Perjuangan Menembus Surga

Potongan Logam Hitam



Potongan Logam Hitam

0

Melihat Xun Er mengangguk mendengar perkataan Xiao Yan, bibir Jia Lie Ao berkedut. Dia mengepalkan tinju sambil menatap dingin pemuda di depannya yang berdiri tenang dan tanpa ekspresi.

Anak buah Jia Lie Ao yang melihat Tuan Muda mereka marah besar, berjalan cepat ke depan kemudian mengelilingi Xiao Yan dan Xiao Xun. Tatapan mereka tampak sangat tidak bersahabat.

Meski berada jauh di dalam pasar, namun tetap saja di sekitar mereka ada beberapa orang yang memperhatikan mereka dengan pandangan bertanya. Xiao Yan dan Jia Lie Ao cukup dikenal di Kota Wu Tang. Xiao Yan dikenal sebagai orang jenius yang kemudian berubah cacat, dan Jia Lie Ao dikenal karena sikapnya yang suka mempermainkan wanita. Meski mereka bukan tokoh yang sangat terkenal, tapi setidaknya mereka masih cukup dikenali.

Melihat kelompok Jia Lie Ao bergerak, alis Xiao Yan terangkat memperlihatkan kepercayaan dirinya yang mengerut. Memutar kepalanya ringan, Xiao Yan bersiul ke sebuah arah di dalam pasar.

Melihat tindakan Xiao Yan, semua orang yang berada di sana pun memalingkan kepala ke arah di mana Xiao Yan bersiul dan melihat penjaga pasar di bawah pimpinan Pei En datang menghampiri mereka dengan marah.

Dengan beberapa penjaganya, Pei En bergegas menuju Xiao Yan dan dengan cepat, para penjaga pasar itu pun mengelilingi bawahan Jia Lie Ao yang mengelilingi Xiao Yan dan Xiao Xun.

"Tuan Muda Ketiga, ada masalah?" Berjalan menuju Xiao Yan, Pei En menyapukan pandangannya pada Jia Lie Ao dan dengan hormat bertanya pada Xiao Yan.

Xiao Yan tersenyum ringan dan berbalik menghadap muka masam Jia Lie Ao. Dengan santai dia berkata: "Tuan Muda Jia Lie Ao, pasar ini dikendalikan oleh Klan Xiao, kau yakin ingin bertarung di sini?"

Jia Lie Ao terlihat takut pada Pei En tapi dia buru-buru mencibir Xiao Yan: "Apa kau hanya bisa bergantung pada Klanmu? Jika kau seorang lelaki…"

"Apa yang ingin kau katakan adalah, jika aku lelaki maka aku harus bertarung satu lawan satu, bukan?" Xiao Yan melambaikan tangannya dan memotong perkataan Jia Lie Ao.

Jia Lie Ao kembali mengejek dan dengan sedikit menantang, dia berkata: "Yup, apa kau takut?"

Melihat wajah arogan Jia Lie Ao, Xiao Yan mendesah pasrah dan menyentuh keningnya. Beberapa saat kemudian, dia mendongakkan kepala kemudian mengangkat bahunya dan dengan polos serta naifnya, dia bertanya: "Tuan Muda Jia Lie Ao, aku ingin tahu, berapa umurmu?"

Ujung bibir Jia Lie Ao berkedut tapi dia tidak menjawab.

"Pria tua, kau sudah berusia 21 tahun. Sedangkan aku? Lima belas! Kau ingin berkelahi dengan anak kecil yang bahkan belum melakukan upacara kedewasaannya? kau tidak malu? Kau tidak merasa itu keterlaluan?" Ekspresi polos Xiao Yan yang tampak begitu tidak bersalah membuat Xun Er yang berada di sampingnya tidak bisa menahan tawa.

"Haha…"

Mendengar perkataan pemuda itu, para tentara bayaran dan pedagang kios pun tertawa. Xiao Yan benar, dengan usianya saat ini, Xiao Yan hanyalah anak kecil sedangkan Jia Lie Ao sudah dianggap dewasa. Tantangan seperti ini membuat semua orang memandang rendah Jia Lie Ao.

Tawa penonton seperti menyadarkan Jia Lie Ao dan membuatnya kembali tenang. Kedewasaan dan ketenangan Xiao Yang membuat orang lain begitu mudah melupakan usianya yang sebenarnya. Karenanya, setelah Xiao Yan menyebutkan usianya, Jia Lie Ao pun akhirnya ingat jika pemuda di depannya ini hanyalah seorang pemuda berusia lima belas tahun.

Sambil menggeretakkan giginya, Jia Lie Ao menatap penjaga yang berdiri di belakang Xiao Yan dan menyadari jika saat ini dia tidak punya kesempatan untuk balas dendam. Jadi ia hanya bisa menggelengkan kepala dan berkata dingin: "Satu tahun lagi kau akan melakukan upacara kedewasaan kan? Hehe, aku kira orang yang cacat seperti mu, setelah melakukan upacara kedewasaan, akan dibuang ke sebuah desa terpencil dan miskin. Sangat menyedihkan. Saat itu, kau bahkan tidak akan bisa memasuki Kota Wu Tang."

