Perjuangan Menembus Surga

Menelan Api Surgawi, Dimulai!



Menelan Api Surgawi, Dimulai!

0Setelah perlahan-lahan memulihkan tubuhnya kembali ke kondisi primanya, Xiao Yan akhirnya mulai tenang. Dia mengangkat kepala dan menatap bulan sabit yang ada di langit untuk waktu yang lama. Lalu dia tertawa kecil, sambil membawa 'Kursi Teratai Hijau' di tangannya dan berdiri.     

"Mari kita cari tempat yang lebih aman terlebih dahulu," kata Yao Lao dengan pelan.     

"Haha, baiklah." Xiao Yan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia memperhatikan area di sekitarnya. Ini adalah satu-satunya gunung yang berada di tepi gurun. Gunung tersebut memiliki ukuran yang cukup besar sehingga bisa membatasi area gurun yang luas.     

Di gunung, sesekali terdengar suara lolongan serigala dan raungan harimau. Tampaknya mereka mengumumkan pada semua orang, jika wilayah ini sudah ada yang memiliki.     

Xiao Yan membawa 'Kursi Teratai Hijau' dengan erat di tangannya, ujung kaki Xiao Yan melangkah dengan mantap di atas tanah. Terdengar sebuah ledakan energi, tiba-tiba tubuhnya melompat ke atas, kemudian dalam sekejap mendarat di atas pohon besar di sampingnya. Tubuhnya bergoyang bersama dengan ranting-ranting pohon itu dan tatapan matanya memperhatikan hutan pegunungan yang hijau dan segar itu. Setelah itu, ia menginjak ranting pohon dengan pelan, dan dalam sekejap tubuhnya melintas di atas hutan yang lebat ke arah puncak gunung, seperti seekor elang di langit malam.     

Xiao Yan tampak seperti bayangan hitam yang bergerak di sekitar puncak gunung, kemudian ia memeriksa area tersebut beberapa kali. Hingga akhirnya, dia memilih tempat yang dia sukai; gua yang terbentuk dengan alami. Posisi gua tersebut dekat dengan bagian tengah dari tebing. Dinding tebingnya begitu curam dan terjal sehingga tak bisa didaki. Jadi, mustahil untuk mendaki ke gua di gunung tersebut. Namun, gua yang tampaknya sulit untuk didaki oleh orang lain ini, sangat mudah untuk Xiao Yan datangi, karena ia memiliki 'Sayap Awan Ungu'.     

Sambil berdiri di atas tebing, Xiao Yan melirik lembah yang sangat dalam dan hampir tanpa dasar di bawah gunung. Lembah tersebut tertutupi oleh kabut. Tempat yang cukup tertutup ini merupakan lokasi latihan yang paling ideal baginya.     

Sambil menganggukkan kepala dengan puas, tanpa ragu Xiao Yan pun melompat dari tebing. Angin kencang terdengar melewati telinganya. Punggungnya sedikit bergetar dan dia merentangkan 'Sayap Awan Ungu' di punggungnya. Dengan sayap tersebut, Xiao Yan pun memperlambat kecepatannya saat menuruni gunung. Sesaat kemudian, tubuhnya telah mencapai bagian luar dari gua itu. Dia memperhatikan gua itu dengan hati-hati. Baru setelah dia yakin, bahwa tidak ada Binatang Magic yang tinggal di dalam gua tersebut, dia masuk ke dalam gua sambil membawa 'Kursi Teratai Hijau'.     

Meskipun tak terlalu besar, tapi gua tersebut cukup besar untuk Xiao Yan gunakan. Setelah meletakkan 'Kursi Teratai Hijau' di atas sebuah batu besar, Xiao Yan pun mengeluarkan beberapa 'Batu Bercahaya' dari cincin penyimpanannya. Kemudian ia menggantungkannya di dinding batu, dan dalam sekejap, cahaya yang redup menyinari gua tersebut.     

Dengan bantuan cahaya tersebut, Xiao Yan mulai memperhatikan bagian dalam gua dengan waspada. Xiao Yan bahkan beberapa kali memperhatikan setiap sudut kecil dari gua tersebut dengan begitu teliti...     

