Perjuangan Menembus Surga

Keberangkatan



Keberangkatan

0Xiao Yan berjalan keluar dari rumah lelang dan berdiri di persimpangan jalan yang ramai. Selama beberapa saat dia menatap kota yang telah dikenalnya selama lebih dari sepuluh tahun sebelum kemudian mendesah kesepian. Saat ia mengepalkan tinjunya erat, seolah-olah meningkatkan semangatnya, dia berkata lembut pada dirinya sendiri: "Dunia luar pasti akan lebih menarik…" Xiao Yan tersenyum sambil melempar kecemasan di dalam hatinya dan terus berjalan ke depan langkah demi langkah, menghilang ke dalam kerumunan.     

Setelah menyiapkan semua perlengkapan, Xiao Yan memutuskan untuk bersantai sambil diam-diam menikmati rutinitasnya yang damai selama sisa dua hari yang dia miliki. Memahami suasana hati Xiao Yan, Yao Lao tidak berkata apa-apa untuk mengusiknya dan membiarkan Xiao Yan merencanakan hari-harinya.     

Xun Er yang peka bisa merasakan sesuatu dari ketenangan Xiao Yan selama dua hari ini, sehingga gadis kecil itu akan menemani Xiao Yan setiap kali dia ada waktu; mata cerianya penuh dengan keengganan dan kerinduan.     

Menghadapi hal ini, Xiao Yan merasa sedikit tak berdaya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menghibur Xun Er dengan lembut ketika mereka sedang berdua saja, yang dapat sedikit memperbaiki suasana hatinya.     

Ketika Xiao Yan berjalan santai di dalam Klan, ia merenggangkan punggungnya malas. Hari ini adalah hari di mana dia akan pergi, sebenarnya dia baru saja menemui ayahnya untuk memberitahukan padanya mengenai rencananya.     

Meskipun Xiao Zhan sangat enggan mendengar berita akan kepergian Xiao Yan, tapi dia benar-benar tahu kalau Xiao Yan tidak boleh dibatasi di kota kecil Wu Tan dan demi bakatnya, hanya pada langit di dunia luar yang tak berujung, dia akan bisa berkembang sepuas hatinya.     

Seperti ketika seekor elang tumbuh, dia akan melambung tinggi di langit!     

"Yan Er, di kemudian hari, jika kau memiliki kesempatan, kau bisa pergi ke Kota Gurun Batu tepat di luar Kekaisaran Jia Ma untuk berjalan-jalan. Kakak pertama dan kakak keduamu telah menetap di sana. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka mendirikan kelompok tentara bayaran yang disebut 'Pedang Gurun', yang telah menjadi kekuatan yang cukup besar di daerah tersebut."     

Saat Xiao Yan mengingat kembali apa yang telah dikatakan ayahnya padanya di ruang belajar, senyum kecil mengembang di wajahnya. Setelah melalui Upacara Kedewasaan, kedua kakak laki-lakinya meninggalkan rumah untuk menjelajah dunia dan saat itu, ayah bukanlah Ketua Klan. Dalam beberapa tahun terakhir, mungkin karena perjalanan panjang sebelumnya atau karena mereka sibuk dengan kelompok tentara bayaran mereka, mereka jarang pulang ke Kota Wu Tan. Tapi Xiao Yan masih sangat ingat ikatan kuat persaudaraan mereka ketika mereka masih muda.     

"Xiao Yan." Suara lemah dan halus seorang wanita membuat Xiao Yan menghentikan langkah saat hendak berbalik. Mengangkat kepalanya dan melihat wanita cantik yang berdiri di pinggir jalan, dia hanya bisa tersenyum dan bertanya, "Instruktur Ruo Lin, bukankah seharusnya Anda berada di tenda pendaftaran?"     

"Aku kembali untuk mengambil sesuatu. Saat ini, Xun Er sedang menggantikan aku." Dengan senyum ringan, Instruktur Ruo Lin perlahan melangkah maju sembari tatapannya menyapu Xiao Yan sebelum bertanya dengan lembut: "Sedang bersiap untuk pergi?"     

