Perjuangan Menembus Surga

Dia Harus Mati!



Dia Harus Mati!

0Suasana terasa begitu sunyi di ruangan yang luas ini, bahkan, burung - burung beo dan pipit tidak sedikitpun bersuara. Anggota klan Xiao mengepalkan tinju mereka dengan erat, ketika mereka mendengar jeritan - jeritan yang mengerikan dari luar pintu. Kepuasan tampak di wajah mereka. Situasi yang baru - baru ini dialami klan Xiao membuat hati mereka sedih. Kini, setelah Xiao Yan kembali, dia akhirnya telah menyatukan klan yang sedang berada di ujung tanduk itu. Kesedihan yang mereka alami beberapa hari ini perlahan menghilang, seiring jeritan - jeritan mengerikan itu terdengar dari balik pintu.     

Jeritan mengerikan dari luar itu berlanjut selama kurang dari semenit, sebelum suasana mulai beralih sunyi. Saat jeritan mengerikan itu berhenti, orang - orang kembali memperhatikan Xiao Yan yang duduk di sebuah kursi dan diam membelakangi mereka. Kali ini, ada perasaan fanatik dan hormat di mata orang - orang tersebut.     

"Tuan Muda." Tetua pertama melangkah maju dengan semangat dan memecahkan keheningan di aula yang lebar tersebut.     

"Tetua pertama, panggil saya Xiao Yan saja. Saya tidak memiliki hak untuk dipanggil 'Tuan Muda'." Xiao Yan secara perlahan berdiri dari kursinya, berbalik dan tersenyum, lalu berbicara dengan nada yang halus.     

Tetua pertama sedikit terkejut, ketika ia melihat wajah yang benar - benar berbeda dengan wajah yang sebelumnya, yang menunjukan niat membunuh itu. Ia lalu mengangguk sambil tersenyum, "Saat ini, di dalam klan Xiao, kata - katamu dapat mewakili perintah dari pemimpin klan."     

"Ayah tidak akan setuju akan hal itu." Xiao Yan bergurau dan menggelengkan kepalanya. Dia menjentikkan jarinya dengan lembut, lalu lebih dari sepuluh botol giok kecil muncul di atas meja, "Ini adalah obat-obatan untuk luka dalam. Berikan pada anggota yang terluka terlebih dahulu."     

Setelah mendengar hal ini, tetua pertama dengan segera menganggukan kepalanya. Dia melambaikan tangannya dan dua anggota klan melangkah maju untuk mengambil dan membagikan botol giok tersebut.     

Xiao Yan memperhatikan orang - orang yang telah meminum obat tersebut sebelum dia mengambil Pedang Berat Xuan dengan satu tangan dan dengan sembrono menaruhnya di punggungnya. Setelah itu, dia berjalan keluar dari aula besar tersebut.     

Xiao Yan membuka pintu dan cahaya matahari masuk. Hangatnya cahaya matahari itu menghilangkan perasaan kelam yang telah menyelimuti aula besar itu.     

Xiao Yan melangkah melewati pintu dan memandangi sekitarnya. Tidak ada pemandangan mayat - mayat tergeletak seperti yang ia kira. Hanya ada Ratu Medusa yang bersandar bermalas - malasan pada pohon dedalu di bawah sinar matahari. Tangan lembutnya memainkan daun berwarna hijau zamrud dan bayangan lekuk tubuhnya yang indah terpancar di tanah. Tubuh itu bergerak sedikit, terlihat sangat menarik.     

Melihat Xiao Yan melangkah keluar, Ratu Medusa mengangkat kepala dan meliriknya sekilas. DIa berkata dengan pelan, "Mayat dan tulangnya tidak ada, tak satupun dari mereka yang tersisa. Ingat, 'Buah Jarum Monster Makam' itu milikku."     