Sikap waspada dan penuh hati-hati Xiao Yan memang tak bisa disalahkan. Keinginannya untuk menelan 'Api Surgawi' memang lebih sulit dibanding menelan 'Api Ungu'. Selama proses itu dilakukan, gangguan sekecil apapun dari sekitarnya akan membuat usahanya gagal. Selain itu, mungkin ia juga akan mendapat serangan balik dari 'Api Surgawi' dan dalam sekejap berubah menjadi tumpukan abu.     

Meskipun gua tersebut tidak terlalu luas, tapi Xiao Yan membutuhkan waktu hampir satu jam hingga benar-benar selesai memperhatikan sekeliling gua tersebut. Selama memperhatikan gua, Xiao Yan menyadari ada beberapa kotoran Binatang Magic kecil yang tersembunyi oleh beberapa batu besar. Kotoran-kotoran tersebut pasti ditinggalkan oleh beberapa Binatang Magic tipe terbang yang sesekali datang untuk beristirahat.     

Setelah membersihkan kotoran-kotoran tersebut dari gua, Xiao Yan memindahkan batu besar dari bagian dalam gua dan meletakkannya di pintu masuk gua itu untuk menghalangi jalan. Dia hanya meninggalkan beberapa celah kecil untuk membiarkan udara masuk.     

Begitu dia menyelesaikan tugas-tugas yang merepotkan ini, Xiao Yan pun menghembuskan nafas panjang. Dia kemudian menuju ke tengah gua dan duduk bersila di depan batu yang besar. Mata hitamnya tampak berapi-api saat menatap kursi teratai berwarna hijau di depannya.     

Telapak tangannya berkeringat ketika Xiao Yan menelan ludah, dan bertanya dengan pelan di dalam hatinya, "Guru. Selanjutnya… apa yang harus aku lakukan?"     

"Pertama-tama siapkan semua benda yang akan kau butuhkan nanti." Yao Lao melayang keluar dari dalam cincin. Wajah tuanya tampak begitu serius.     

Xiao Yan menganggukkan kepalanya. Jarinya menepuk cincin penyimpanannya dan mengeluarkan botol giok kecil yang bening. Di dalamnya, ada sebuah pil obat berwarna darah, sebesar mata naga. Melalui pantulan dari permukaan botol yang bening, pil obat berwarna darah itu tampak begitu teduh. Ketika botol itu bergetar ringan, seolah ada cairan tak terlihat yang juga bergetar di dalamnya.     

Pil obat berwarna darah ini adalah salah satu barang paling penting yang disiapkan untuk menelan 'Api Surgawi': 'Pil Teratai Darah'! Setelah mengeluarkan 'Pil Teratai Darah', Xiao Yan pun mengeluarkan kotak giok kecil lainnya dari dalam cincin penyimpanan, kemudian meletakkannya di permukaan batu yang bersih dengan hati-hati. Dalam sekejap, udara dingin mulai mengembun dan membentuk lapisan es tipis. Saat kotak giok tersebut dibuka, tampak botol giok yang berwarna putih seperti salju, yang diletakkan di dalamnya dengan hati-hati. Kabut dingin berwarna putih menyelimuti botol batu giok itu, membuatnya terkesan berkabut dan misterius.     

Barang yang disimpan di dalam botol batu giok putih tersebut adalah 'Roh Dingin Air Terjun Es' yang telah Xiao Yan dapatkan dengan susah payah dari tangan Gu Te.     

Yao Lao menatap dua harta berharga yang unik tersebut, sambil menganggukkan kepalanya. Dia menjentikkan jarinya dan cahaya berwarna abu-abu yang samar perlahan-lahan naik dari ujung jarinya. Cahaya berwarna abu-abu itu berputar sekali di udara, sebelum kemudian mendarat di permukaan batu dengan pelan. Cahaya itu kemudian menghilang dan memperlihatkan benda yang tersembunyi di dalamnya.     

Benda itu merupakan batu berwarna abu-abu yang seukuran ibu jari. Batu itu sehalus batu giok dan tidak memiliki cacat sedikitpun. Di tengah-tengah batu itu, terdapat cahaya biru muda yang perlahan-lahan bergoyang, seperti cacing kecil yang memiliki kehidupan.     

"Apa ini yang disebut Jiwa Penerimaan?" Xiao Yan bertanya dengan sedikit terpana, sambil memandangi batu kecil yang tampak ramah ini.     

