Perjuangan Menembus Surga

Kebangkitan Yao Lao?



Kebangkitan Yao Lao?

0Xiao Yan sedang terburu-buru ketika ia meninggalkan markas Klan Nalan. Ia ingin cepat-cepat kembali ke penginapannya. Tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya. Untuk dapat meramu 'Ludah Tujuh Roh Magic Hijau' menjadi cair, ia membutuhkan tungku obat. Sayangnya, tungku obatnya telah hancur sewaktu Pertemuan Besar.     

Xiao Yan menggelengkan kepalanya. Ia merasa ragu untuk beberapa saat, sebelum ia bergegas berjalan menuju Rumah Pelelangan Primer. Ia takut bahwa rencananya akan terhelat jika ia bertemu Ya Fei. Jadi, Xiao Yan hanya membeli sebuah tungku obat yang kualitasnya kira-kira setara dengan miliknya dahulu (yang ia beli di bagian luar rumah pelelangan). Ia kemudian kembali ke penginapannya tanpa berhenti dimana-mana lagi.     

Dengan penuh semangat, Xiao Yan tiba di penginapannya. Ia masuk ke dalam kamar dan menutup pintu rapat-rapat, sebelum ia bergegas menuju ke tengah ruangan. Setelah beberapa kali menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia mengeluarkan tanaman 'Ludah Tujuh Roh Magic Hijau' dan menaruhnya di atas meja.     

Xiao Yan duduk di sebelah meja dan menatap tanamannya yang amat indah itu. Ia menghela nafas panjang. Setelah berusaha begitu keras, ia akhirnya berhasil mendapatkan tanaman itu. Namun, ia tidak tahu apakah tanaman itu akan berguna bagi gurunya.     

Pelan-pelan, Xiao Yan mulai menenangkan diri. Dengan berhati - hati, ia menutup semua jendela kamarnya sebelum kembali ke sisi meja dan menatap dengan seksama tanaman 'Ludah Tujuh Roh Hijau Magic' yang kerap berubah warna. Ia mengibaskan tangannya untuk memunculkan sebuah tungku obat berwarna merah di atas meja.     

Xiao Yan menaruh tangannya pada tungku giok yang memuat 'Ludah Tujuh Roh Magic Hijau' itu dan mengimbuhinya dengan tenaga dalam. Terdengar suara 'krak!', seiring garis retakan serupa jaring laba-laba muncul di permukaan tungku giok tersebut.     

Xiao Yan menekankan jemarinya pada permukaan tungku. Seketika, tungku tersebut pecah berkeping - keping, menunjukkan akar tanaman 'Ludah Tujuh Roh Magic Hijau' yang diselimuti tanah.     

Setelah beberapa saat memperhatikan tanah lembab itu dengan seksama, Xiao Yan menangkup gumpalan tanah tersebut dengan tangannya. Dari telapaknya, muncul api hijau redup yang memanggang tanah tersebut hingga kering. Xiao Yan menepuk-nepuk tanah disekitar akar itu agar mereka rompal, dan menunjukkan bagian bawah akar tanaman yang masih segar.     

Xiao Yan menekuk sedikit jemarinya untuk menciptakan tenaga dalam yang perlahan menarik tanaman itu keluar dari tungku. Kemudian, tanaman tersebut diletakkan ke dalam tungku obat.     

Ia menggerakkan telapak tangannya dan mengeluarkan sebuah lidah api hijau. Xiao Yan menjentikkan jarinya dan memasukkan api itu ke dalam tungku obat. Setelahnya, api itu berputar mengelilingi tanaman 'Ludah Tujuh Roh Magic Hijau' beberapa kali.     

Api hijau itu begitu panas, hingga menyebabkan tanaman 'Ludah Tujuh Roh Magic Hijau' yang berwarna hijau menjadi layu. Meskipun ranting dan daun tanaman telah layu, warna bunga tujuh warna menjadi makin terang. Ketika ranting dan daun - daunnya telah habis terbakar, bunga itu menjadi amat benderang hingga dapat membuat mata orang yang melihatnya terasa sakit. Selain itu, aroma harum bak anggur kuno yang telah disimpan di bawah tanah selama bertahun-tahun, perlahan tercium dari corong tungku obat.     

Ketika menghirup aroma kaya tersebut, Xiao Yan merasakan seluruh Kekuatan Spiritualnya terstimulasi. Ia terkejut ketika menyadari bahwa rasa lelah setelah mengikuti kompetisi (meskipun ia telah beristirahat siangnya), telah hilang sepenuhnya.     

"Ckckck. Tanaman ini memang hebat. Aromanya saja memiliki efek aneh yang sama seperti Pil Roh Hijau Bergaris Tiga. Tanaman ini pasti akan memberikan efek untuk Kekuatan Spiritual yang lelah." Xiao Yan memuji sembari melihat tungku obatnya. Ia menggerakkan jarinya, dan api hijau yang mengitari bunga tujuh warna itu tiba-tiba menerjang dan menyelimuti bunga tersebut; kemudian membakarnya tanpa ampun.     

