Perjuangan Menembus Surga

Bergegas Menuju Suku Ular Di Malam Hari



Bergegas Menuju Suku Ular Di Malam Hari

0Sambil menyaksikan padang pasir yang luas, perlahan Xiao Yan tersadar. Kemudian ia menundukkan kepalanya, melirik cincin di jarinya dan berkata dengan tak berdaya, "Guru, kau sudah bisa keluar sekarang."     

Mendengar ucapan Xiao Yan, cincin kuno yang berwarna hitam itu bergetar dan perlahan-lahan Yao Lao melayang keluar. Tatapan matanya langsung tertuju ke arah cakrawala di mana orang-orang tadi menghilang, kemudian berbalik ke arah Xiao Yan. Dia tersenyum dan berkata dengan serius, "Sepertinya sesuatu yang besar akan terjadi di gurun ini."     

Xiao Yan menganggukkan kepalanya. Dengan kedatangan sekelompok orang yang sangat kuat itu, akan sangat aneh jika gurun ini tidak menjadi kacau. Kemungkinan setelah Yue Mei kembali, suku-suku Manusia-Ular di padang pasir akan mengangkat senjata dan berjaga.     

"Kenapa mereka ke Gurun Tager? Apa Kekaisaran Jia Ma berpikir untuk memulai perang dengan Manusia-Ular lagi?'' Xiao Yan mengerutkan kening dan berkata dengan tidak yakin.     

"Mendengar diskusi mereka sebelumnya, tampaknya mereka bermaksud mencari Ratu Medusa." Kata Yao Lao dengan datar.     

"Mencari Ratu Medusa... meskipun barisan mereka adalah orang yang sangat kuat, tapi Ratu Medusa juga tidak lemah. Selain itu, ada banyak orang kuat lainnya di dalam delapan suku besar Manusia-Ular. Begitu mereka memiliki kesempatan untuk bersatu, aku kira kelompok tadi tidak akan bisa meninggalkan gurun dengan aman dan selamat." Xiao Yan menggelengkan kepalanya. Senyumnya tampak memiliki arti. Kelompok orang-orang itu, kecuali sosok berjubah hitam misterius yang meninggalkan kesan baik padanya, hanyalah orang-orang yang tidak dia kenal. Tentu, Xiao Yan tak perlu mengkhawatirkan mereka.     

"Sosok berjubah hitam itu juga seorang Dou Huang." Kata Yao Lao sambil tersenyum.     

"Memang kenapa kalau dia seorang Dou Huang? Bukankah Hai Bo Dong dulu juga Dou Huang? Tapi Ratu Medusa masih bisa membuat keadaan Hai Bo Dong menjadi begitu menyedihkan." Xiao Yan tertawa kemudian segera berpikir untuk beberapa saat, "Tapi, kembali ke topik, kenapa mereka mencari Ratu Medusa? Manusia adalah makhluk yang paling tidak disukai oleh suku Manusia-Ular."     

Yao Lao membelai janggutnya pelan dan berkata sambil tersenyum, "Pria paruh baya tadi adalah orang yang sebelumnya aku bilang memiliki Persepsi Spiritual yang sangat kuat. Dia pasti juga seorang Alchemist."     

"Seorang Alchemist?" Mendengar ini, Xiao Yan terdiam sesaat. Setelah itu, dia tanpa sadar segera berteriak, "Seorang Alchemist dengan kemampuan level Dou Wang? Bagaimana mungkin?"     

Melihat ekspresi tak percaya di wajah Xiao Yan, Yao Lao menggelengkan kepala dan tersenyum tipis. "Indraku tidak akan salah. Dia memang seorang Alchemist."     

Melihat senyum lembut Yao Lao, Xiao Yan pun perlahan kembali tenang. Dia mengerutkan kedua alisnya dengan kencang dan berkata dengan pelan, "Jika dia benar-benar seorang Alchemist, maka dengan kekuatan Dou Wang-nya, bukankah setidaknya dia seorang Alchemist tingkat enam? Tapi saat ini di Kekaisaran Jia Ma, hanya ada satu orang Alchemist tingkat enam!" Mata Xiao Yan semakin menyipit saat mengucapkan hal itu. Dia menghela napas panjang, seolah akan memuntahkan semua keterkejutan di dalam hatinya. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya berbisik, "Jangan bilang kalau pria paruh baya tadi adalah Raja Pill Gu He?"     

