Perjuangan Menembus Surga

Yun Zhi?



Yun Zhi?

0Di dalam gurun, suara ledakan yang kencang menggema di seluruh langit. Ketika suara ledakan itu terdengar, tampak sesosok manusia, berhenti sesaat dan berikutnya, ketika dia kembali tampak, dia sudah berada sejauh beberapa ratus meter.     

Dalam sekejap ketika sosok ini menghilang, tampak sosok hitam lain yang mengikuti di belakangnya. Saat terbang, sosok hitam ini terlihat seperti daun willow yang mengambang. Saat sosok yang seperti daun willow ini bergerak, kombinasi yang sempurna antara kecepatan dan keanggunan yang dia miliki tampak sangat indah.     

Sosok hitam yang berada di belakang memiliki kecepatan yang lebih baik dibandingkan sosok yang ada di depannya. Setiap kali sosok itu melesat maju seperti angin puyuh, akan tetap tampak bayangan samar di tempat sebelumnya. Sesaat kemudian, sosok itu perlahan-lahan menghilang di bawah sinar matahari yang panas. Saat sosok itu melintas, paling banyak bisa tampak delapan bayangan di langit. Sehingga bisa dibayangkan betapa menakutkannya kecepatan sosok hitam itu.     

Ketika satu orang melarikan diri dan sosok yang lain mengejar, tubuh Xiao Yan kembali berubah menjadi titik hitam kecil di mata sosok berjubah hitam itu.     

Sosok berjubah hitam itu sedikit mengangkat kepalanya dan memperhatikan sosok berpakaian hitam yang terbang dengan cepat di depannya sambil membawa Kursi Teratai Hijau. Dia mengernyitkan kening dan menggumam dengan sedikit curiga dari balik jubah hitamnya, "Orang ini memiliki kecepatan yang cukup aneh. Selama terbang, belum ada Dou Qi yang keluar. Pengendalian yang sempurna seperti ini sangat jarang terlihat."     

"Kenapa aku tidak pernah tahu kalau ada orang sekuat ini di dekat Gurun Tager? Kecepatan yang seperti ini, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan beberapa Dou Huang. Jika aku tidak memiliki 'Bayangan Angin', suatu ketangkasan Teknik Dou yang bisa meningkatkan kecepatan ku, maka aku tidak akan bisa memperpendek jarak antara aku dan dia. Tapi meski seperti itu, sepertinya aku masih cukup kesulitan mengejarnya." Di balik jubah hitam, sepasang alis panjang dan tipis yang tampak seperti sebuah lukisan semakin mengerut, mengungkapkan keraguan dalam hati pemiliknya.     

"Aku tidak bisa terus membiarkannya seperti ini. Kalau tidak, jika terjadi badai pasir, aku akan kehilangan targetku..." Setelah perlahan-lahan menghembuskan nafasnya yang harum, sepasang tangan seputih salju itu pun menggulung lengan bajunya yang berwarna hitam. Kedua tangan itu perlahan-lahan membentuk sebuah segel dan dia bergumam dengan pelan, "Aku bisa menyerangnya dalam jarak lima ratus meter. Sekarang, aku akan terbang lebih cepat untuk mengejar sedikit selisih jarak yang tersisa…"     

Saat suara itu terdengar, jari kaki sosok berjubah hitam itu menekan udara dengan pelan. Tubuhnya berputar dengan anggun di udara dan meninggalkan bayangan di tempat asalnya. Tubuh aslinya menghilang dengan aneh, dan ketika dia kembali muncul, dia sudah berada di kejauhan lebih dari seratus meter.     

"Guru, sepertinya kita telah memancing perhatian sarang lebah..." merasakan suara angin yang aneh di samping telinganya, sudut mata Xiao Yan melirik ke belakangnya. Dia memperhatikan sosok berjubah hitam yang melintas tersebut dan hanya bisa tertawa getir dalam hati.     

"Orang yang datang adalah Dou Huang itu... tak heran dia bisa mengejar kita." Yao Lao menghela nafas pelan. Tak lama kemudian, dia menggoda, "Aku kira sosok berjubah hitam itu memiliki kesan yang baik padamu. Bagaimana kalau kamu menemuinya, mungkin dia akan melepaskanmu?"     