"Wanita ini memang sangat kejam." Xiao Yan mengeluh dalam hati. Dia mengangguk, sebelum berbalik untuk melihat anggota Xiao yang mengikutinya dari belakang. Saat ini, mereka menunjukkan raut muka terkejut, ketika memperhatikan halaman yang kosong di depan mereka. Bahkan, tetua ketiga yang mudah marah itu pun tidak berani membuka mulut untuk bertanya karena merasakan kengerian terhadap wanita yang mempesona itu.     

"Dalam masa yang akan datang, tidak akan lagi ada klan Jia Li dan klan Aoba di Kota Wu Tan." Para anggota klan Xiao menghela nafas lega mendengar suara Xiao Yan.     

"Betul." Xiao Yan tampaknya telah mengingat sesuatu. Dia sedikit mengerutkan dahi, lalu bertanya dengan nada rendah, "Tetua pertama, di mana anggota klan yang lain? Klan Xiao punya lebih banyak anggota daripada ini, bukan?"     

"Ke ke, kau tidak perlu khawatir. Jika hanya ini orang - orang yang tersisa dari klan Xiao, bagaimana nanti aku masih mempunyai harga diri, saat menghadap leluhur kita?" Tetua pertama menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum dan menjelaskan, "Aku telah menduga akan ada orang - orang yang akan menjarah kita dalam keadaan kita yang menyedihkan ini. Oleh karena itu, sejak awal aku telah merencanakan untuk memindahkan para anggota yang lemah menuju gunung di belakang. Bersama mereka juga ada beberapa anggota klan kita yang cukup kuat untuk melindungi mereka."     

Xiao Yan menghela nafas lega, saat mendengar hal ini. Dia menoleh dan melihat sebuah kepala kecil yang mencuat dari kerumunan orang. Gadis kecil yang cantik, yang kini rambutnya dikuncir itu menatap Xiao Yan dengan seksama, dengan mata besar yang berbinar. Mata itu dipenuhi rasa kagum, sampai - sampai bintang - bintang kecil hampir nampak di sana.     

"Gadis kecil, pergilah ke gunung di belakang dan panggil para anggota lainnya. Biao-ge sudah kembali. Klan Xiao akan baik-baik saja." Xiao Yan melambaikan tangannya kepada Xiao Qing dan berbicara sambal tersenyum.     

TL: Biao-ge – kakak sepupu laki-laki     

Setelah mendengar perintah Xiao Yan, Xiao Qing bergegas menerobos keluar dari kerumunan manusia itu. Dia menjawab dengan ringkas sebelum melompat-lompat dan bersorak sembari berlari menuju belakang rumah klan Xiao. Sepanjang jalan, suara tawa "hee hee" gadis kecil itu berulang kali terdengar. Biao-ge-nya, yang dalam hatinya dia yakini dapat melakukan apapun, tidak akan mengecewakannya. Bahkan, masalah susah yang membuat para tetua tak berdaya pun dapat ia selesaikan dalam waktu kurang dari satu jam.     

Xiao Yan menghela nafas panjang, kemudian, dia berbalik dan menatap tetua pertama. "Tetua pertama, bisakah anda memberitahu saya tentang kejadian yang telah menimpa klan Xiao, secara detail?"     

"Ah." Setelah mendengar kata - kata Xiao Yan, wajahnya yang semula tersenyum berubah menjadi pahit. Dia mendesah pelan, menoleh, dan melambaikan tangannya. Setelah membubarkan para anggota klan untuk membersihkan markas klan Xiao yang kacau balau, dia berbalik menghadap Xiao Yan dan berkata, "Masuklah, mari kita berbincang."     

Ketika ia berbicara, tetua pertama berbalik, memimpin jalan menuju ke dalam aula. Tetua pertama dan kedua saling bertukar pandang dan mengikutinya dengan wajah suram yang sama.     

Memperhatikan gerak - gerik ketiganya, jemari Xiao Yan bergetar sedikit, saat ia mengangkat kakinya dan mengikuti mereka.     

Mereka berempat sekali lagi melangkah menuju aula itu. Kini, tempat yang tadinya berantakan itu sudah dibersihkan dengan cukup bersih, oleh para anggota klan. Mereka berempat duduk dan para anggota klan di samping mereka, dengan segera membawakan teh panas untuk mereka.     

