Perjuangan Menembus Surga

Melihat Inti Api Teratai Hijau Lagi!



Melihat Inti Api Teratai Hijau Lagi!

0Tubuh Xiao Yan seperti ikan ketika ia masuk dan menyelam ke dalam air danau yang jernih itu. Matanya melirik api putih tebal yang ada di permukaan tubuhnya dan hanya bisa menelan ludah. Saat itu, berkat suhu aneh dari 'Api Pendingin Tulang', air di sekitarnya seolah-olah mulai mendidih. Dengan gelembung air berwarna putih yang terus muncul, sebuah benang cairan berwarna ungu gelap yang sulit dilihat dengan mata pun perlahan-lahan muncul. Namun, ketika helaian cairan ungu gelap ini bersentuhan dengan api putih yang tebal itu, cairan ungu itu dibekukan oleh 'Api Pendingin Tulang' menjadi potongan-potongan es yang sangat kecil, yang kemudian perlahan tenggelam ke dasar danau.     

Sambil mengamati potongan-potongan es kecil berwarna ungu yang terus terbentuk di sekitar tubuhnya, Xiao Yan merasa kulit kepalanya mati rasa. Dia tidak menyangka jika danau yang tampak sangat tenang ini ternyata menyembunyikan banyak racun yang mematikan.     

"Jangan buang-buang waktu! Cairan racun ini sangat kuat. Meski dengan perlindungan 'Api Surgawi', racun itu tidak bisa masuk ke dalam tubuhmu, tapi itu menghabiskan terlalu banyak Kekuatan Spiritualku!" Tepat ketika Xiao Yan mendesah terkejut, suara Yao Lao terdengar di dalam hatinya.     

"Baiklah." Xiao Yan segera menganggukkan kepalanya. Dia menendangkan kakinya dan kepalanya muncul dari dalam air. Sambil mengamati pulau kecil yang berada di tengah danau, Xiao Yan menghembuskan nafas pelan dan menggunakan tangannya untuk mendayung dengan cepat. Dia perlahan-lahan mendekati pulau tersebut dengan meninggalkan riak air di belakangnya.     

Perjalanan itu berlangsung dengan tenang hingga mereka mencapai pulau kecil tersebut. Tepat ketika Xiao Yan hendak menghela nafas lega, tiba-tiba tetesan air terciprat dari permukaan danau yang tenang di depannya. Kejadian yang begitu tiba-tiba itu membuat hati Xiao Yan menjadi tegang. Dia kemudian mengangkat kepalanya dan dengan penuh perhatian menatap ke arah dimana tetesan air itu tersebar, kemudian segera menyipitkan matanya.     

Tetesan air berjatuhan dan bercipratan. Pada satu titik, seekor ular besar yang tubuhnya ditutupi sisik berwarna hijau gelap dan memiliki kepala berbentuk segitiga, tiba-tiba keluar dari dasar danau. Setelah itu, dia melebarkan mulutnya yang besar dan buas, kemudian menggigit Xiao Yan dengan keras. Mata berbentuk belah ketupatnya penuh dengan kekejaman.     

"Sialan. Bukankah danau kecil ini sangat tidak normal?" Serangan liar dari ular besar itu membuat Xiao Yan mengumpat marah. Telapak tangannya dengan keras menghantam permukaan air. Seketika, air bercipratan ke segala arah. Dengan memanfaatkan kekuatan hantaman itu, tubuh Xiao Yan kemudian keluar dari dalam air, ketika ia jatuh ke bawah, tubuhnya sejajar dengan permukaan danau, dan hidungnya hampir menyentuh air. Namun, ujung kaki Xiao Yan dengan lembut tapi cepat, segera menekan gelombang air. Sehingga dalam sekejap, terdengar suara 'bang' dan tubuhnya melesat ke depan seperti bola meriam dengan posisi tetap dekat pada permukaan air.     