Selagi api itu bergejolak dan membakar bunga, Xiao Yan menatap tungku obatnya dan mendecak terkesima. Ia memperhatikan bagaimana tanaman 'Ludah Tujuh Roh Magic Hijau' berusaha mempertahankan dirinya agar tidak terbakar. Nyala cahaya bunga tujuh warna berhasil beradu dengan 'Inti Api Teratai Hijau'.     

"Wah, tanaman ini memang tidak sembarangan. Ia dapat bertahan terhadap suhu tinggi 'Api Surgawi' untuk waktu yang lama. Tapi… ternyata hanya begitu saja." Xiao Yan tertawa kecil kala menyadari bahwa 'Api Inti Teratai Hijau' berkali-kali membumbung, dan cahaya tujuh warna di tanaman itu perlahan sirna karenanya. Kelihatannya, energi yang dimiliki cahaya tujuh warna hanya sedikit.     

Dengan pelan, Xiao Yan mengibaskan tangannya dan menyalakan api kehijauan itu lagi di dalam tungku obat. Sontak, suhu api hijau menjadi amat panas, dan dalam hitungan singkat, api itu telah menelan bulat-bulat cahaya tujuh warna itu.     

Setelah cahaya tujuh warna menghilang, bunga tujuh warna itu menjadi sangat rapuh. Walaupun hanya terkena api sedikit, seluruh kelopaknya sudah berubah layu. Beberapa tetes embun tujuh warna menyusup keluar dari kelopak bunga dengan kilauan aneh.     

Sewaktu bunga tujuh warna telah layu sepenuhnya, tetesan - tetesan embun tujuh warna perlahan bergabung menjadi satu, layaknya sebuah mutiara yang mengeluarkan cahaya tujuh warna. Mutiara tersebut terlihat amat indah.     

"Seharusnya seperti ini, kan?" Xiao Yan bergumam pada dirinya sendiri. Tidak lama setelah embun tujuh warna muncul, ia memadamkan apinya. Xiao Yan menggoyangkan tangannya, dan tutup tungku obat pun terbuka. Embun tujuh warna terbang keluar dan membentuk sebuah pelangi kecil di udara.     

Embun tujuh warna itu kini melayang sekitar satu sentimeter di atas telapak Xiao Yan. Embun itu bergerak-gerak, cahaya tujuh warnanya kerap melebar dan mengkerut.     

"Um… nah, bagaimana caranya menggunakan ini?" Xiao Yan mengedipkan kelopak matanya tidak yakin. Ia telah mencoba menggunakan Kekuatan Spiritualnya untuk menyapu embun itu sekali, kemudian sadar bahwa embun tujuh warna mengandung sebuah energi unik yang membuat Kekuatan Spiritualnya kegirangan. Hanya saja… apa yang perlu ia lakukan agar Yao Lao dapat menyerap energi itu?     

Xiao Yan menggerakkan tangan kanannya sedikit ke bawah dan mendekatkan embun tujuh warna menuju cincin hitam legam di tangan kirinya. Ia tersenyum kecut dan berkata, "Jangan bilang… aku hanya perlu melemparnya ke dalam begitu saja?" Xiao Yan tahu bahwa cincin hitam legam itu memiliki kemampuan menyimpan barang seperti cincin penyimpanan.     

Xiao Yan memperdebatkannya sendiri sambil mengerutkan kening, tetapi, ia masih tidak punya ide bagaimana harus melanjutkannya. Akhirnya, ia hanya dapat mendekatkan embun tujuh warna ke cincin hitam legam dengan amat berhati-hati.     

Seiring dua benda tersebut semakin mendekat, Xiao Yan sontak menyadari bahwa cincin hitam legam yang selama ini terlihat kuno dan dalam, tiba-tiba menjadi bersinar!     

"Memang efektif sekali embun ini…" Hati Xiao Yan diliputi rasa bahagia atas penemuan ini. Ia tidak lagi ragu. Dengan satu gerakan tangan, embun tujuh warna itu menerjang cincinnya.     

Benturan dari keduanya tidak membuat embun tujuh warna meluncur jatuh. Anehnya, embun tersebut malah menempel di permukaan cincin. Dalam hitungan detik, cincin hitam legam berubah menjadi benda yang terbuat dari tujuh warna berbeda.     

Seiring sinar tujuh warna itu mekar, sepercik cahaya kehitaman perlahan muncul dari dalam cincin. Sinar tujuh warna melemah dengan cepat, kala nyalanya ditelan oleh cahaya kehitaman. Seiring melemahnya sinar tujuh warna, cahaya kehitaman itu perlahan menjadi padat.     

Xiao Yan amat gembira menyaksikan kejadian unik yang terjadi pada cincin tersebut. Ia dapat merasakan secara samar - samar bahwa roh yang ia kenal baik itu, kini perlahan pulih.     

Cahaya kehitaman di cincin hitam legam itu perlahan memadat. Hingga, cincin itu terlihat seperti jurang dalam tak berdasar. Tiba-tiba, cincin itu jatuh dari jari Xiao Yan dan perlahan melayang di depannya. Cahaya kehitaman menyala-nyala meliputi cincin itu.     