"*Uhuk*... Lupakan saja. Sebelumnya, dia mungkin kasihan padaku yang terlihat sedikit menyedihkan. Tapi kali ini berbeda. 'Api Surgawi' ini begitu menggoda. Kami bahkan tidak saling kenal. Selama kepalanya tidak terbentur sesuatu, mungkin dia pasti akan menghabisiku, tanpa ragu sedikit pun." Mendengar ucapan Yao Lao, Xiao Yan pun tertawa datar. Dia baru akan mendesak Yao Lao untuk mempercepat terbangnya saat dia tiba-tiba merasa hatinya menjadi tegang. Semua rambut di tubuhnya berdiri.     

"Hati-hati!"     

"Memutar Dinding Angin!"     

Suara teriakan yang dingin dan suara Yao Lao tiba-tiba terdengar bersamaan. Saat teriakan yang dingin itu terdengar, langit sejauh puluhan meter di depan Xiao Yan mulai berubah. Angin kencang yang dipadatkan menjadi dinding esensi itu tiba-tiba menjadi tajam. Di dinding, pisau angin yang tak terhitung jumlahnya berputar dengan liar. Jika dilihat dari penampilannya, siapa pun yang terkena pisau angin tersebut, dalam sekejap akan terpotong-potong menjadi potongan daging kecil.     

Dengan mata lebar, Xiao Yan menatap dinding pisau angin yang sedang bergerak mendekatinya. Menyaksikan hal itu, mata Xiao Yan menyusut seukuran lubang jarum. Meski dia telah berusaha mati-matian untuk mematahkan serangan tersebut, tapi usaha Xiao Yan membuatnya terdorong keras ke arah dinding pisau angin tersebut.     

"Wa ah ah! Berhenti!" Xiao Yan ketakutan hingga membuat wajahnya menjadi pucat. Tubuhnya berada sekitar beberapa meter dari dinding pisau angin itu, kemudian api putih tebal tiba-tiba menggelora dari tubuhnya. Pada saat yang sama, tubuhnya diam-diam berhenti, seperti tiba-tiba terpaku di udara.     

Tubuhnya yang tiba-tiba terpaku di udara, membuat bibir Xiao Yan bergetar. Beberapa sentimeter di depannya, dinding bilah angin yang sangat besar masih menggiling dengan ganas, seperti mesin penghalus. Terdengar suara 'Qiang-Qiang', yang tampak sangat menakutkan.     

Butiran-butiran keringat dingin menetes di dahinya. Suara Xiao Yan pun sedikit gemetar, "Dia... sungguh kejam."     

"Serahkan 'Api Surgawi' itu. Aku tidak tahu siapa kau, tetapi mencari masalah dengan Alchemist tingkat enam bukanlah keputusan yang bijak." Suara dingin yang tenang perlahan terdengar dari belakang Xiao Yan. Suara itu terdengar sedikit terengah-engah. Tampaknya serangan mendadak ini memakan cukup banyak energinya.     

"Ugh. Guru, bersiaplah untuk mengeluarkan semua kekuatanmu." Mendengar suara di belakangnya, Xiao Yan mendesah pelan. Rencananya untuk melarikan diri sudah gagal. Sekarang, yang tersisa hanyalah pertarungan langsung yang sangat sengit.     

"Ugh. Aku akan berusaha sebaik mungkin. Tapi seperti yang telah aku bilang. Aku bisa melindungi nyawamu saat harus bertarung dengan Dou Huang, tapi aku tidak bisa menjamin hal yang sama untuk 'Api Surgawi'." Yao Lao menghela nafas dan berkata dengan tak berdaya.     

Mendengar ini, Xiao Yan tersenyum, "Tanpa nyawaku, apa gunanya memiliki 'Api Surgawi'? Tentu saja lebih baik melindungi nyawaku."     