"Ya." Xiao Yan mengusap hidungnya sambil mengangguk.     

"Kau sudah memberitahu Yu Er dan Xun Er?"     

"Tidak perlu. Mereka akan lebih emosional saat kami melakukan salam perpisahan, jadi lebih baik pergi diam-diam." Sambil mengangkat bahunya, Xiao Yan tersenyum.     

"Mungkin mudah bagimu, tapi bagi yang lain mungkin akan sedih dengan cara tersebut." Instruktur Ruo Lin memberikan tatapan menegur pada Xiao Yan sebelum diam selama beberapa saat. Tak lama setelah itu, ia dengan lembut berkata: "Aku berharap setahun kemudian, aku akan mendengar berita mengenai seseorang yang bertanding dengan Fraksi Misty Cloud."     

Sedikit terkejut, Xiao Yan tersenyum dan mengangguk. Setelah tinggal selama beberapa hari di dalam Klan, mungkin ada orang-orang yang berbicara mengenai situasi antara Nalan Yanran dan dirinya, jadi Xiao Yan tidak bertanya bagaimana dia bisa tahu.     

"Sebenarnya, aku benar-benar ingin tahu, saat dia mengetahui bagaimana kekuatanmu saat ini, akan seperti apa ekspresinya?" senyum nakal tiba-tiba muncul di wajah Instruktur Ruo Lin.     

Sambil merentangkan tangannya, Xiao Yan terus berbicara dengan Instruktur Ruo Lin selama beberapa saat sebelum pergi. Di bawah tatapan penuh perhatian Instruktur Ruo Lin, dia perlahan-lahan menghilang di ujung jalan.     

Xiao Yan mengikuti jalan kecil yang ada di depannya dan memasuki kamarnya. Dari bawah bantal, ia mengambil tiga Cincin Penyimpanan. Mengenakan salah satunya yang berwarna merah gelap di jarinya, dia dengan hati-hati menyimpan dua cincin lainnya dalam saku dadanya. Meskipun tiga cincin itu semuanya dari kelas rendah, namun mereka tetap benda-benda berharga. Saat bepergian di luar, seseorang tidak seharusnya memperlihatkan kekayaannya secara terang-terangan; Xiao Yan sangat memahami prinsip ini.     

Barang-barang yang Xiao Yan bawa sangat sederhana, dan semua barang itu disimpannya di dalam cincin. Saat ia berdiri di pintu, Xiao Yan menatap kamar yang saat ini kosong dan tertawa datar disertai bunyi berderit pelan saat dia menutup pintu. Dari celah-celah pintu, sinar terakhir matahari perlahan menghilang…     

Keberangkatan Xiao Yan tidak menganggu siapapun. Seorang pemuda berpakaian sederhana berjalan keluar melewati pintu masuk utama dengan tangan kosong sebelum perlahan-lahan menghilang di ujung jalan di bawah tatapan hormat para penjaga Klan. Mungkin penjaga-penjaga ini tidak tahu kalau kepergiannya kali ini, akan memakan waktu satu tahun hingga dia kembali pulang ke rumah.     

Pikiran Xun Er tidak tenang; kening gadis belia itu, terlihat murung. Siapapun bisa tahu dari tatapan matanya yang sedang tidak fokus menunjukkan kalau hatinya sedang tidak di sini hari ini.     

"Junior Xun Er, minumlah."     

Suara lembut seorang pria terdengar di samping Xun Er. Seorang pemuda tampan tengah tersenyum sambil memegang segelas air putih di tangannya.     

Pikirannya tersadar, Xun Er mengangkat kepalanya menatap pemuda tampan di sampingnya. Pemuda ini adalah yang terkuat di antara tim pendaftaran saat ini, bahkan Luo Bu jauh lebih lemah darinya. Lagipula orang ini tidak memiliki ekspresi senyum palsu seperti Luo Bu yang dapat dengan mudah dilihat. Ketika Xun Er berbincang dengan murid perempuan lainnya, dia melihat banyak gadis di dalam tim ini yang memiliki kesan baik pada pemuda yang tidak hanya kuat tapi juga gagah dan lembut ini.     

