Dahulu, Aku Mencintaimu

Tak Peduli Salah Siapa, Apakah itu Penting? (7)



Tak Peduli Salah Siapa, Apakah itu Penting? (7)

0"Terlalu jauh?" Zhou Jing mengerutkan bibirnya dan mendengus. Ia menarik tangannya dari pegangan pintu dan berjalan menuju Qin Zhi'ai dengan sepatu hak tingginya. Ia mencondongkan badan sehingga ia berada dekat dengan telinga Qin Zhi'ai dan berbisik, "Apakah kau berbicara kepadaku sekarang sebagai Liang Doukou atau Qin Zhi'ai?"     

"Kau benar. Aku yang menelepon. Aku menjebak Lin Yi. Lalu kenapa? Xiaokou dan Gu Yusheng sudah menikah. Apa yang salah dengan membiarkan orang lain tahu bahwa Xiaokou dapat mengandalkan Gu Yusheng?" Zhou Jing berkata.     

Benar, tidak ada yang salah dengan itu. Mereka sudah menikah.     

Qin Zhi'ai tidak senang karena ia merasa dimanfaatkan, tetapi penjelasan Zhou Jing membuat perasaan itu menghilang seketika.     

Ia hanya orang asing. Ia hanya dibayar untuk menjadi pengganti Liang Doukou. Ia tidak punya hak untuk menyatakan pendapatnya.     

Qin Zhi'ai memanyunkan bibirnya dan tidak berkata apa-apa.     

Zhou Jing menarik bibirnya dan tersenyum. Ia malah berbicara lebih keras dan dingin daripada sebelumnya. "Nona Qin, jangan lupakan kesepakatan di antara kita. Aku belum memberimu cek terakhir. Ingatlah, cek terakhir bernilai setengah dari utangmu. Selain itu, jangan lupa siapa yang membantumu dengan utangmu selama ini. Tanpa aku, mereka tidak akan setuju untuk membayarkan utangmu setiap bulan. Sejujurnya, aku tidak akan setuju untuk membayarmu setiap bulan jika aku tidak khawatir akan terjadi sesuatu yang mungkin salah atau hal-hal seperti itu. Kau sebaiknya tidak merencanakan sesuatu terhadap kami. Jika aku bisa menghentikan rentenir itu mengganggu ibu dan adik lelakimu, aku juga bisa mengarahkan mereka kepadamu sekarang. Jika kau tidak ingin ibu dan adikmu dikejar-kejar setiap hari, sebaiknya kau menjaga sikapmu."     

Setelah pembicaraan yang panjang itu, Zhou Jing menegakkan punggungnya. Ia berpura-pura tidak ada yang terjadi dan memberi Qin Zhi'ai senyuman cerah. "Oh, aku lupa memberitahumu bahwa Xiaokou akan bertukar lagi denganmu pada tanggal dua belas. Kau harus bersiap-siap dalam dua hari ke depan."     

Setelah pembicaraan mereka, Zhou Jing berbalik berjalan ke pintu dengan sepatu hak tingginya. Saat ia membuka pintu, ia sepertinya memikirkan sesuatu yang lain dan berbalik untuk memberikan Qin Zhi'ai senyuman lebar.     

Ia tidak menutup pintu di belakangnya. Sekitar setengah menit kemudian, Qin Zhi'ai mendengar Zhou Jing dengan sopan menyapa Gu Yusheng dengan berkata, "Tuan Gu."     

Qin Zhi'ai mendengar suara langkah kaki mendekatinya.     

Ia mengenali suara langkah kaki itu. Itu pasti Gu Yusheng.     

Qin Zhi'ai segera menunduk dan menarik dua tarikan napas yang panjang dan dalam.     

Sebelum ia menenangkan dirinya, Gu Yusheng sudah sampai di pintu. "Apakah kau sudah siap?"     

"Ya," Qin Zhi'ai menjawab Gu Yusheng dengan kepala tertunduk. Ia mengambil napas panjang dan dalam sekali lagi sebelum ia mendongak. Ia meraih dompetnya dan berjalan menuju Gu Yusheng.     

Setelah mereka masuk ke mobil, Gu Yusheng memasang sabuk pengaman untuk Qin Zhi'ai terlebih dahulu sebelum ia menyalakan mobil. Sambil memutar setir, ia bertanya, "Apakah kita akan pulang?"     

"Ya." Qin Zhi'ai mengangguk.     

Gu Yusheng tidak menentang hal itu. Dengan kemampuan menyetirnya yang sangat baik, mereka sampai di rumah.     

Meskipun belum lama, ponsel Gu Yusheng berdering. Jalanan sangat macet, jadi kadang-kadang ia melaju kencang dan kadang melambat di tempat lain. Gu Yusheng memperhatikan jalan di depannya dan mengulurkan tangan ke bawah untuk mencari teleponnya.     

Setelah meraba-raba di sekitarnya, Gu Yusheng masih tidak dapat menemukan ponselnya. Qin Zhi'ai membantu mencarikan teleponnya dan memberikan padanya. Qin Zhi'ai tidak bermaksud memeriksanya, tetapi ia melihat bahwa itu adalah panggilan telepon dari sekretarisnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.