Menarik Kursi Teratai Hijau dengan tangannya, Xiao Yan menatap Inti Api itu kemudian menghela nafas pelan. Suaranya terdengar agak serak setelah terbang cukup lama, "Baiklah. Kau menang. Ambil benda itu..."     

Kata Xiao Yan sambil melemparkan Kursi Teratai Hijau di belakangnya dengan asal. Saat Kursi Teratai Hijau itu terlepas dari tangannya, kaki Xiao Yan tiba-tiba melangkah di udara. Dia mengepakkan sayap di punggungnya, kemudian tubuhnya bergegas menuju tanah.     

Melihat Xiao Yan menurutinya dengan begitu meyakinkan, sosok berjubah hitam itu kebingungan selama beberapa saat. Dia melihat Kursi Teratai Hijau yang perlahan melayang, kemudian menatap Xiao Yan yang tiba-tiba melarikan diri dengan kencang. Setelah selama beberapa saat merasa ragu-ragu, dia akhirnya memutuskan untuk melepaskan Xiao Yan. Sosok berjubah hitam itu pun mengepakkan sayap di punggungnya dan menuju Kursi Teratai Hijau, untuk merebutnya kembali.     

Tepat saat sosok berjubah hitam itu berada sekitar sepuluh meter dari Kursi Teratai Hijau, tiba-tiba muncul kekuatan hisap yang begitu kencang dari tanah dan membuat Kursi Teratai Hijau itu ditarik ke bawah dalam sekejap.     

"Hehe. Maaf." Setelah Kursi Teratai Hijau ditarik ke bawah, Xiao Yan pun menggerakkan telapak tangannya. Melalui gerakan tangan tersebut, Kursi Teratai Hijau kembali mendarat di telapak tangannya. Merasakan kehangatan dari Kursi Teratai Hijau, Xiao Yan tertawa tapi tidak membalikkan badannya. Dia mengepakkan sayap dengan kencang dan pasir kuning di tanah bertebaran ke atas. Hanya dalam beberapa saat, pasir kuning itu pun menyebar ke seluruh langit.     

Dengan tubuh yang terapung di udara, sosok berjubah hitam itu dengan dingin menatap pasir kuning yang menutupi pandangan matanya. Dia kemudian mendengus dingin.     

Mengabaikan pasir kuning yang bertebaran tersebut, tatapan mata sosok berjubah hitam itu tertuju ke tengah pasir kuning yang berada di bawahnya. Tangannya segera membentuk pola segel kemudian dia berteriak pelan, "Dinding Angin Persegi!"     

Saat suara itu terdengar, empat dinding angin besar tiba-tiba muncul dan menutupi seluruh area yang berada dalam jarak seratus meter.     

Seketika dinding angin bermunculan, Xiao Yan, yang berencana menggunakan pasir kuning untuk menutupi pelariannya, dalam sekejap berhenti. Dia dengan bodohnya mengawasi dinding angin besar yang berada dalam jarak beberapa meter darinya itu. Beberapa saat kemudian, sambil tersenyum pahit dia berkata, "Kali ini, aku harus mempertaruhkan nyawaku. Orang ini terlalu tenang, dia memilih cara yang paling efektif untuk menghentikanku dalam waktu singkat."     

"Kesabaranku ada batasnya. Dan kau telah mencapai batas kesabaranku." Suara yang agak dingin dan lembut itu kembali terdengar di atas kepala Xiao Yan. Sosok berjubah hitam itu pun melirik Xiao Yan dengan dingin sambil perlahan-lahan turun. Tampak tornado yang dipadatkan berputar di tangan kirinya. Tornado itu berputar-putar dengan memancarkan kekuatan ganas. Sementara itu, tangan kanannya melambai ringan dan tak lama kemudian muncul sebuah pedang aneh yang memancarkan cahaya hijau pucat.     

"Ah..." Xiao Yan berjongkok sambil menghela nafasnya. Dia dengan hati-hati meletakkan Kursi Teratai Hijau di atas bukit pasir dan menarik nafas pelan. Kekesalan yang tampak di wajah tampannya segera menghilang dan tergantikan dengan ekspresi kejam. Ia terlihat siap untuk menyerang balik...     