"Jika orang itu benar-benar Gu He, maka tak heran kalau dia mampu mengumpulkan begitu banyak orang kuat," ucap Yao Lao sambil tersenyum. Dia paham betul kemampuan untuk menarik yang dimiliki seorang Alchemist tingkat enam.     

"Hei. Ini benar-benar tidak disangka...'' Xiao Yan menggelengkan kepala dan tertawa pelan. Ada ekspresi aneh yang tidak dapat dibaca di wajahnya. Dia teringat akan Serbuk Pengumpul Qi yang dulu dikeluarkan oleh Nalan Yanran saat membatalkan pernikahan, ramuan itu disempurnakan oleh Gu He.     

Yao Lao mengangkat kepalanya, memandang cakrawala di padang pasir dan berbicara sambil tersenyum, "Seorang Alchemist tiba-tiba mengumpulkan begitu banyak orang kuat untuk datang ke padang pasir dan mencari Ratu Medusa. Aku kira... tujuannya mungkin adalah Api Surgawi. Tetapi aku tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahui hal itu."     

Mendengar ini, ekspresi Xiao Yan pun mendadak berubah. Tangannya tiba-tiba mengepal dengan kencang. Dia telah berusaha keras untuk mendapatkan 'Inti Api Teratai Hijau'. Siapa pun yang bermaksud menghalanginya mendapatkan api itu, maka akan menganggapnya sebagai musuh, bahkan jika orang itu adalah Raja Pill Gu He yang memiliki kemampuan hebat untuk mengumpulkan orang-orang kuat di Kekaisaran Jia Ma.     

"Guru, ayo pergi..." Telapak tangan Xiao Yan meraih pedang berat yang tertimbun di dalam lapisan pasir. Dia kemudian menghela nafas pelan dan berkata dengan sedih, "Terlepas dari motif mereka adalah 'Inti Api Teratai Hijau' atau bukan, kita harus bergegas ke area bagian dalam gurun. Jika Gu He benar-benar mencari api itu, maka aku akan membuat mereka bertarung di antara mereka sendiri sebelum mendapatkan api itu."     

"Ke Ke, bagus. Ayo sesekali kita menjadi nelayan." Setelah merenung sebentar, Yao Lao pun tersenyum dan mengangguk. Tubuhnya kemudian bergetar dan berubah menjadi cahaya lalu masuk ke dalam cincin.     

Xiao Yan menyimpan Pedang Xuan Berat ke dalam cincin penyimpanan dan menekan kedua bibirnya. Punggungnya bergetar dan Sayap Awan Ungu pun terbentang. Dengan perlahan ia mengepakkan sayapnya, lalu tubuhnya perlahan melayang ke udara. Dia mengangkat wajahnya, menatap bulan yang bersinar dan berkata dengan lembut, "Saat ini Suku Mei pasti sedang kacau karena Gu He dan yang lainnya sedang melewati gurun ini. Kita juga bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk berjalan dengan tenang. Aku rasa Yue Mei tidak akan ada di dalam Sukunya. Dia mungkin pergi ke area dalam gurun untuk menyampaikan informasi itu kepada Ratu Medusa."     

"Ya, ayo pergi. Saat kita melewati area suku ular, aku akan membantumu menyembunyikan Qi-mu. Ditambah langit yang gelap, seharusnya kita bisa melewatinya." Suara Yao Lao terdengar dari dalam cincin.     

Sambil menganggukkan kepalanya, Xiao Yan menaruh 'Pil Pemulih Energi' ke dalam mulutnya. Di bawah cahaya bulan yang redup, Xiao Yan mengepakkan sayapnya dengan kencang dan tubuhnya berubah menjadi bayangan hitam, dan kembali terbang ke arah suku besar yang berada di jalan utama.     

Setelah Xiao Yan terbang melintasi langit dengan cepat selama kurang lebih setengah jam, sebuah benteng besar perlahan tampak di dataran yang berada di kejauhan.     

Benteng itu tampak cukup terang, tapi api yang berkedip berulang kali membuat keadaan terasa meresahkan.     

Saat Xiao Yan terbang semakin dekat, dia bisa mendengar suara kekacauan yang berasal dari dalam benteng tersebut. Saat itu, hatinya merasa senang, lalu dengan tenang dia berkata, "Sepertinya kelompok tadi benar-benar menyerang dari sini..."     

Hal itu terlintas dalam benak Xiao Yan ketika dia tiba di langit atas benteng. Ia merasa terkejut ketika matanya melihat suku yang sangat besar dan hampir tak berujung itu.     