Namun, meskipun senyuman pemuda itu terlihat lembut dan ramah, senyum itu tidak bisa menarik banyak perhatian Xun Er. Xun Er melirik dia sesaat kemudian menggelengkan kepalanya datar, "Tidak perlu. Terima kasih."     

Sikap dingin Xun Er tidak membuat perubahan ekspresi apapun pada wajah pemuda itu. Dia mengangkat bahu seolah-olah tidak keberatan sama sekali dan tetap memegang gelas air sambil tersenyum ringan dan berkata, "Pada tes pendaftaran hari ini, jika bukan karena bantuan junior Xun Er, aku takut kita akan kebanjiran pekerjaan, maaf menyulitkanmu."     

"Instruktur Ruo Lin memintaku untuk datang dan membantu." Xun Er menggelengkan kepalanya dan berbalik menatap pemuda yang tampaknya seperti ingin banyak berbincang dengannya sebelum bertanya lembut, "Senior, bolehkah aku sendiri?"     

"Hehe, maaf. Aku sering terlalu banyak bicara. Maaf sudah mengganggumu." Senyum pemuda itu sedikit berubah. Setelah itu, dia tersenyum sambil mengangguk sebelum berbalik kembali dan berjalan menuju tenda.     

"Hei hei, Lin Nan ada apa? Apa kau punya perasaan padanya?" Saat ia mendekati tenda, suara bahagia dan menggoda tiba-tiba terdengar.     

Menghentikan langkahnya, pemuda bernama Lin Nan itu melirik Luo Bu yang tersenyum. Dengan santai, ia bersandar di tiang tenda terdekat dan meneguk air dari cangkir di tangannya. Tatapannya sedikit miring sambil menatap gadis muda di bawah terpaan sinar matahari. Tampak gairah menari dari dalam matanya saat ia berkomentar, "Sangat jarang melihat seorang gadis berkelas tinggi seperti dia, sungguh tidak ada gadis dalam Akademi yang bisa dibandingkan dengannya."     

"Namun dia tidak tertarik padamu." Luo Bu bercanda dan tersenyum.     

"Tertarik perlu diperlihara, masih ada waktu. Untuk apa terburu-buru?" Lin Nan tersenyum ringan dan berkata.     

"Dia…. Memiliki hubungan dekat dengan pemuda bernama Xiao Yan." Luo Bu tampak berkomentar asal tapi dia melirik gadis muda di kejauhan itu pada saat yang sama.     

Ayunan gelas membuat airnya sedikit tumpah seiring alis Lin Nan mengerut kencang, "Apakah orang itu benar-benar sanggup bertahan hidup dari dua puluh putaran dari serangan yang dilakukan Instruktur Ruo Lin?"     

"Benar. Hari itu kau sedang keluar dari pengujian bersama beberapa orang lainnya jadi kau tidak bisa melihatnya. Tapi kami yang tersisa, secara langsung melihat Instruktur Ruo Lin menggunakan 'Ular Air'. Tapi orang itu masih sanggup bertahan." Luo Bu berkata dengan suara berat. Saat ia ingat pertarungan hari itu, kilatan terkejut muncul di wajahnya.     

Lin Nan mengeratkan cengkramannya dan menghabiskan semua air di gelas itu dalam satu tegukan. Bibirnya melengkung saat ia berkata, "Bahkan jika itu benar, aku tidak akan menyerah begitu saja karena hal itu. Bakat latihan orang itu memang sangat hebat, namun jika kita membandingkan bagaimana pesona atas perempuan, dia jauh dari levelku. Hei, selain itu dia akan meninggalkan Xun Er selama setahun; jadi di tahun ini, aku punya banyak waktu untuk membuat perasaan Xun Er padanya goyah…"     

Saat ini, Lin Nan begitu bangga pada dirinya sendiri; sebagai seorang pemain yang berpengalaman, ia yakin ia tahu bagaimana cara mendapatkan hati seorang gadis belia.     