Xiao Yan berdiri dan perlahan berbalik. Kemudian, dia segera menghadap sosok Dou Huang tersebut. Jarinya perlahan menyentuh cincin penyimpanan dan mengeluarkan Pedang Hitam Besar di telapak tangannya.     

Xiao Yan memegang erat Pedang Xuan Berat di tangannya dan memasukkannya ke dalam gundukan pasir. Xiao Yan kemudian mengangkat wajahnya menghadap sosok berjubah hitam itu dan berkata sambil tersenyum, "Kau pasti sedikit terkejut melihat wajah ku, bukan? Pemuda yang secara kebetulan kalian selamatkan di padang pasir, ternyata orang yang akan membuat kalian sakit kepala."     

Terkejut… benar-benar sangat terkejut. Sosok Dou Huang itu tampak sangat terkejut...     

Saat Xiao Yan membalikkan tubuhnya, tubuh sosok berjubah hitam itu tiba-tiba menjadi kaku. Mata cantik di balik jubah hitam itu tampak begitu terkejut saat melihat wajah tampan yang sedang tersenyum itu. Dia tidak menyangka kalau orang yang hampir membuat kelompoknya gagal pada saat-saat terakhir, ternyata adalah orang ini... Melihat orang ini, sosok berjubah hitam itu bukan hanya terkejut... tapi juga membuatnya sangat terkejut seperti tersambar petir.     

"Hiss..." Di balik jubah hitam, dada sosok berjubah hitam itu pun mengembang dan mengempis dengan kencang. Dia kemudian mengeluarkan nafas panjang. Sosok berjubah hitam itu kemudian bergumam dengan nada tak percaya, "Bagaimana bisa itu kau? Bagaimana mungkin?"     

Mendengar perkataan sosok berjubah hitam yang berulang-ulang, Xiao Yan pun menggaruk kepalanya. Dia kemudian menundukkan kepala dan melirik 'Api Surgawi' yang ada di sampingnya sambil berkata dengan tak berdaya, "Maaf. Aku sangat membutuhkan Api Surgawi ini. Jadi…"     

"Bukankah saat itu aku memintamu untuk kembali? Kenapa kau masih berkeliaran di gurun?" Tiba-tiba terdengar suara wanita yang sedikit marah dari balik jubah hitam tersebut.     

"Uh..." Sikap sosok berjubah hitam itu membuat Xiao Yan kebingungan. Tak tahu harus berbuat apa, dia hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Kakak, alasanku datang ke padang pasir adalah untuk mencari 'Api Surgawi'. Selain itu, sejak awal aku sudah tahu kalau Ratu Medusa memiliki barang yang aku butuhkan tersebut. Jadi kenapa aku harus pergi?"     

"'Api Surgawi' ini sekarang ada di tanganku. Jika kau ingin aku menyerahkannya, aku kira lebih baik kau kemari dan mengambilnya. Tapi aku tidak akan memberikannya begitu saja!" Xiao Yan tiba-tiba mengangkat pedangnya yang berat itu, kemudian mengarahkannya pada sosok berjubah hitam dan tertawa dengan suara sedikit bangga.     

"Kau..." Melihat sikap Xiao Yan, sosok berjubah hitam itu sedikit marah. Sudah setengah tahun sejak terakhir kali mereka bertemu, tapi lelaki ini kini benar-benar berani menantangnya?     

Di balik jubah hitam tersebut, tampak sepasang mata cantik yang terlihat marah dan bahagia saat menatap Xiao Yan yang tampak menantangnya dengan serius. Beberapa saat kemudian, dia tertawa pahit dan menggelengkan kepala. Dia kemudian perlahan-lahan menarik kembali kekuatan yang terkumpul di tangannya yang lembut. Dia benar-benar kesulitan jika harus bertarung melawan Xiao Yan...     

"Ugh, dia benar-benar..." Sosok berjubah hitam itu menggerutu dalam hati dengan wajah memerah di balik jubah hitamnya. Dia menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya dan berpikir untuk beberapa saat. Setelah itu, dia melambaikan tangan dengan bingung. Sosoknya yang biasanya tenang, kini tanpa sadar mengumpat marah, "Pergilah. Pergi saja. Ambil 'Api Surgawi' itu dan pergilah. Anggap saja aku tidak bisa mengejarmu hari ini."     