"Bang, bang, bang!"     

Tubuh Xiao Yan bergegas menuju pulau kecil itu dengan kencang seperti angin puyuh. Di belakangnya, terdengar suara ombak yang kencang. Suara itu berasal dari serangan ular besar yang tidak mengenainya.     

Xiao Yan tak terlalu mengkhawatirkan kekuatan angin yang muncul di belakangnya dengan tidak teratur. Dengan kekuatan dari serangan tersebut, Xiao Yan berulang kali menghindari serangan dari ular besar itu. Hingga kemudian, ketika Xiao Yan mencapai sekitar sepuluh meter dari pulau kecil itu, sudut matanya melirik ke belakang dan menyadari bahwa ular besar itu kembali membuka mulut buasnya yang besar dan mengejarnya.     

Xiao Yan tertawa dingin. Jarinya mengetuk cincin penyimpanan di tangannya dan sepotong papan kayu jatuh ke permukaan air. Pada saat potongan papan kayu itu akan termakan cairan racun air danau, ujung kaki Xiao Yan menekan potongan kayu tersebut dengan pelan. Tubuhnya sedikit tenggelam dan sekali lagi melesat ke depan. Sesaat kemudian, dia akhirnya memasuki perbatasan pulau kecil tersebut. Xiao Yan kemudian membalik tubuhnya di udara, kakinya berjongkok dan telapak tangannya menekan tanah dengan pelan, mendarat dengan mantap.     

Sambil menginjakkan kakinya di pulau kecil, Xiao Yan berbalik untuk melihat. Dia menyadari saat ular buas yang besar itu mencapai jarak sepuluh meter dari pulau kecil tersebut, ular itu mulai ketakutan dan tidak lagi berani maju. Dia hanya mengayunkan ekor ularnya dan bergerak memutari pulau kecil itu. Setelah menjulurkan lidah ular merahnya dan selama beberapa saat menatap Xiao Yan dengan tajam, dia dengan tak berdaya akhirnya kembali ke dasar danau.     

Perlahan suasana danau pun menjadi tenang. Xiao Yan akhirnya bisa menghela nafas lega. Dia kemudian berbalik dan memperhatikan pulau. Pulau itu tidak terlalu besar. Hutan bambu yang subur dan beberapa tanaman yang tumbuh di sekitarnya, membuat kehidupan di pulau itu tampak sangat indah.     

"Aroma 'Api Surgawi'..." Xiao Yan menarik napas. Berada dalam jarak yang sangat dekat, Xiao Yan bahkan sepertinya bisa merasakan keberadaan 'Api Surgawi' yang tersembunyi di pulau itu. Dia mengepalkan tangan dengan api panas yang berdenyut di dalam matanya yang berwarna gelap. Xiao Yan bersumpah dalam hati bahwa kali ini, terlepas dari apapun yang terjadi, ia harus mendapatkan 'Api Surgawi'. Dia sudah berusaha begitu keras untuk mendapatkan api itu.     

Perlahan api putih di tubuhnya pun padam. Kemudian suara Yao Lao kembali terdengar, "Hati-hati. Ratu Medusa juga ada di pulau ini. Tapi, seharusnya dia tidak sedang dalam keadaan sadar dan tidak bisa menyadari keberadaanmu. Aku akan membantu menyembunyikan Qi-mu dengan sempurna. Nanti, kita akan bertindak berdasarkan situasi yang terjadi."     

"Ya." Xiao Yan menganggukkan kepalanya. Nafasnya perlahan menjadi tenang. Setelah berdiri di tepi danau selama beberapa saat, kemudian dengan langkah yang ringan, ia perlahan-lahan masuk ke dalam hutan bambu.     

Xiao Yan berjalan di sepanjang jalan kecil hutan bambu yang sunyi itu. Selain suara langkah kaki Xiao Yan yang sangat pelan di atas rumput dan dedaunan, tak terdengar suara apapun.     