Tembok kota yang tingginya mencapai puluhan meter tampak penuh dengan sekelompok pengawal yang tak terhitung jumlahnya. Dari menara, tampak para pengawal itu menjulurkan ujung panah yang berwarna ungu pucat. Ujung panah itu tampak dingin dan berkilauan di bawah cahaya bulan.     

Melihat pertahanan yang sangat ketat dan sempurna, Xiao Yan menyeka keringat dinginnya. Dengan kekuatan pertahanan mereka, bahkan seorang Da Dou Shi atau Dou Ling akan tertusuk seperti sarang lebah[1] jika mereka ceroboh.     

Pertahanan benteng itu tampak sangat ketat, tapi Xiao Yan merasa bahagia saat menyadari bahwa pertahanan yang sangat ketat ini telah ditembus dengan paksa, dan menyebabkan terciptanya sebuah lorong besar. Menara-menara penjaga yang berada di dekat lorong telah hancur menjadi reruntuhan akibat serangan kekuatan yang sangat besar. Jelas, sisa-sisa reruntuhan ini adalah perbuatan dari Gu He dan kelompoknya tadi.     

Mungkin karena serangan yang datang dengan tiba-tiba itu, seluruh benteng besar itu menjadi panik. Dengan memanfaatkan situasi yang sedang panik ini sebagai celah, Xiao Yan berhasil melewati tembok yang dijaga sangat ketat. Dia terbang ke langit menuju ke benteng, kemudian ia terbang lagi menuju ujung benteng.     

Xiao Yan kembali menyadari ukuran benteng yang sangat besar itu saat dia terbang ke langit. Jika dibandingkan secara ukuran, bahkan dengan Kota Batu Hitam, kota terbesar yang pernah Xiao Yan kunjungi, sulit untuk mengetahui mana yang lebih besar.     

"Delapan suku besar itu memang kekuatan yang paling kuat dari Manusia-Ular." Xiao Yan hanya bisa mendesah secara emosional saat ia terbang melalui langit malam dengan kecepatan tinggi.     

Ketika Xiao Yan sedang menghela nafas, suara Yao Lao tiba-tiba terdengar di dalam hatinya, "Kita telah meninggalkan benteng. Hati-hati. Di sini menara penjaga yang rusak jumlahnya lebih sedikit dan kekuatan pertahanannya tidak banyak berkurang."     

Mendengar ini, Xiao Yan berubah menjadi tegang. Tatapannya tertuju pada tembok kota yang tinggi dan menyadari bahwa tembok kota yang tak terlalu jauh itu, tidak hancur. Hanya ada beberapa garis retak besar yang tersebar di sepanjang dinding. Selain itu, ada ratusan Manusia-Ular yang bersenjata lengkap sambil membawa tombak tajam di tangan mereka sedang berpatroli di sekitarnya.     

"Ao…"     

Tepat ketika Xiao Yan berniat untuk melewati lapisan pertahanan terakhir itu dalam sekali jalan, tiba-tiba, terdengar suara raungan aneh yang seperti perpaduan antara suara serigala melolong dan suara rubah menangis.     

Mendengar raungan ini, ekspresi Xiao Yan berubah dalam sekejap. Dia mengangkat kepalanya dan mendapati seekor burung hitam besar yang aneh, terbang di atas kepalanya. Ternyata, suara itu adalah semacam sistem peringatan yang ditempatkan oleh Manusia-Ular di udara.     

"Peringatan! Peringatan! Ada seseorang di udara. Pelempar Tombak bersiap-siap, letakkan racun pada tombak dan bersiap untuk menembak!" Mendengar peringatan yang bersenandung di langit malam, dalam sekejap suara yang nyaring terdengar dari tembok kota.     

Setelah mendengar perintah itu, kelompok Manusia-Ular yang sedang berjaga dalam kebingungan tiba-tiba terdiam. Mereka segera mengoleskan cairan racun yang mereka simpan di pinggang, ke permukaan tombak terbang milik mereka. Dengan ekspresi yang ganas, mereka melihat Xiao Yan yang sedang terbang ke arah mereka.     

"Mereka telah menemukan kita..." Mendapat tatapan tajam dari ratusan Manusia-Ular, tiba-tiba kepala Xiao Yan terasa sedikit mati rasa. Dalam sekejap, dia tak lagi peduli pada burung hitam besar yang berputar-putar di atas kepalanya. Dia mengepakkan Sayap Awan Ungu dengan cepat dan dalam sekejap tubuhnya berubah menjadi sebuah cahaya hitam pekat dan terbang ke arah tembok kota.     