Xiao Yan tersenyum ringan dan mengangkat bahunya santai.

Jia Lie Ao mengedipkan mata. Dia tidak tahu kenapa tapi setiap kali ia melihat raut tenang pemuda di depannya ini, dia mendadak ingin marah. Pemuda ini hanya orang cacat tapi tingkahnya seperti tahu segalanya…

Menekan amarahnya, Jia Lie Ao mendesah dan dengan gerakan tangannya, memerintahkan bawahannya untuk pergi.

"Oh ya…" langkahnya terhenti, Jia Lie Ao teringat sesuatu kemudian berbalik dan dia berkata: "Tuan Muda Xiao Yan, aku dengar pernikahan Klan Xiao dan Klan Nalan dibatalkan. Hehe, sebenarnya, itu bukan hal yang mengejutkan. Dengan kemampuan Qi mu, kau tidaklah cocok dengan Nona Nalan. Haha…" setelah berkata demikian, Jia Lie Ao pergi dengan tertawa.

Tatapan dingin Xiao Yan mengikuti kepergian Jia Lie Ao. Menahan Xun Er yang hendak mengejar, Xiao Yan berkata pelan: "Dia hanya orang sinting. Jika dia menggigitmu, kenapa kau harus membalasnya?"

"Tapi dia… sangat keterlaluan. Kita tidak bisa membiarkannya pergi seperti ini kan?" Alisnya berkerut, Xun Er membantah dengan marah.

"Akan selalu ada kesempatan…" Xiao Yan menyeringai dan nada dinginnya membuat Pei En bergidik. Seekor singa yang mengaum mungkin tidak menakutkan tapi seekor singa yang bisa bersabar itu lebih menakutkan…

"Paman Pei En, maaf menganggu Anda." Xiao Yan berbalik dan tersenyum lembut pada kelompok Pei En. Suasana yang tadinya tegang pun berubah menjadi riang.

Terkesan dengan Xiao Yan yang mampu mengontrol emosi, Pei En tersenyum dengan penuh hormat. Meskipun Xiao Yan tidak cukup berbakat, tapi masa depan Xiao Yan mungkin akan baik-baik saja dengan kecakapan mentalnya.

"Haha, Tuan Muda Ketiga bercanda. Ini adalah wilayah kekuasaan Klan Xiao, kami tidak akan membiarkan Klan Jia Lie bertindak sesuka hatinya di sini." Pei En tersenyum dan melihat Xiao Yan yang mulai memperhatikan sekeliling, dia bergegas pergi bersama anak buahnya.

Melihat Pei En dan kelompoknya pergi, Xiao Yan berbalik dan mengacak-acak rambut Xun Er kemudian berkata tegas: "Sebuah Sari Monster level 1 membuatmu melupakan moral? Kau cukup tahu seperti apa Jia Lie Ao. Ketika kau mengambil barangnya, dia pasti akan meminta balasannya."

Merapikan rambutnya, Xun Er membalikkan tangannya ke atas: "Dia ingin memberikannya padaku secara gratis."

Xiao Yan memutar matanya bingung: "Benda itu tampak seperti bukan sesuatu yang begitu berharga, apa kau harus berbuat seperti itu? Jangan lupa, kau pemuda yang jenius dalam Klan Xiao…"

Xun Er mengerutkan hidungnya dan mengangkat gelang di pergelangan tangannya. Dia mengejek: "Jadi Xiao Yan ge-ge juga telah memperhatikan Xun Er."

Xiao Yan diam dan menarik tangan Xun Er, mereka berjalan menuju beberapa kios yang lebih dalam di pasar…

Setelah berjalan melewati beberapa kios, kaki Xiao Yan akhirnya terhenti. Dia membungkuk dan menatap bulatan berwarna hijau yang tampak masih memiliki bekas darah di dalam kios lalu berkata: "Akhirnya aku menemukannya."

Xiao Yan mengulurkan tangan ke arah kios tersebut, namun tangannya menegang ketika dia hendak mengambil Sari Monster. Dia mendapat sebuah firasat…

Sambil menjilati bibirnya, Xiao Yan mengambil Sari Monster tersebut dengan tatapan yang seolah tak sengaja, memperhatikan kios…

Beberapa saat kemudian, tatapan matanya tertuju pada Potongan Logam Hitam yang dipajang di samping Sari Monster.

Potongan Logam Hitam itu terlihat sangat tua dengan banyak bintik karat dan kotoran. Tampak seperti baru saja didapatkan.

"Hei, anak bandel Yan, Potongan Logam Hitam itu sesuatu yang berharga, belilah…"

Tepat ketika Xiao Yan merasa bingung karena tertarik pada logam yang tampaknya tidak berharga itu, suara Yao Lao tiba-tiba terdengar dalam benaknya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.