Yao Lao tak lagi membuka mulutnya untuk menunjukkan jalan pada Xiao Yan, karena Xiao Yan masih bisa menggunakan Qi 'Api Surgawi' yang secara aneh bisa menunjukkan jalan yang benar.     

Dengan langkah kaki yang normal, Xiao Yan melewati ujung beberapa jalan kecil. Perlahan-lahan penglihatannya juga menjadi lebih terbuka dan jelas. Ketika ia sedang melewati jalan kecil, tiba-tiba tubuh Xiao Yan membungkuk dan segera bersembunyi di dalam semak-semak. Tatapan matanya mengintip melalui celah-celah daun dan memperhatikan tempat terbuka yang berada di tengah pulau kecil tersebut.     

Tempat tersebut merupakan area melingkar yang terbuka. Tak ada bambu atau semak-semak yang menutupi, sementara kerikil halus yang sangat kecil tersebar di dalam area itu. Kerikil-kerikil ini membentuk sebuah kolam kecil dengan air jernih di dalamnya. Permukaan air tersebut terselimuti oleh kabut putih. Bahkan dalam jarak jauh, Xiao Yan masih bisa merasakan suhu yang sangat dingin dari area tersebut.     

"'Roh Dingin Air Terjun Beku'..." Xiao Yan menatap tajam cairan jernih tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menghirup udara dingin tersebut. Sebelumnya, ia bersusah payah untuk menukar sebotol kecil 'Roh Dingin Air Terjun Beku' dari Gu Te. Tapi disini, terdapat kolam kecil yang penuh dengan cairan tersebut, tsk tsk... kekayaan yang begitu melimpah: cukup menakutkan.     

Keterkejutan di hati Xiao Yan perlahan menjadi tenang. Xiao Yan perlahan-lahan mengalihkan tatapan matanya, hingga tatapannya tertuju pada dudukan bunga teratai yang diukir menggunakan kristal aneh, yang terletak di tengah kolam. Sekelompok api berwarna hijau perlahan terlihat keluar pada dudukan bunga teratai itu.     

Saat dia melihat sekelompok api berwarna hijau itu, mata Xiao Yan tiba-tiba menyipit seukuran lubang jarum. Keinginan yang dahsyat tiba-tiba keluar dari hati Xiao Yan dan perlahan tampak di wajahnya yang halus dan tampan.     

Kelompok api berwarna hijau itu memiliki jiwa. Saat menggeliat, sesekali dia akan menggumpal berbentuk bunga teratai atau menjadi api ular kecil berwarna hijau yang melayang dan berputar-putar di dalam dudukan bunga teratai. Sikapnya yang jinak terlihat sangat lucu.     

Xiao Yan menatap api berwarna hijau yang berulang kali berubah bentuk tanpa mengedipkan matanya. Xiao Yan bersembunyi di dalam hutan dengan ujung bibir yang terus tersenyum. Dalam kegembiraannya, tangan Xiao Yan semakin menekan ke tanah.     

"Akhirnya aku menemukanmu..." Xiao Yan menekan kedua bibirnya sambil menatap ke arah api berwarna hijau tersebut. Dia belum pernah melihat 'Inti Api Bunga Teratai' sebelumnya, tapi dia telah berlatih di atas Teratai Hijau. Jadi, kurang lebih, dia bisa merasakan bahwa gugusan api berwarna hijau itu sama dengan yang ada pada Teratai Hijau.     

Setelah bekerja keras selama beberapa tahun, ini adalah pertama kalinya Xiao Yan melihat 'Api Surgawi' dalam jarak yang sangat dekat. Tentu saja, 'Api Surgawi' milik Yao Lao tidak termasuk dalam hal ini. Namun, Xiao Yan tidak mungkin bisa merasakan teror dan keganasan 'Api Surgawi' dari 'Api Pendingin Tulang' yang telah dikendalikan oleh Yao Lao.     