"Ah, ini memang Jiwa Penerimaan, bahan alami yang sangat langka dan aneh. Kau hanya memiliki kesempatan kecil untuk mendapatkan benda itu dari cincin penyimpanan bermutu tinggi. Dia mungkin tampak begitu kecil, tapi nilainya jauh melebihi 'Pill Teratai Darah' dan 'Roh Dingin Air Terjun Es'. Jika saat itu aku tidak mendapatkannya secara kebetulan, aku khawatir meski sudah menemukan 'Api Surgawi', kau mungkin hanya bisa menatapnya dengan bingung..." Yao Lao berkata dengan pelan, dan tersenyum.     

Menganggukan kepalanya, Xiao Yan melirik cincin penyimpanan di tangannya. Cincin ini adalah cincin penyimpanan kelas rendah tapi nilainya seharga puluhan ribu koin emas. Nilai cincin penyimpanan kelas menengah, setidaknya akan sepuluh kali lipat dari jumlah tersebut. Sedangkan cincin penyimpanan bermutu tinggi... sebenarnya merupakan benda yang tidak memiliki harga pasar. Mengingat nilainya yang sangat tinggi. Beberapa klan besar bahkan menggunakan cincin penyimpanan bermutu tinggi sebagai kenang-kenangan atau simbol dari kekayaan mereka. Di wilayah Dou Qi, hanya orang kuat atau pemimpin kelompok besar yang mungkin bisa memiliki cincin penyimpanan bermutu tinggi tersebut. Maka bisa diketahui betapa langkanya cincin tersebut…     

Jika dibandingkan dengan cincin penyimpanan bermutu tinggi, Jiwa Penerimaan ini jauh lebih langka lagi; bahkan hampir dikatakan menyedihkan. Tidak berlebihan jika benda itu digambarkan seperti langkanya bulu burung phoenix atau tanduk seekor naga.     

Xiao Yan dengan teliti dan hati-hati memeriksa ketiga benda tersebut, kemudian mengalihkan tatapan matanya ke arah Teratai Hijau. Dia menatap ke arah api berwarna hijau di tengah teratai itu dengan tajam, dan dengan pelan menjilat bibirnya. Wajahnya tampak begitu berhasrat dan menginginkannya.     

"Lepaskan." Yao Lao berkata dengan serius.     

"Ya." Xiao Yan menganggukkan kepalanya dan memegang bagian bawah Kursi Teratai Hijau dengan telapak tangannya. Persepsi Spiritualnya dengan cepat masuk ke dalamnya, lalu memisahkan kursi teratai dan 'Inti Api Teratai Hijau'. Setelah itu, dengan hati-hati dia menarik 'Kursi Teratai Hijau' tersebut.     

Setelah tidak lagi terikat dengan 'Kursi Teratai Hijau', api kecil berwarna hijau itu tiba-tiba membesar beberapa kali lipat. Hanya dalam sekejap mata, api berwarna hijau itu pun berubah menjadi kelompok api yang melayang di udara.     

Ketika ukuran api tersebut membesar, suhu di dalam gua itu juga naik dengan sangat cepat. Dinding batu di atas gua itu perlahan meleleh, membentuk lubang seukuran kepala seseorang.     

Setelah ia mengulurkan tangannya untuk menghapus keringat di dahinya, Xiao Yan mengambil dua langkah kecil ke belakang dan mengangkat kepalanya. Dia menatap api berwarna hijau yang meningkat tersebut dengan ekspresi yang serius. Meski dia sudah berusaha sebaik mungkin untuk menenangkan hatinya, tapi tanpa dia sadari, telapak tangannya tetap gemetar.     

Xiao Yan berusaha untuk tetap terlihat tenang, meski dia bertanya dengan suara bergetar, "Selanjutnya apa yang harus aku lakukan?"     

"Kekuatan yang dihasilkan dari proses menelan 'Api Surgawi' akan sangat kuat. Jadi, aku akan menggunakan Kekuatan Spiritual-ku untuk mengitari seluruh gua. Kalau tidak, lebih dari setengah gunung ini akan terbakar 'Api Surgawi' sebelum kau berhasil menelan api tersebut." Yao Lao berkata dengan serius sambil menepuk bahu Xiao Yan, menghiburnya.     

