Perjuangan Menembus Surga

Ratu Medusa



Ratu Medusa

0Di istana besar yang luas dan mewah, terlihat sosok cantik yang sedikit lelah sambil duduk bersandar di sandaran kursinya. Sesekali, dengan malas dia akan mengarahkan tatapan matanya ke arah tahta kristal berwarna ungu yang sedang kosong di atas panggung tinggi dan menggelengkan kepalanya.     

Dia mengangkat tangannya yang halus dan menggosok dahinya yang lembut dengan raut bahagia yang tampak di wajah cantiknya. Kemudian dia mengangkat tangannya ke bagian luar istana dan melihat sosok hitam melesat ke arahnya dengan cepat.     

"Kau akhirnya datang..." Melihat sosok hitam itu memasuki istana, tanpa sadar wanita itu pun menghela nafas lega.     

"Yue Mei, apa yang sebenarnya terjadi? Pesan mengenai Darurat Militer dikirim tiga kali. Apa manusia itu sangat kuat?" Sosok yang memasuki istana besar itu adalah Manusia-Ular laki-laki. Sosok laki-laki itu tampak cukup tegap dengan pakaian tipis yang dikenakan di tubuhnya. Seluruh lengannya tertutupi tato berwarna hitam yang tampak aneh. Di dekat telapak tangannya, terdapat tato dua kepala ular buas berwarna hitam. Kepala ular tersebut sedikit terangkat, seolah-olah seperti hendak keluar dari tubuhnya dan pergi kapan pun, menimbulkan kesan seperti memiliki kekuatan kejam.     

Sambil melirik Manusia-Ular pria yang memiliki posisi yang sama dengannya di dalam suku, Yue Mei menghela nafas pelan. Dia sedikit menegakkan pinggangnya dan tubuhnya yang terangkat menonjolkan lekukan tubuhnya yang menggoda. Dia berkata dengan malas, "Sangat kuat... Aku bertemu dengan mereka kemarin malam lalu aku melarikan diri, Ah... ku kira mereka berada di lingkungan sekitar kuil ini."     

"Oh? Apa kau tahu kekuatan mereka?" Mendengar ini, mata Manusia-Ular pria itu tampak terkejut. Dia berjalan masuk ke dalam istana dan duduk di depan sebuah meja besar. Suaranya terdengar dingin.     

"Seorang Dou Huang, tiga orang Dou Wang dan empat orang Dou Ling." Yue Mei memajukan bibir merahnya yang seksi dan berkata dengan lembut, "Mo Basi, sepertinya ada masalah yang sedang terjadi saat ini."     

"Orang-orang ini, kenapa mereka tiba-tiba mengumpulkan begitu banyak orang kuat?" Dengan ekspresi serius, Manusia-Ular pria yang dipanggil Mo Basi itu berkata dengan muram, "Apa kau sudah memberi tahu Yang Mulia? Apa yang dia katakan?"     

"Aku sudah memberitahunya, tapi Yang Mulia tampak sangat tenang. Dia hanya memintaku untuk menyebarkan kabar dan memanggil kalian semua ke sini." Yue Mei menganggukkan kepalanya sambil berkata dengan tak berdaya.     

Mo Basi merenung sejenak sebelum kemudian berkata dengan ragu, "Tiba-tiba datang ke padang pasir, mereka pasti memiliki tujuan bukan?"     

"Tadi malam aku berbincang dengan mereka. Dari kata-kata mereka, sepertinya mereka mencari Yang Mulia..." Yue Mei memainkan helaian rambut hitamnya dengan jari-jarinya yang lembut dan berkata dengan penuh rasa ingin tahu.     

"Mencari Yang Mulia?" Mendengar ini, Mo Basi sedikit terkejut. Bukankah manusia yang kuat itu biasanya paling takut pada Yang Mulia? Lalu sekarang kenapa mereka datang?     

"Aku juga tidak yakin apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan... dulu mereka akan bersembunyi saat mendengar nama Yang Mulia. Tapi sekarang, mereka malah menerobos masuk... apa mereka sudah kehilangan kepala mereka?" Yue Mei menghina mereka dengan suara pelan.     

Mo Basi mengerutkan alisnya dan tiba-tiba berdiri. Dia berkata, "Aku ingin menyapa Yang Mulia. Kukira kita harus mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah ini."     

"Jangan, saat ini Yang Mulia tidak ingin menemui siapapun. Aku bahkan tidak bisa bertemu dengannya. Semua perintahnya disampaikan oleh pemimpin Pasukan Penjaga Ular Medusa, Hua She Er." Yue Mei mendecakkan bibirnya dan tubuhnya yang lemah seperti tidak memiliki tulang tampak terpuruk di kursi, mirip seperti ular betina cantik yang malas.     

"Yang Mulia belum keluar? Bagaimana ini bisa terjadi? Dia tidak biasanya seperti ini jika ada masalah." Mo Basi mengerutkan kedua alisnya dengan kencang dan dengan ragu berkata, "Aku akan mencoba menemuinya."     