"Guru? Apakah kau telah bangun?" Kala melihat cincin hitam di hadapannya, Xiao Yan langsung bertanya dengan gelisah.     

Tidak ada suara yang menjawabnya. Cincin hitam itu hanya melayang begitu saja, tanpa sosok Yao Lao nampak dimanapun.     

"Apa yang terjadi?" Xiao Yan membuka mulutnya sedikit, merasa bingung. Ketika ia baru saja mau menjulurkan tangannya untuk mengambil kembali cincin dihadapannya, benda tersebut bergetar amat kuat. Seketika itu juga, Kekuatan Spiritual yang besar dan menakutkan tiba-tiba keluar dan berubah menjadi gelombang kecil dan meledak dengan cincin itu di tengahnya.     

Ledakan Energi Spiritual itu membuat ekspresi wajah Xiao Yan berubah drastis. Jika ledakan spiritual itu mengenainya, Kekuatan Spiritualnya akan seketika hancur!     

Xiao Yan menatap tajam gelombang - gelombang kecil Energi Spiritual yang telah menyebar. Ia memaksa dirinya dan berusaha untuk tidak panik. Tidak memungkinkan baginya untuk menghindari serangan dalam jarak sedekat ini. Lagipula, ia yakin bahwa Yao Lao tidak akan mencelakainya.     

Gelombang - gelombang kecil Energi Spiritual menerjang bak halilintar. Ketika hampir mengenai Xiao Yan, sebagian dari gelombang Energi Spiritual itu tiba-tiba berhenti dan menghilang…     

Gelombang Spiritual yang menerjang itu berubah arah ke atas Xiao Yan dan melonjak ke arah atap.     

"Glug…"     

Gelombang spiritual kecil yang samar tidak merusak atap itu sama sekali. Namun, dari bawah titik hitam legam, sosok seorang manusia tiba-tiba terlontar ke belakang dan memuntahkan darah segar. Cahaya bulan menyinari sosok tersebut dan menyingkap wajah seorang pria tua dengan kulit gelap.     

"Ah, sial. Orang itu telah bangun lagi… Lain kali, aku tidak mau dekat-dekat lagi dengannya. Cecunguk itu. Ia tahu bahwa aku tidak punya niat jahat, tapi ia masih saja menggunakan serangan sekuat itu!" Bayangan hitam itu menghapus jejak darah dari mulutnya, sembari mengumpat. Jemari kakinya menjejak lembut di udara, dan tubuhnya menghilang menuju kegelapan dalam beberapa kilatan.     

Di sebuah kota terpencil, puluhan kilometer dari ibu kota, Hai Bo Dong menatap acuh sebuah pahatan es berbentuk manusia di bawahnya. Dengan sembrono ia menjatuhkan sehelai daun pada pahatan es itu. Daun tersebut melayang ringan di udara seiring ia jatuh.     

TL: Iya, itu Yan Li.     

"Ayo." Hai Bodong mengangkat kepalanya dan berbicara pada dua bayangan di atas cabang pohon sembari tersenyum.     

"Baik." Fa Ma dan Jia Lao mengangguk. Mereka baru saja mau beranjak, ketika ekspresi wajah mereka berubah. Sontak, mereka memutar kepala dan menatap ke arah ibu kota yang jauh.     

"Betapa kuat energi itu!" Keduanya berujar bersamaan tanpa aba - aba. Seketika, mereka saling menatap satu sama lain dengan ekspresi genting.     

"Mengapa ada orang sekuat itu muncul di ibu kota? Mengapa kita tidak mendengar kabar sama sekali mengenainya?" Ujar Jia Lao dengan suara pelan dan berat. Sebagai pelindung keluarga kerajaan, ia harus segera tahu ketika ada seseorang yang kuat muncul di ibu kota.     

"Aku tidak tahu. Energi itu amatlah kuat dan sangat jauh jika bandingkan dengan…" Suara lembut Fa Ma mengandung ketakutan.     

Di atas pohon yang lain, Hai Bo Dong turut memutar kepalanya dan menatap ke arah ibu kota. Ia sedikit melongo dan keterkejutan perlahan terbit di kedua matanya, "Kekuatan Spiritual ini nampaknya muncul dari tubuh Xiao Yan, bocah itu. Apakah… apakah kekuatannya sudah pulih?"     

"Ayo. Kita harus kembali dan melihatnya sendiri!" Hai Bo Dong memicingkan matanya. Ia tidak memberitahu Fa Ma maupun Jia Lao mengenai asal usul Kekuatan Spiritualnya. Ia sekedar mengucap asal dan dengan sigap, terbang menuju ibu kota.     

"Baik." Fa Ma dan Jia Lao mengangguk. Tubuh mereka turut terbang mengikuti Hai Bodong.     

Ketika mereka bertiga telah pergi, daun yang jatuh akhirnya mendarat menyentuh pahatan es. Sontak, suara retakan terdengar dan pahatan es itu meledak. Debu - debu es memenuhi langit, sebelum perlahan pudar di bawah pancaran sinar bulan…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.