"Ya." Xiao Yan segera menganggukkan kepalanya.     

Yao Lao merasa ragu untuk sejenak, kemudian berkata dengan tak berdaya, "Meski mengatakan hal ini mungkin akan terdengar tak baik, tapi sebagai jaminan, kau sebaiknya duduk di atas teratai hijau. Jika terjadi sesuatu, teratai hijau itu dapat melindungi nyawamu. Kalau tidak, meskipun kau memiliki aku, tapi aku pasti akan kesulitan untuk menyelamatkan nyawamu dengan cepat. Karena bagaimanapun juga, kau harus menelan 'Api Surgawi' itu ke dalam tubuhmu. Dan itu adalah tindakan yang sangat berbahaya."     

Xiao Yan tersenyum pahit dan menganggukkan kepalanya. Ujung kakinya menginjak tanah dan tubuhnya melayang ke arah 'Kursi Teratai Hijau'. Setelah itu, dia menoleh, menghadap Yao Lao.     

"Makan 'Pill Teratai Darah' lebih dulu. Tanpa perlindungan dari selaput darah yang terbentuk, dengan kekuatanmu, kau tidak mungkin bisa mendekati 'Api Surgawi' tersebut," ucap Yao Lao dengan serius.     

Xiao Yan mengangguk. Dia sedikit menekuk telapak tangannya untuk menarik botol batu giok kecil itu ke tangannya. Setelah memiringkan botol giok tersebut, pil obat seukuran mata naga yang samar-samar memancarkan kilau yang cerah, berguling ke telapak tangannya.     

Sambil memegang 'Pil Teratai Darah', Xiao Yan meletakkan pil tersebut di bawah hidung dan mencium aromanya. Aroma yang aneh menyelimuti ujung hidungnya, sementara hawa dingin membuat jiwanya bergetar beberapa kali.     

Xiao Yan memfokuskan tatapan matanya kepada pil obat tingkat lima ini. Kemudian, tiba-tiba ia mengepalkan tinjunya dan menutup matanya, kemudian memasukkan pil obat itu ke dalam mulutnya.     

Saat 'Pill Teratai Darah' memasuki mulut Xiao Yan, pil itu pun berubah menjadi energi yang agak gelap dan dingin, yang kemudian memasuki semua Jalur Qi di dalam tubuh Xiao Yan dengan cepat. Hingga akhirnya, lapisan selaput darah, perlahan-lahan menembus Jalur Qi dan bahkan menembus tulangnya.     

Setelah penyusupan lapisan darah itu, tubuh Xiao Yan tiba-tiba bergetar dengan hebat. Rangkaian darah segar mulai keluar dari pori-porinya. Lalu hanya dalam sekejap mata, lapisan darah segar yang berwarna merah cerah segera menutupi tubuhnya, membuat Xiao Yan tampak mengerikan.     

Tak lama setelah darah segar ini muncul, darah itu kemudian segera membeku dan akhirnya membentuk kutikula[1] berwarna darah. Kutikula ini menutupi tangan dan kaki Xiao Yan. Bahkan matanya pun juga tertutupi oleh kutikula tersebut.     

Kutikula berwarna darah itu pun seperti telah membentuk baju baja berwarna darah yang sangat padat, yang tahan terhadap angin dan bisa melindungi Xiao Yan di dalamnya.     

Xiao Yan perlahan-lahan mengulurkan tangannya yang tertutupi kutikula berwarna darah tersebut dan mengarahkan tangannya pada 'Api Surgawi' yang ada di udara. Tiba-tiba tangannya mengeluarkan kekuatan hisap yang kuat.     

Setelah kekuatan hisap itu muncul, api berwarna hijau yang ada di udara itu pun secara tiba-tiba menggembung. Dalam sekejap mata, perlahan-lahan kekuatan menghancurkan yang mengerikan itu pun menyebar dari dalam api berwarna hijau itu, seolah-olah telah dibangunkan.     

Xiao Yan memfokuskan tatapan matanya pada sekelompok api berwarna hijau yang semakin membesar itu. Dia menyadari bahwa proses menelan 'Api Surgawi' telah dimulai!     

[1] Lapisan pelindung yang keras     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.