Perjuangan Menembus Surga

Kesakitan Yang Menyiksa



Kesakitan Yang Menyiksa

0Di malam badai yang gelap, hujan lebat mengguyur hutan di pegunungan. Angin yang kencang membawa suara raungan berbunyi "hua hua" di hutan. Kadang–kadang petir menggaung di langit. Deraman suara keras menyelimuti pegunungan daripada mana dia berasal tanpa henti.     

Ular perak menyambar di langit yang gelap pekat, di mana suara 'chi la' terus bergemuruh. Sesekali, cahaya perak tajam akan menyinari hutan pegunungan yang hitam pekat hingga terlihat seperti siang hari.     

Di tebing curam pegunungan, seorang laki-laki tua berdiri dengan tangannya didekap dibelakang berdiri di batu gunung yang tajam. Wajah tuanya menatap kilat cahaya dari halilintar tanpa ekspresi. Tubuhnya yang sedikit bungkuk terlihat seperti pinus yang tua, berdiri kokoh di atas tebing. Sikapnya yang tenang dan berwibawa, memberikan kesan dia tidak akan pergi terlepas buruknya cuaca di sekitarnya.     

Namun, jika seseorang melihatnya dengan seksama, mereka akan menyadari bahwa setiap kali pria tua itu memandang ke arah pintu masuk gua yang tertutup dengan pecahan batu-batu, tangannya yang terlihat seperti cakar elang itu tanpa sadar menjadi kaku. Dan setelah beberapa waktu, tangannya kembali tenang.     

Laki-laki tua itu berdiri di bawah cahaya kilat, tanpa membuka mulutnya untuk berbicara. Dia hanya melihat langit dengan diam. Sesekali, dia akan melihat ke arah gua. Namun, dia hanya melihatnya untuk sejenak, kemudian mengarahkan pandangannya ke arah lain. Sikapnya yang hati-hati ini seolah mengatakan ia takut akan mengganggu latihan anak muda yang ada di dalamnya, jika melihatnya untuk waktu yang lama.     

Malam gelap yang disertai cahaya kilat perlahan-lahan berlalu. Hutan pegunungan itu dilanda oleh badai yang besar sepanjang malam. Ketika malam gelap perlahan menghilang, secercah cahaya matahari perlahan muncul dari langit timur: fajar. Dalam sekejap, seluruh hutan pegunungan memperlihatkan keadaan yang menyedihkan, dengan banyaknya pohon yang hilang di dalam garis pepohonan.     

Matahari perlahan bangun dari ufuk timur. Cahaya yang hangat menerangi daratan, membawa semangat dan kekuatan pada hutan pegunungan yang rusak akibat kilat yang menyambar.     

Berdiri di batu pegunungan, Yao Lao mengangkat wajahnya sedikit untuk melihat matahari yang perlahan-lahan terbit. Ujung matanya melirik pada gua gunung yang masih tetap tenang dan tidak ada sedikitpun reaksi. Kedua tangan yang berada di bawah lengan bajunya langsung menjadi tegang.     

Ujung matanya secara tak sadar berkedut beberapa kali. Yao Lao menghirup udara segar dipagi hari. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sebaik mungkin. Namun, kekhawatiran di dalam hatinya membuatnya sulit untuk memperoleh perasaan tenangnya kembali.     

Jari tangannya yang kering dan kurus menepuk lengannya. Meskipun dengan waktu yang telah berlalu, masih belum ada pergerakan di dalam gua gunung. Seketika, tepukan yang mulanya memiliki irama itu, mulai menjadi kacau seperti kondisi pikiran Yao Lao sekarang.     

Matahari yang baru saja terbit perlahan bergerak ke pertengahan langit. Cahaya matahari yang tadinya hangat sudah menjadi sedikit lebih panas. Di dalam kondisi yang seperti ini, Yao Lao menjadi semakin khawatir.     

Setelah sekali lagi menunggu dengan sabar untuk beberapa waktu, sepuluh jari Yao Lau yang ia gunakan untuk menepuk tangannya, tiba-tiba berhenti. Matanya yang sayu terlihat gelisah. Terlihat jelas, saat ini ia tidak mau menunggu lebih lama lagi setelah menunggu sepanjang malam.     

Ketika jari Yao Lao berhenti, nafas Qi yang kuat dan bertenaga mulai keluar perlahan dari dalam tubuhnya. Tekanan yang disebabkan oleh Qi yang kuat, menyebabkan binatang buas yang berterbangan berkeliling tinggi di udara mengeluarkan jeritan ketakutan dan pergi dari tempat itu.     

Disaat Yao Lao bersiap untuk masuk secara paksa dan melihat apa yang terjadi, pergerakan tidak biasa akhirnya muncul dari dalam gua gunung yang sepi untuk pertama kalinya sejak kemarin malam.     

