Dahulu, Aku Mencintaimu

Istrimu Bukanlah Istrimu (1)



Istrimu Bukanlah Istrimu (1)

0Qin Zhi'ai tanpa sadar menggerakkan matanya ke sekeliling. Ia memandang pengurus rumah, tetapi tidak benar-benar fokus padanya. Setelah cukup lama, akhirnya ia bisa fokus. Perlahan ia memulihkan ketenangannya dan menjawab pengurus rumah dengan "ya?" Ia berbicara dengan nada rendah sehingga hampir tidak bisa didengar.     

"Nyonya Gu, makan siang sudah siap. Matahari terlalu terik di luar. Aku rasa Anda harus masuk ke dalam." Pengurus rumah melihat cincin dan kotak hadiah yang kotor di tangannya. Ia bertanya dengan terkejut, "Nyonya Gu, apa yang terjadi?"     

…     

Jiang Qianqian mempunyai janji dengan Wu Hao pada pukul tiga sore, tetapi dengan sengaja ia pergi ke kafe itu pukul dua siang.     

Ia duduk di sebuah sofa di sudut dan menggunakan kamera ponselnya sebagai cermin untuk terus memeriksa rias wajahnya.     

Jiang Qianqian berdiri dan pergi ke toilet pada pukul 2:45. Ia memperbaiki rias wajahnyanya yang hampir sempurna dengan bantalan bedak dan lipstik. Ia mengerutkan mulutnya di depan cermin sebelum berjalan dengan elegan kembali ke kafe dengan sepatu berhak tinggi.     

Setelah ia baru saja duduk kembali, Wu Hao membuka pintu kafe dan berjalan masuk. Ia berdiri di pintu dan melihat ke sekeliling untuk mencari Jiang Qianqian.     

Jiang Qianqian mengangkat tangannya dan melambai sedikit padanya ketika Wu Hao melihat ke arahnya.     

Wu Hao berkata sesuatu dalam nada rendah kepada pelayan yang menyapanya sebelum ia menghampiri Jiang Qianqian.     

Wu Hao terlihat lebih tinggi dari yang Jiang Qianqian ingat. Senyuman cerah di wajah Wu Hao membuatnya tampak lebih dewasa.     

Ketika ia bergerak mendekat kepada Jiang Qianqian, wanita itu merasa jantungnya berpacu sangat cepat sampai akan keluar melalui tenggorokannya.     

Wu Hao berdiri di sebelah meja di mana Jiang Qianqian duduk, tetapi ia tidak segera duduk. Sebaliknya, ia meminta maaf lebih dahulu, "Maakan aku karena telah membuatmu menunggu begitu lama." Ia menarik kursinya dan duduk dengan anggun.     

Suaranya menjadi lebih dalam daripada sebelumnya. Jari jemari Jiang Qianqian bergetar. Ia memandang Wu Hao dan diam-diam menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya sendiri.     

Wu Hao membalas senyumannya dan tidak mengatakan apa-apa lagi pada Jiang Qianqian. Ia melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan datang.     

Wu Hao tidak melihat menu, hanya memberi tanda pada pelayan untuk memberikan daftar menu kepada Jiang Qianqian. Wu Hao berkata,"Aku minta teh hitam. Terima kasih."     

Jiang Qianqian juga tidak mengambil daftar menu dari pelayan. Ia berkata pada pelayan tanpa berpikir," Aku ingin yang sama, teh hitam biasa."     

Pelayan memeluk daftar menu dan menjawab dengan sebuah senyuman,"Aku akan segera kembali dengan pesanan Anda." Lalu pelayan itu pun berlalu.     

Jiang Qianqian dan Wu Hao tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun dan tiba-tiba mereka bertemu di sini. Mereka tidak tahu bagaimana memulai percakapan sejenak, karena terasa agak canggung di antara mereka. Wu Hao mengeluarkan ponselnya dan pura-pura sibuk. Ia hanya membaca berita.     

Pelayan membawa teh hitam mereka dengan cepat. Wu Hao dengan sopan mengatakan terima kasih kepada pelayan dan mengangkat cangkir dan menyesapnya. Ia menatap Jiang Qianqian dan langsung ke topik. "Kau menyebutkan sesuatu di pesan WeChat. Apa yang terjadi?"     

"Oh." Jiang Qianqian menanggapi dan mengeluarkan ponselnya dari dompetnya. Ia mencari dua foto yang ia minta orang lain bawakan untuknya, lalu ia mendorong teleponnya ke depan wajah Wu Hao. "Lihat, dua foto ini diambil tadi malam pada waktu yang hampir bersamaan. Ada dua Kakak Kou."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.