Di tembok kota, Wanita-Ular dengan tubuh yang anggun menatap Xiao Yan yang ada di udara, dengan mata cantiknya yang tajam. Sesaat kemudian, dia mengeluarkan perintah dengan suara dingin, "Arahkan pada Serigala Burung Hantu. Tembak dia!"     

Setelah Wanita-Ular itu memberi perintah, ratusan Manusia-Ular yang bersenjata lengkap di tembok kota segera berteriak kencang. Mereka memutar tubuh mereka ke samping. Setelah itu, mereka tiba-tiba mencondongkan tubuh mereka ke depan. Dalam sekejap, tombak panjang di tangan mereka yang telah diolesi racun dilemparkan ke depan. Suara siulan tajam dari lemparan tombak itu menggema di langit malam.     

"Manusia-manusia terkutuk ini, apa mereka mengira Suku Mei kita begitu mudah untuk diganggu? Berani-beraninya mereka berulang kali masuk ke kota kita!" Kata Wanita Ular yang dingin itu menggertakkan giginya dengan marah, sambil menatap Xiao Yan yang dikelilingi oleh serangan tombak panjang dengan tatapan yang dingin. Kelompok Gu He, yang merupakan barisan yang di depan, masuk ke dalam kota secara paksa ketika tidak ada penjagaan yang kuat di dalam suku. Jadi bagaimana Wanita Ular, yang jelas-jelas memegang posisi cukup tinggi itu, tidak marah ketika melihat Xiao Yan datang sendirian, seolah-olah untuk mengejek mereka.     

Menatap langit dengan tatapan yang dingin seperti es, Wanita-Ular yang dingin itu tampaknya telah melihat wajah ketakutan dari seseorang yang sedang dihadapkan dengan kematian. Bibir merahnya tampak melengkung, dan wajahnya yang tampak haus akan darah sedang menanti pesta darah yang akan terjadi di udara. Dia bisa dengan jelas merasakan bahwa manusia yang ada di langit itu hanya memiliki kekuatan dengan level Dou Shi. Meski dia tidak paham mengapa seorang Dou Shi itu bisa terbang, tapi itu tidak mengurangi niat untuk membunuh di dalam hatinya. Dou Shi itu akan mati di bawah serangan tombak beracun dari segala arah ini, dan akan ditusuk menjadi potongan-potongan daging kecil.     

Namun, di bawah tatapan ratusan Manusia-Ular yang berada di tembok kota, tepat ketika tombak beracun itu akan mengenai tubuhnya, tiba-tiba sebuah api tebal berwarna putih keluar dari tubuh manusia yang berada di langit itu. Setelah itu… ia langsung menerjang tombak-tombak beracun yang menyerangnya dari segala arah itu. Beberapa saat kemudian, ratusan Manusia-Ular itu tercengang, ketika mereka melihat sosok manusia yang dikelilingi oleh api itu, menerjang sekelompok panah beracun yang melambangkan kematian dengan gegabah. Ia terbang keluar dari tembok kota tanpa berhenti sedikitpun, hingga akhirnya ia menghilang di dalam malam.     

"Sialan dia!"     

Sambil melihat punggung sosok yang menghilang itu dengan tatapan kosong, tiba-tiba Wanita-Ular dingin yang berada di tembok kota itu, meninju dinding yang ada di depannya. Dalam sekejap, beberapa garis retakan menyebar di dinding itu, dan mengejutkan para prajurit Manusia-Ular yang berada di dekatnya dan membuat mereka tidak berani berkata sepatah katapun.     

"Bersihkan kota, jaga tembok kota. Segera kirim informasi ke semua suku Manusia-Ular terdekat. Selain itu, beri tahu para pemimpin tujuh suku besar lainnya. Minta mereka untuk segera mengirimkan pasukan terkuat mereka dan mengepung kelompok manusia tercela ini. Kita pastikan mereka mati di gurun ini!" Wanita Ular yang sedingin es itu berkata sambil menatap langit malam yang gelap gulita. Suaranya yang dingin penuh dengan keinginan untuk membunuh.     

[1] Sarang itu memiliki lubang-lubang dipermukaanya. Jadi jika tertusuk oleh panah-panah itu, tubuh seseorang akan memiliki lubang-lubang seperti sarang lebah     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.