memiliki konflik dengan Xiao Yan di masa lalu) turut hadir. Nampaknya, Sekte Misty Cloud telah mengundang cukup banyak orang hari ini.     

Sosok-sosok orang yang datang tidak sembarangan membuat suara dan mengganggu suasana hening di tempat itu. Meskipun beberapa murid terkuat Sekte Misty Cloud dapat merasakan tamu yang hadir, mereka tidak menunjukkan reaksi apapun. Mereka hanya duduk bersila di lantai. Nampaknya, mereka telah menerima perintah untuk bersikap seperti itu.     

Sambil berdiri di atas pohon, tatapan Hai Bo Dong menyapu seluruh dataran. Wajahnya tampak suram. Dengan pandangan seseorang sekuat Hai Bo Dong, mudah untuk menemukan detil - detil yang orang lain susah untuk temukan. Saat itu, ia dapat mendengar ritme nafas hampir seribu murid Sekte Misty Cloud yang seirama. Nafas masing - masing dari mereka seirama dengan yang lain. Jika ada yang bergerak, maka, orang itu akan terkena serangan bertubi - tubi yang cepat dan bengis, layaknya sebuah badai. Di seluruh tempat ini, seribu orang tersebut tampak seperti satu tubuh. Ketika mereka menyerang, maka semua orang itu akan menyerang bersamaan. Bahkan seorang Dou Huang pun harus menghindar agar tidak terkena serangan mereka.     

"Mereka memang layak menjadi Sekte Misty Cloud." Hai Bo Dong menghela nafas pelan di dalam hatinya. Mau tidak mau, ia harus memuji mereka dengan sebuah helaan nafas. Ia tidak dapat bayangkan, seberapa susah melatih murid sebanyak ini untuk dapat berkoordinasi dengan pemahaman sedalam itu?     

Hai Bo Dong menoleh dan beradu tatap dengan Fa Ma dan Jia Lao. Ia dapat melihat tatapan suram kawan - kawannya. Jelas, kesatuan susunan besar Sekte Misty Cloud menciptakan rasa takut di hati mereka.     

Lapangan luas itu hening. Waktu berjalan pelan dalam diam.     

Matahari perlahan mencapai puncaknya. Hangat sinarnya menghujam turun, menyebar ke seluruh arah.     

Di satu momen, suara lembut langkah kaki muncul dari bawah tangga batu berwarna hijau di sebelah lapangan. Suara lembut itu perlahan menyebar, membawa perubahan kecil pada nafas-nafas yang tergabung sempurna.     

Di lapangan itu, seluruh murid Sekte Misty Cloud membuka mata mereka. Tatapan mereka terpaku pada tangga batu hijau. Suara langkah kaki yang menggema di tempat itu.     

Di mimbar batu, Nalan Yanran juga perlahan membuka matanya. Tatapannya terhenti pada satu titik. Untuk suatu alasan tertentu, jantungnya yang tenang, tiba-tiba bergejolak kacau beberapa kali.     

Suara langkah kaki itu terdengar makin dekat dan jelas, hingga sampai pada titik dimana para orang tua berbaju putih di mimbar batu itu turut membuka mata mereka dan menatap tempat yang sama.     

Dari langit yang jauh, matahari bersinar terik. Cahayanya menembus lapisan kabut awan dan menyinari tangga batu. Di titik itu, sosok jangkung dan kurus akhirnya muncul di hadapan tatapan ratusan orang.     

Di bawah tatapan hampir seribu pasang mata, pemuda berjubah hitam dan pedang hitam raksasa di punggungnya mengambil langkah terakhir dan menjejakkan kaki di anak tangga teratas.     

Tatapan mata sang pemuda itu tidak senang maupun sedih, kala ia mengedarkan pandangannya menyusuri lapangan. Pandangannya terhenti pada gadis rupawan di mimbar batu yang membalas tatapannya     

Xiao Yan dengan lembut mengangkat satu kakinya dan menurunkannya ke bawah. Ia mengulang aksinya tiga kali. Hanya suara langkah kakinya yang lembut dan berat yang mengisi keheningan tempat itu.     

Ketika langkah ketiga turun, pemuda itu menengadahkan kepalanya. Ia menatap sang gadis di atas mimbar, dan membuka sedikit mulutnya.     

"Klan Xiao, Xiao Yan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.