"Bang!"     

Energy ganas tiba-tiba menyebar dari dalam gua gunung yang secara cepat dihalangi oleh dinding gunung. Seketika itu juga, banyak retakan besar memanjang ke seluruh dinding gunung.     

Berdiri di batu gunung, Yao Lao melihat retakan yang tiba-tiba menyebar. Wajahnya yang tadi terlihat tegang menjadi mulai tenang. Karena adanya pergerakan, setidaknya berarti orang didalamnya baik-baik saja.     

Tidak lama setelah riak energi yang terlepas tadi, beberapa energy yang justru lebih kuat mulai menyebar. Karena imbas energi itu, dinding gunung yang kuat dan kokoh terlihat bergoyang.     

Melihat gua gunung yang hampir roboh, Yao Lao sekali lagi mengernyitkan alis matanya, dan bergumam dengan tidak yakin, "Apa yang baru saja terjadi?"     

"Bang!"     

Ketika Yao Lao sedang bingung, dari dalam gua terdengar suara ledakan yang keras seperti kilat yang menyambar tadi malam. Dan mengikuti ledakan energi itu, tiba-tiba bagian atas dari gua yang terlihat akan roboh itu mulai condong ke depan dan diiringi dengan suara batu-batu yang berjatuhan. Bongkahan batu yang besar mulai berjatuhan dengan keras. Dalam sekejap mata, bebatuan itu sudah tertumpuk di atas gua gunung dan tidak ada yang tersisa kecuali tumpukkan bebatuan.     

Melihat kejadian yang tiba-tiba terjadi, wajah Yao Lao sedikit berubah. Dia menginjakkan jari kakinya perlahan di atas batu gunung dan tubuhnya bergegas terbang ke arah pintu masuk gua yang roboh itu.     

Baru saja Yao Lao akan mendarat di tumpukan bebatuan, api berwarna hijau tiba-tiba keluar dari bawah batu yang tak beraturan itu. Seketika, tumpukan batu berubah menjadi lahar…     

Jari kaki Yao Lao menapak di udara dengan pelan dan berhenti mendarat, menghindari api berwarna hijau yang telah menjadi liar dan ganas. Dengan cepat ia melihat bagian dalam gua gunung yang hitam dengan wajah yang bingung dan serius.     

"Ah!"     

Dari dalam gua gunung, suara teriakan melengking yang sedikit serak tiba tiba meraung dengan keras, seperti serigala liar yang terluka.     

Disertai raungan keras itu, sebagian api hijau yang lebih menakutkan dari sebelumnya tiba-tiba menjalar dari dalam gua. Apapun yang berada di depan api hijau yang dominan ini dibakar menjadi cairan.     

"Memang ada sesuatu yang salah…" Mendengar raungan yang berisi kesakitan, wajah Yao Lao berubah masam. Dia mengumpat dengan pelan, saat api putih tebal dari 'Api Pendingin Tulang' itu menyelimuti tubuhnya. Sesaat kemudian, dia dengan terpaksa melewati api hijau dengan sangat cepat, bergegas masuk ke dalam gua gunung yang sudah hancur berantakan.     

Setelah mendarat, Yao Lao segera melihat seluruh gua gunung . Akhirnya, matanya menyipit dan berhenti pada tubuh laki-laki muda yang kaki nya berlutut di tanah dan kepalanya menunduk. Tangannya telah berulang kali meninju permukaan batu.     

Lebih dari separuh baju Xiao Yan terbakar. Mungkin karena kulitnya yang bertambah kuat secara signifikan, Xiao Yan hanya memiliki beberapa luka kecil meskipun banyak bekas darah di sekujur tubuhnya.     

Sepertinya ia telah menyadari keberadaan Yao Lao, Xiao Yan mengangkat kepalanya dengan susah payah. Wajahnya yang awalnya penuh dengan energi, sekarang menjadi pucat. Wajahnya yang tertekuk terlihat begitu menakutkan. Bercak darah terlihat di sudut bibirnya. Diantara giginya yang dikatupkan, darah segar mengalir keluar. Batu yang kuat dan keras di bawahnya sudah memiliki retakan seperti jaring laba-laba yang terbentuk dari pukulan tangannya.     

Pandangan Yao Lao dengan cepat mengamati wajah Xiao Yan yang tertekuk karena dia harus menahan sakit yang luar biasa. Kulit kering di wajah Yao Lan mengerut sedikit. Sangat sulit dibayangkan kesakitan mengerikan dan luar biasa seperti apa yang harus dirasakan oleh Xiao Yan hingga membuatnya yang memiliki pengendalian diri dan ketahanan yang sangat hebat bisa berubah seperti ini…     

"Menyerahlah!" melihat wajah Xiao Yan yang bertambah pucat, hati Yao Lao bergetar dan ia segera berteriak. Dia tidak menyangka bahwa memakan "api surga" menggunakan "mantra api" bisa mengakibatkan penyiksaan yang bisa membuat seseorang menjadi gila.     