"Uh..." Sikap yang semakin aneh dari sosok berjubah hitam itu dalam sekejap membuat wajah Xiao Yan benar-benar bingung. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya berkata dengan suara tidak percaya, "Kau... kau tidak menginginkan 'Api Surgawi' ini?"     

"Aku tidak memiliki kewajiban untuk melakukan terlalu banyak hal untuk Gu He. Aku sudah melakukan tugasku dengan mengambil risiko dan menjaga mereka saat memasuki gurun ini." Sosok berjubah hitam itu berkata dengan lembut. Saat berbicara, dia tiba-tiba menolehkan kepala dan menatap langit yang ada di belakangnya. Setelah itu, dia berbalik pergi.     

"..." Xiao Yan terdiam saat melihat sosok berjubah hitam itu berbalik pergi. Lalu tiba-tiba ia bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan?"     

Sosok berjubah hitam itu pun berhenti. Dia terdiam cukup lama sebelum kemudian berkata pelan, "Ada beberapa orang yang mengejar kesini. Kau pergilah lebih dulu. Aku akan... menghalangi mereka."     

Ujung bibir Xiao Yan bergerak. Dia tidak mengerti perlakuan aneh dari wanita ini dan tanpa sadar berteriak, "Itu... kakak, apa kau yakin kepalamu tidak terbentur sesuatu? Jangan bilang kau adalah saudaraku? Bibiku?"      

"Enyahlah!" Mendengar ucapan Xiao Yan, karena malu, sosok berjubah hitam itu berteriak marah. Dia melambaikan lengan bajunya dan panah pasir kuning menghujani Xiao Yan dengan ganas. Saat panah-panah itu hampir mengenai kepala Xiao Yan, mereka tiba-tiba meledak dan menyemburkan pasir kuning di atas kepalanya.     

Xiao Yan segera menyingkirkan pasir kuning tersebut. Tatapannya tertuju pada sosok yang bergerak dengan tenang dan anggun, yang samar-samar tampak dari balik jubah hitam besarnya. Xiao Yan menghela nafas dengan sangat bingung sambil menundukkan tubuhnya dan memegang Kursi Teratai Hijau di telapak tangannya. Tiba-tiba, dia seperti tengah memikirkan sesuatu dan terdiam. Dia tiba-tiba mengangkat kepala dan menatap tajam ke arah pedang panjang aneh dengan cahaya hijau di tangan sosok berjubah hitam itu. Perlahan-lahan, bayangan sosok Dou Huang yang berani menghadapi Singa Bersayap Kecubung muncul di benak Xiao Yan dan menyatu dengan sosok berjubah hitam yang ada di depannya ini. Kedua sosok itu tampak begitu sama.     

Xiao Yan kemudian seolah-olah tersadar akan sesuatu yang membuatnya bingung. Sebuah nama elegan yang tak bisa Xiao Yan lupakan, sedikit demi sedikit muncul dari dalam ingatannya. Setelah itu, nama itu seperti tertancap kuat dalam benaknya.     

Saat nama tersebut muncul dalam benak Xiao Yan, semua tindakan yang dilakukan oleh sosok berjubah hitam dulu, dari yang bodoh hingga menyedihkan, membuat Xiao Yan memerah.     

"Yun Zhi! Apa itu kau? Ha ha, aku sangat mencintaimu! Ha ha!"     

Dari dalam langit yang penuh dengan badai pasir, suara tawa Xiao Yan yang sangat senang dan tidak terkendali tiba-tiba terdengar ke dalam telinga sosok berjubah hitam tersebut.     

Mendengar suara tawa tersebut, tubuh indah sosok berjubah hitam itu pun seketika menjadi kaku. Tubuhnya yang lembut dan ramping dalam angin kencang itu seperti bunga peony yang bergoyang indah saat tertiup angin, tampak anggun dan begitu cantik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.