Melihat ketidakpercayaan Mo Basi, Yue Mei pun malas menanggapinya. Wajahnya yang cantik tiba-tiba berubah saat dia baru saja menutup mata. Ia duduk dengan tegak di kursi. Mata panjangnya menatap langit di luar istana dengan dingin dan berkata dengan dingin, "Mereka sudah di sini!"     

Saat Yue Mei merasakan beberapa Qi yang tiba-tiba muncul di area luar kota, Mo Basi juga merasakannya. Dalam sekejap, ekspresinya berubah menjadi serius. Dia bertukar pandang dengan Yue Mei lalu mereka berdua segera meninggalkan istana yang besar itu. Mereka bergegas terbang ke langit. Sesaat kemudian, mereka tiba di tembok kota yang telah memasuki kondisi siaga tingkat tinggi.     

Saat ini, tampak Binatang Magic besar tengah melayang beberapa ratus meter di udara dari tembok kota. Beberapa sosok manusia juga tampak terbang tak jauh di depan Binatang Magic tersebut. Qi menakutkan yang mereka rasakan sebelumnya berasal dari dalam tubuh beberapa orang ini.     

Sosok-sosok manusia itu sedang melangkah di udara, dan berjalan menuju kota dengan langkah yang terlihat santai. Sesaat kemudian, mereka berhenti tepat di luar jangkauan serangan tombak terbang itu.     

Sambil mengamati sekelompok manusia yang berhenti tepat di luar jangkauan serangan, dua sosok yang tampak bersinar di tembok kota perlahan-lahan mulai terbang ke udara. Teriakan Mo Basi yang bernada dingin menggema di seluruh penjuru langit, "Manusia. Kenapa kalian masuk ke wilayah suku kami tanpa izin? Jika kalian tidak ingin menimbulkan peperangan antara Kekaisaran Jia Ma dan Manusia-Ular, aku menghimbau kalian semua untuk kembali ke tempat asal kalian!"     

Dari dalam kelompok manusia di tengah udara yang jauh, seorang pria paruh baya dengan sikap yang tegas, perlahan berjalan maju dan berkata sambil tersenyum, "Haha, ini pasti Pemimpin Mo Basi dari Suku Ular Mo."     

Mo Basi dengan ringan mengepakkan sayap energi di punggungnya. Tatapan dinginnya tertuju pada pria paruh baya itu dan bertanya dengan dingin, "Siapa kau?"     

"Haha, aku Gu He!" Mengabaikan tatapan Mo Basi, pria paruh baya itu tersenyum dan menjawab dengan lembut.     

"Gu He? Che... ternyata memang benar-benar dia." Mendengar suara nyaring di langit, Xiao Yan yang sedang bersembunyi di celah bebatuan segera menghela nafas panjang. Sudut matanya menatap ke atas, tertuju pada pria paruh baya yang terus tersenyum, bahkan ketika menghadapi ribuan lawan di depannya. Xiao Yan menggelengkan kepalanya. Dia harus mengakui bahwa orang ini memiliki gaya dan karakter kuat yang tidak bisa dibantah.     

"Raja Pil Gu He dari Kekaisaran Jia Ma? Hei, nama ini memang tidak asing." Mendengar dua kata 'Gu He' membuat Yue Mei dan Mo Basi merasa terkejut. Meskipun para Manusia-Ular tidak selalu mau mengakui keberadaan manusia yang kuat, tapi mereka menganggap Grandmaster Alchemist seperti Gu He cukup penting. Karena mereka paham betul kemampuan seperti apa yang dimiliki oleh Grandmaster Alchemist seperti Gu He dalam mengumpulkan orang kuat.     

"Haha, dua pemimpin Suku Ular, kami datang dengan tidak sopan ke wilayah suku kalian karena ada sesuatu yang ingin kami diskusikan dengan Ratu Medusa. Bisakah kami meminta Yang Mulia untuk keluar dan berdiskusi dengan kami?" Kata Gu He dengan sopan dan tersenyum.     

"Bertemu dengan Yang Mulia? Maaf, kami tidak bisa menyampaikan permintaan kalian." Mo Basi menggelengkan kepalanya dan tanpa ragu menolak permintaan tersebut. Dia membuka kelopak matanya pelan dan dengan lembut berkata, "Gu He, kau harus secepat mungkin membawa orang-orang mu pergi dari sini. Orang-orang dari Delapan Suku Besar kami saat ini sedang bergegas kemari. Kau pasti tahu seperti apa kebencian yang dimiliki oleh sebagian dari mereka kepada manusia. Jadi, jika itu terjadi, kau tidak akan bisa pergi dari sini."     

"Hee hee, Pak Tua He, kau selalu bersikap seperti ini. Kenapa kau harus membuang-buang waktu untuk mereka? Langsung saja hancurkan kota dan lihat apakah wanita itu akan muncul..." Saat Yan Shi yang ada di sampingnya mendengar ucapan Mo Basi, dia segera melangkah maju dan mengejek sambil tertawa.     

"Hmm, aku bertanya-tanya siapa yang berbicara. Ternyata si otot bodoh yang memiliki otak singa..." Mo Basi mencibir saat tatapan matanya yang dingin tertuju pada Yan Shi. Dari matanya, terlihat jika dia mengenal Yan Shi.     