"Tidak… tidak apa-apa… Aku, aku masih bisa menahannya!" Mata Xiao Yan menatap dengan marah seraya menggertakkan giginya. Tangannya sekali lagi meninju permukaan batu dengan keras. Segera, batu besar itu meledak disertai dengan suara bang.     

Kepalan tangan Xiao yang berdarah gemetar ketika kepalan tangannya meninju ujung sebuah batu. Ujung batu yang tajam yang sedikit keluar itu menusuk telapak tangan Xiao Yan. Darah yang segar mengalir dari tangannya dan mewarnai batu itu menjadi merah.     

"Sudah ku bilang ini cukup!"     

Melihat telapak tangan Xiao Yan yang berdarah, wajah Yao Lao terlihat sedikit marah. Dia berteriak dengan marah dan menghentakkan kakinya di tanah. Seketika itu juga, tubuhnya bergerak ke arah Xiao Yan.     

"Bang!"     

Saat Yao Lao bergegas menuju ke tempat Xiao Yan, tubuh Xiao Yan yang berlutut di tanah tiba-tiba bergetar. Api hijau dari dalam tubuhnya keluar dan menyembur ke semua arah. Dan kemudian berputar mengelilingi Yao Lao, menggunakan jumlahnya yang banyak untuk menghalangi Yao Lao.     

"Ah!"     

Ketika api hijau menyembur keluar, gumpalan-gumpalan api itu seperti menyerang keluar dari semua pori-pori Xiao Yan. Rasa sakit hebat yang diakibatkan oleh otot, tulang, dan sel-selnya yang terbakar menyebabkan Xiao Yan memegang kepalanya dan membenturkannya dengan keras ke batu yang berada di sampingnya. Untungnya, api hijau itu melindungi tubuh Xiao Yan, meskipun api itu memberinya rasa sakit yang tak tertandingi. Jika tidak, Xiao Yan mungkin sudah pingsan dan mati karena benturan dari kepalanya itu.     

Api hijau yang keluar dari pori-pori Xiao Yan semakin banyak. Akhirnya, Xiao Yan menjadi seperti menara api yang hidup. Sekilas, hal itu menyebabkan orang lain yang melihatnya menjadi takut.     

"'Energi Inti api teratai hijau' jauh lebih kuat. Dengan hanya kekuatan Dou Shi milik Xiao Yan, tidak mungkin baginya untuk bisa berhasil memakannya. Aku harus menahannya. Sial. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan sekarang menggunakan 'Api Surgawi'' ku. Tapi jika aku menggunakan 'Api Surgawi' untuk menyelamatkannya, itu sama saja dengan menambahkan minyak ke dalam api!" Yao Lao yang berpengalaman melihat situasi Xiao Yan dan mengerti sumber dari permasalahannya. Namun, sekalipun dia tahu inti dari permasalahannya, dia tidak bisa menyelesaikannya. Saat ini, ia hanya bisa mengitari Xiao Yan dengan kekhawatirannya.     

Namun disaat Yao Lao merasa tidak berdaya, teriakan pelan tiba-tiba terdengar dari dalam gua gunung.     

Dengan suara teriakan itu, tujuh sosok berwarna tiba-tiba keluar dari lengan Xiao Yan. Mata ungu pucatnya melihat api hijau di tubuh Xiao Yan. Tak lama sinar yang tidak diketahui, bersinar di matanya dan membumbung tinggi.     

'Python Menelan Surga Tujuh Warna' dengan cepat mengelilingi Xiao Yan. Setelah itu ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan membuka mulutnya. Kekuatan hisap yang mengerikan dengan cepat melonjak masuk…     

Dengan kekuatan hisap itu, api hijau yang menyelubungi tubuh Xiao Yan seketika dan dengan cepat ditarik ke dalam perut Python Menelan Surga Tujuh Warna.     

Ketika api hijau itu terus dihisap oleh ular itu, api hijau yang berada di tubuh Xiao Yan perlahan-lahan berkurang. Setelah beberapa saat, kobaran api hijau yang terakhir meninggalkan tubuh Xiao Yan.     

Setelah api hijau yang terakhir meninggalkan tubuhnya, tubuh Xiao Yan bergetar dengan hebat. Sekujur tubuhnya tiba-tiba menjadi lemah dan jatuh, terbaring diatas permukaan batu yang dingin seperti es. Xiao Yan mengangkat kepalanya untuk melihat ular tujuh warna kecil yang sedang berputar-putar dengan semangat. Sudut bibirnya perlahan tersenyum kecil, kelopak matanya sedikit bergetar. Beberapa waktu kemudian, pandangannya bener-benar menjadi gelap…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.