Dudukan kristal teratai tentu bukanlah benda biasa. Setiap kali api berwarna hijau itu hendak berenang keluar dari batas dudukan bunga teratai, cahaya bulat berwarna putih pucat tiba-tiba akan muncul. Setelah itu, dia akan melontarkan 'Api Surgawi' kembali.     

Xiao Yan mengamati kolam tersebut secara detail dan menyadari bahwa setiap kali setelah 'Api Surgawi' dan cahaya tersebut bersentuhan, jumlah 'Roh Dingin Air Terjun Es' di kolam akan sedikit berkurang, hingga hampir tak terdeteksi. Tentu, kursi teratai kristal itu telah memanfaatkan kekuatan dari 'Roh Dingin Air Terjun Es' untuk menjebak api berwarna hijau yang ada di dalamnya.     

Setelah menyapukan tatapan matanya ke arah kolam kecil, Xiao Yan pun menoleh ke kiri. Wajah cantik yang menggoda pun tertangkap oleh matanya. Tanpa disadari, Xiao Yan semakin menahan nafasnya yang lemah. Menghadapi orang dengan level Dou Huang yang sangat kuat ini, Xiao Yan merasa seperti hatinya ditekan dengan batu besar.     

Tidak ada perbedaan sedikitpun yang terlihat antara Ratu Medusa ini dan tubuh energi yang sebelumnya muncul di area luar kota. Gaun cantik berwarna ungu mewah dan mahal membungkus tubuhnya yang anggun dan cantik. Sosoknya yang berisi, menggoda dan cantik tampak begitu menggoda. Dia memiliki bola mata berwarna ungu pucat yang panjang dan sipit. Saat tatapan matanya yang menawan melihat ke sekitarnya, tatapan itu membuat setiap pria tergoda padanya.     

Tampak ekor ular berwarna ungu di bawah gaun berwarna ungu tersebut. Ekor itu pun bergoyang-goyang lemah, tampak begitu liar dan cantik.     

Saat ini, mata cantik Ratu Medusa sedang menatap tajam api berwarna hijau yang berada di tengah kolam itu. Di bawah pantulan cahaya, api itu pun tampak berkedip di mata ungu pucatnya.     

Setelah menatap api berwarna hijau itu dengan tenang untuk waktu yang cukup lama, Ratu Medusa tiba-tiba mendesah pelan. Dia mengangkat kepalanya dan menatap langit. Mendadak, dia mengayunkan ekor ular dan tubuh indahnya yang menggoda kemudian perlahan berdiri.     

"Sudah saatnya..." Setelah menggumam pelan, keraguan yang jarang terlihat tiba-tiba nampak di wajah Ratu Medusa. Sesaat kemudian, keraguan itu berubah menjadi tekad. Dari bawah gaun berwarna ungu, dua pergelangan tangannya yang putih tampak keluar dan membentuk segel di depan tubuhnya.      

Dudukan teratai kristal itu tiba-tiba bergetar dengan hebat ketika tangan Ratu Medusa membentuk segel. Tirai cahaya di atasnya itu pun perlahan menghilang. Setelah tirai cahaya itu menghilang, api berwarna hijau yang telah kehilangan penghalangnya tiba-tiba keluar dan membesar bersama dengan angin. Dalam sekejap mata, api itu pun berubah menjadi semburan api yang kuat.     

Di bawah kelompok api yang kuat ini, 'Roh Dingin Air Terjun Es' itu pun mulai menguap dengan kecepatan yang terlihat oleh mata telanjang.     

Dengan mengabaikan bambu di sekelilingnya yang terpanggang dan layu, Ratu Medusa menggigit bibirnya pelan dengan giginya. Tangannya perlahan membuka kancing gaunnya. Seketika, tubuh sempurna wanita yang tampak seperti mahakarya surga itu pun terlihat di dalam hutan bambu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.