Xiao Yan merasakan kehangatan secara perlahan meresap ke dalam tubuhnya, ketika tangannya menggenggam cangkir teh itu. Ia melirik wajah serius tetua pertama dan berkata dengan lembut, "Ceritakan padaku, apa yang terjadi?"     

Tetua pertama mengangguk. Dia hendak membuka mulutnya, tapi lalu mengurungkan niatnya. Pandangannya tertuju pada kursi di sebelah Xiao Yan. Xiao Yan pun ikut menoleh perlahan, ternyata Ratu Medusa telah duduk di sana, dengan wajah yang tenang, entah sejak kapan.     

Xiao Yan berkata, sambil menggelengkan kepalanya, "Kau tidak usah perdulikan dia, lanjutkan saja."     

Tetua pertama mengangguk dengan senyum pahit dan menghela nafas, "Sejak engkau meninggalkan Kota Wu Tan, klan Xiao, secara bertahap, memperkuat posisi di dalam Kota Wu Tan dengan bantuan pil - pil obat yang kau tinggalkan. Meskipun klan Jia Li dan Aoba berencana membentuk aliansi untuk menindas klan Xiao dalam kurun waktu ini, klan kita berhasil bertahan selama ini dengan bantuan dari xiao-jie Ya Fei. Seiring meningkatnya keuntungan dari penjualan obat dalam kurun waktu dua tahun ini, perselisihan dengan klan Jia Li dan Aoba menjadi semakin sengit. Tiga bulan sebelum engkau kembali, mereka akhirnya menggunakan kekerasan. Untungnya, kekuatan klan Xiao telah meningkat drastis selama dua tahun ini. Dalam hal kekuatan, meski dengan gabungan kekuatan dari dua klan, mereka tidak bisa menang."     

TL: xiao-jie – putri dari klan kaya tertentu     

"Tetapi…" Raut wajah tetua pertama tiba - tiba berubah, saat ia mengepalkan tangannya. Xiao Yan menyadari kemarahan yang terasa dari dalam hati tetua pertama, dari suara kertak kepalan tangan tersebut.     

"Tiga hari lalu, klan Xiao diserang dan mendapatkan pukulan yang sangat besar."     

Mata Xiao Yan berkedut, saat ia meneguk teh dengan perlahan.     

"Kejadian itu terjadi pada malam hari, saat pertahanan Xiao sedang lemah - lemahnya." Tiga lelaki misterius berjubah hitam turun dari langit, tanpa ada yang menyangka. Meskipun mereka tidak berniat untuk menyakiti siapapun, mereka merusak markas klan Xiao hingga benar - benar berantakan. Saat semua anggota klan sadar akan kedatangan ketiga orang itu, pemimpin Klan murka dan dia memimpin orang - orang kuat di klan kita, untuk menghentikan mereka. Sayangnya, kekuatan musuh terlalu besar. Kami bertiga, bahkan tidak dapat bertahan satu serangan pun, dari seseorang berjubah hitam yang merupakan pemimpin mereka. Kami sampai terluka parah. Kami semua tahu, bahwa orang itu menahan kekuatannya, jika tidak, kami tidak akan selamat dari serangan tunggal itu." Tubuh tetua pertama sedikit gemetaran, ketika ia menundukan kepalanya.     

"Dengar." Sebuah suara dengan jelas terdengar, tetua pertama dan yang lain dengan cepat mendongak dan mendapati raut wajah Xiao Yan yang secara tiba - tiba menjadi sangat tegang. Cangkir di tangannya itu ia cengkram hingga pecah. Bubuk yang tercampur dengan teh jatuh di antara sela - sela jemarinya dan mengalir jatuh.     

"Di mana ayah?" Xiao Yan menatap ketiga tetua dengan serius. Nafasnya tergesa - gesa dan suaranya menjadi serak.     

Ketika mereka mendengar pertanyaan ini, raut muka ketiga tetua itu menjadi suram. Mereka menggelengkan kepala mereka dengan hati yang teriris.     