"Xun Er." Saat ini, di luar alun-alun, Instruktur Ruo Lin tiba-tiba berlari sebelum kemudian berhenti di depan gadis itu. Dengan napas terengah-engah, dia berkata lembut, "Dia pergi."     

Tangan mungil Xun Er sedikit gemetar saat dia terdiam sejenak sebelum kemudian sedikit memiringkan kepalanya.     

"Xun Er, jangan sedih. Perpisahan ini tidak untuk selamanya." Instruktur Ruo Lin menghela napas dan menghibur saat dia melihat Xun Er yang sekarang terdiam.     

"Oke." Menganggukkan kepalanya ringan, Xun Er tiba-tiba berdiri dan di bawah tatapan bingung Instruktur Ruo Lin, dia berjalan menuju dua orang di luar tenda, Lin Nan dan Luo Bu.     

Gadis itu berjalan perlahan, kemudian berhenti tepat di depan dua orang tersebut. Tidak ada tanda kemarahan yang terlihat dari wajah lembutnya saat matanya menatap Lin Nan dan berkata pelan, "Senior, apa kau mau menemani Xun Er untuk bertarung?"     

"Eh…" Lin Nan tiba-tiba menjadi linglung setelah mendengar permintaan Xun Er. Setelah beberapa lama kemudian dia tersenyum dan berkata, "Tentu aku tidak akan menolak permintaan seperti itu dari junior Xun Er. Selama pertandingan, aku akan mengendalikan kekuatanku agar setara dengan levelmu."     

Xun Er mengedipkan butu mata panjangnya dan tanpa berkata apapun dia segera pergi ke tenda, ekspresi di wajahnya terlihat tenang.     

"Hei, kau harus berhati-hati, kekuatannya adalah Dou Zhe bintang enam." Luo Bu mengingatkan sambil dia mengamati gadis yang memasuki tenda tersebut.     

"Aku sudah naik ke bintang tujuh dua bulan lalu." Dengan tertawa ringan, Lin Nan menatap tenda, sebuah senyum tampak di wajahnya saat dia berkata, "Sepertinya ini adalah awal yang baik, kebanyakan gadis hatinya lemah pada saat berada dalam situasi seperti ini."     

Ujung bibir Lin Nan sedikit terangkat saat ia mengusap pakaiannya sebelum memasuki tenda di bawah tatapan iri Luo Bu.     

Dengan berdiri di luar tenda, Luo Bu menunggu selama beberapa menit sebelum penutup tenda dibuka dan seorang gadis perlahan-lahan tampak keluar dengan ekspresi kekesalan di wajahnya.     

"Eh…" melihat Xun Er yang keluar lebih dulu, Luo Bu tidak bisa berbuat apa-apa selain terkejut. Tapi ketika dia melihat ekspresi gadis itu, dia tidak berani membuka mulutnya untuk bertanya.     

Gadis belia itu berdiri di luar tenda dan mengangkat wajahnya yang halus dan menatap matahari terbenam. Saat ini, pemuda itu mungkin sudah lama meninggalkan kota, bukan?     

Tangan mungil Xun Er menampik rambut hitam yang jatuh di dahinya. Sesaat kemudian, dia menoleh dan berkata lembut pada Luo Bu, "Di kemudian hari, siapapun yang berbicara buruk tentang Xiao Yan ge-ge akan mati di tanganku…"     

Tertangkap oleh sepasang mata yang cemerlang dan lincah itu, Luo Bu tidak bisa memaksa dirinya untuk tersenyum, yang bisa dia lakukan hanyalah merasakan hatinya bergidik ngeri.     

Mengalihkan tatapannya, Xun Er perlahan berjalan keluar dari alun-alun.     

Instruktur Ruo Lin dan Luo Bu menunggu Xun Er pergi sebelum bergegas membuka tenda, kemudian keduanya terkejut.     

Di dalam tenda, Lin Nan terbaring lemah di tanah, wajahnya yang semula tampan dipukuli hingga menghitam dan membiru. Di lantai di samping tubuhnya, sepuluh gigi berlumuran darah tampak berserakan, pemandangan yang sangat kejam…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.