"Hei, hei, kau juga tidak lebih baik, dasar ular hitam berminyak. Saat itu, jika kau tidak segera melarikan diri, pemimpin Suku Ular Mo sekarang pasti orang lain!" Yan Shi membuka mulutnya dan tertawa keras, "Aku penasaran apa kau sudah menjadi lebih hebat setelah bertahun-tahun."     

"Kau bisa kesini dan mencobanya..." Mo Basi berkata serius dengan tatapan dingin.     

"Baiklah, Pak Tua Shi, berhenti berdebat dengan mereka." Melihat dua musuh yang marah saat bertemu ini, Gu He dengan tak berdaya menggelengkan kepalanya. Dia kemudian menggelengkan kepalanya untuk menghentikan Yan Shi dari pertengkaran itu. Setelah itu, tatapan matanya memperhatikan kota dan menghela nafas dengan pelan. Dalam sekejap, suara teriakan kencang yang dikirim oleh Dou Qi menggema ke seluruh kota.     

"Ratu Medusa, aku Gu He dari Kekaisaran Jia Ma. Tujuanku datang kesini bukan untuk memulai perang dengan Suku Ular. Ada sesuatu yang ingin aku diskusikan. Mohon perlihatkan dirimu!"     

Melihat tindakan Gu He, Yue Mei dan Mo Basi pun mengerutkan alis mereka. Namun, mereka tidak berkata apapun untuk menghentikannya. Dalam situasi seperti ini, akan lebih baik jika Yang Mulia menampakkan dirinya. Karena dengan kekuatannya, lawan mereka akan berakhir menyedihkan jika mereka mencoba menggunakan kekuatan mereka.     

Teriakan itu terus menggema cukup lama di seluruh kota sebelum kemudian perlahan menghilang.     

Setelah suara teriakan itu tak lagi terdengar, suasana di dalam maupun di luar kota menjadi sunyi. Setelah beberapa saat berlalu, belum terdengar ada jawaban. Gu He mengernyit ringan melihat situasi yang terjadi. Dia berencana untuk berteriak lagi, tiba-tiba ruang di udara, di atas tembok kota berubah menjadi aneh.     

Melihat hal ini, kelompok Gu He merasa sedikit terkejut. Selain sosok berjubah hitam yang tetap diam, orang-orang yang lain mundur selangkah dan memperhatikan ruangan di udara yang berubah tersebut dengan wajah yang serius.     

Di langit, cahaya dari matahari yang terbenam menyebar ke bawah, menyinari ruang yang berubah tersebut. Detik berikutnya, sosok tubuh anggun, seksi dan indah perlahan muncul di hadapan semua orang.     

Sosok wanita cantik yang tiba-tiba muncul itu mengenakan jubah berwarna ungu yang cantik dan anggun. Sosok cantik di balik jubah yang indah itu terlihat sangat berisi dan cantik, layaknya buah persik yang sedang matang, dengan pesona yang memikat. Rambut hitamnya yang harum, memanjang dengan tidak beraturan secara vertikal dari pundak ke pinggangnya yang halus dan ramping. Di bawah jubah indah itu terdapat ekor ular berwarna ungu. Ekor ular itu sedikit berayun dan daya pikatnya yang liar, membuat orang yang melihatnya jadi memanas.     

Tatapan Xiao Yan tertuju pada sosok cantik yang nyaris sempurna itu dan akhirnya tertuju pada wajahnya yang cantik. Jantungnya segera berdebar hebat. Melihat wanita itu dengan mata kepalanya sendiri, membuat Xiao Yan akhirnya mengerti kenapa begitu banyak orang di sekitar Gurun mengatakan bahwa kecantikan Ratu Medusa yang terkenal, sebanding dengan keganasannya yang terkenal juga.     

Hanya kata 'menggoda' yang bisa digunakan untuk menggambarkan wanita seperti ini. Namun, di balik kecantikannya yang menggoda itu, terdapat sosok seorang ratu yang seperti bangsawan dan anggun. Karakter yang menarik ini membuat Xiao Yan tiba-tiba teringat wanita cantik yang berani bertarung dengan Singa Bersayap Kecubung di Pegunungan Binatang Magic... di mana dalam diri keduanya tampak jelas aura anggun dari seseorang dengan posisi yang tinggi.     

Namun dibanding dia, Yue Mei, yang pernah membuat Xiao Yan merasa kagum, tampak sedikit pudar.     

"Yang Mulia!"     

Setelah wanita yang mempesona itu muncul, kelompok Manusia-Ular hitam dibawahnya yang berada di atas dinding segera berlutut. Suara hormat mereka menggema menembus awan.     

Melihat Ratu Medusa yang muncul di langit, Mo Basi memandang dengan tatapan yang kagum.     

Melihat kecantikan yang anggun dan mempesona dari sosok berjubah ungu yang cantic itu, Xiao Yan menghela nafasnya dan bergumam dengan pelan, "Dia adalah Ratu Medusa yang nama kejamnya menakuti kerajaan besar dan kecil di dekat gurun?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.