"Ayah tidak berada di gunung belakang itu?" Raut muka Xiao Yan menjadi menakutkan, karena begitu geramnya dia. Dia menatap wajah pahit ketiga tetua itu, tiba - tiba, dia berdiri dan meraung, "Katakan padaku!"     

"Tiga lelaki misterius berjubah hitam itu mengincar Pemimpin Klan. Pemimpin Klan pun sadar akan tujuan mereka ini. Oleh karena itu, untuk menghindari cedera atau bahkan kematian dari anggota klan, dia seorang diri mengalihkan para orang misterius itu. Sampai detik ini, dia belum kembali." Tetua pertama menggertakkan giginya sambil tersenyum pahit.     

"Dor!"     

Sebuah energy Qi dahsyat mendadak meledak dari dalam aula besar tersebut. Meja di samping Xiao Yan hancur berantakkan. Anggota klan yang tadinya berjalan mondar - mandir, saat membersihkan aula, kini terdiam, sambil menatap wajah garang Xiao Yan yang berada di tengah aula.     

"Apakah kalian memiliki informasi mengenai tiga orang misterius ini?" Tubuh Xiao Yan diselimuti api panas berwarna hijau. Suaranya seperti orang yang berada di alam baka. Terdapat niat membunuh yang liar di dalam suara dinginnya.     

"Tidak." Tetua pertama menggertakkan giginya. Sambil menggeleng, matanya tertuju pada api bersuhu tinggi yang terarah kepadanya.     

"Meskipun kita tidak tahu keadaan Pemimpin Klan, kita bisa tahu pasti, bahwa nyawanya tidak sedang berada di dalam bahaya." Tetua pertama, tiba - tiba mengeluarkan kotak kuno dengan hati - hati dari kantong yang tersimpan di dadanya. Ia membukanya, terdapat batu giok berwarna zamrud di dalamnya. Sebuah titik cahaya melayang dengan pelan di tengah batu giok tersebut, seolah - olah, batu itu memiliki nyawa.     

Tetua pertama dengan berhati - hati mengambil batu giok tersebut. Ia mempelajarinya dengan saksama sebelum menghela napas lega. Dengan suara lembut, ia berkata, "Batu giok ini ditinggalkan oleh para leluhur klan Xiao. Setiap Pemimpin Klan akan meninggalkan energi roh di dalamnya. Jika pemimpin klan meninggal dunia, titik cahaya yang melayang - layang ini akan menghilang bersamanya. Saat ini, titik cahaya ini masih sangat kuat, seharusnya, nyawanya saat ini tidak sedang terancam."     

"Kata - kata tetua pertama itu menenangkan hati Xiao Yan yang bergejolak, bagaikan gunung berapi. Dia dengan lembut mengusap batu giok tersebut.     

"Bisakah batu ini memberitahuku dimana ayah berada?" Suara Xiao Yan terdengar suram dan dingin ketika bertanya.     

"Tidak bisa." Tetua pertama menggeleng sedih.     

Xiao Yan menghirup udara dingin dalam - dalam. Kemudian, iia perlahan menutup matanya yang dipenuhi niat membunuh. Niat membunuh yang liar di dalam hatinya mempengaruhi penalarannya, yang mana sudah hampir mencapai batas.     

"Ada sisa - sisa energi orang - orang Sekte Misty Cloud di antara mereka bertiga." Ratu Medusa yang dari tadi duduk dengan diam di samping, tiba - tiba melirik Xiao Yan dan berkata, "Sepertinya hampir sama dengan Tetua Kepala dari Sekte Misty Cloud."     

Mata Xiao Yan yang tertutup mendadak terbuka. Niat membunuh yang kelam dan dingin perlahan meresap keluar dari tubuh Xiao Yan, mengagetkan Ratu Medusa. Dia mendongak sedikit, wajahnya yang tampan dan halus, sekarang dipenuhi dengan keganasan.     

"Kali ini, dia harus mati! Siapapun yang menghentikanku harus mati!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.