Dahulu, Aku Mencintaimu

Matanya Menyerupai Mata Xiaokou (4)



Matanya Menyerupai Mata Xiaokou (4)

0Bagaimanapun, itu tidak berarti bahwa Qin Zhi'ai tidak malu.     

Sesungguhnya, itu adalah pengalaman seks pertama dalam hidup Qin Zhi'ai….. Karena ia adalah seorang gadis dengan sedikit pengalaman seks dan dengan posisi ia berada di atas, ia merasa tak berdaya dengan kakinya yang tanpa sadar ia rapatkan dengan erat.     

Reaksi naluriahnya membuat seluruh tubuhnya bergetar, dan Gu Yusheng tidak bisa menahan erangannya.     

Sial….Ia menekan kakinya dengan sangat kencang…     

Gu Yusheng sudah terpikat oleh Qin Zhi'ai sebelumnya walau tanpa godaan. Hari itu, melihat reaksinya yang alami dan malu-malu, Gu Yusheng merasa benar-benar di luar kendali.     

Sambil masih membenamkan dirinya di dalam tubuh Qin Zhi'ai, Gu Yusheng membalikkan tubuh Qin Zhi'ai dan menekannya ke tempat tidur dengan kasar, tidak sambil menggodanya lagi.     

Napas mereka menjadi tidak menentu. Qin Zhi'ai tidak merasakan sakit bagai hatinya terkoyak seperti beberapa waktu sebelumnya, tetapi sebaliknya, muncul gelombang perasaan aneh dan menarik yang membuatnya gemetar.     

…     

Semua berakhir.     

Gu Yusheng mandi di kamar mandi. Ketika ia keluar, Qin Zhi'ai, yang baru saja pulih, memasuki kamar mandi. Karena Qin Zhi'ai tidak bisa menghapus rias wajahnya, maka ia tidak mandi. Ia hanya membersihkan tubuhnya dan kembali ke tempat tidur.     

Kelelahan dan mengantuk, Qin Zhi'ai menutup matanya saat kepalanya menyentuh bantal. Ketika ia akan tertidur, ia memikirkan luka di bahu Gu Yusheng yang pasti gatal. Karena takut Gu Yusheng akan menggaruknya, ia mencari tangan Gu Yusheng dan menggenggamnya.     

Tindakan Qin Zhi'ai membangkitkan hasrat Gu Yusheng lagi, yang membuat tubuhnya kaku. Lalu ia berbalik dan menekan Qin Zhi'ai …     

Terpikat lagi oleh Qin Zhi'ai, semuanya berlangsung untuk waktu yang lama. Setelah itu, Qin Zhi'ai merasa benar-benar terkuras oleh Gu Yusheng. Ketika semuanya berakhir, tanpa berpikir, ia langsung tertidur sambil memeluk selimut.     

…     

Hari sudah siang ketika Qin Zhi'ai terbangun. Gu Yusheng telah meninggalkan ruang tamu.     

Tempat tidur dalam keadaan berantakan, pakaian tidur mereka berserakan di lantai.     

Jendela kamar belum dibuka, meninggalkan bau samar-samar dari malam sebelumnya di dalam kamar.     

Begitu Qin Zhi'ai melihat ke sekeliling ruangan, bayangan mereka tadi malam muncul di pikirannya. Dengan wajah memerah, ia membenamkan diri di selimut dan jantungnya berdetak cepat untuk waktu yang lama sebelum akhirnya ia kembali tenang.     

Karena Gu Yusheng tinggal di rumah saja pada hari-hari itu, Qin Zhi'ai jadi mengenakan riasan wajahnya dua puluh empat jam, yang berbahaya bagi kulit di wajahnya. Ketika ia pergi ke kamar mandi untuk mandi, ia melakukan rutinitas perawatan kulit penuh. Setelah ia keluar dan menyelesaikan rias wajahnya, ia turun ke bawah.     

Setelah makan siang, Qin Zhi'ai tidak punya sesuatu hal untuk dilakukan. Untuk menghabiskan waktu, ia pergi memangkas bunga dan semak di sunroom.     

Berlutut di depan beberapa tanaman mawar, Qin Zhi'ai tak bisa tidak mengingat apa yang telah terjadi semalam sambil ia memberi pupuk pada tanaman-tanaman itu.     

Qin Zhi'ai memikirkan tentang nama-nama panggilan, ciuman-ciuman dan cinta yang Gu Yusheng berikan kepadanya….     

Sudah delapan tahun sejak Gu Yusheng meninggalkannya dengan nomor yang sudah tidak aktif dan melewatkan pertemuan mereka. Setelah delapan tahun, ia akhirnya memiliki hubungan yang relatif baik dengan Gu Yusheng.     

Mempertimbangkan hal itu, Qin Zhi'ai memandang bunga mawar yang indah dengan senyuman di bibirnya.     

Qin Zhi'ai tidak menyadari berapa lama ia berada dalam keadaan linglung sampai pengurus rumah memanggilnya. Ia pun menarik dirinya kembali ke dunia nyata.     

"Nona, Tuan Gu baru saja menelepon ke rumah dan mengatakan bahwa ia tidak akan pulang untuk makan malam, malam ini."     

Gu Yusheng tidak pernah menelepon ke rumah sebelumnya jika ia tidak bisa pulang. Mengapa ia menelepon hari ini?     

Karena takut ia menjadi besar kepala, Qin Zhi'ai tidak terlalu memikirkannya, tetapi jantungnya berdenyut tanpa bisa dihindari. Sambil tersenyum, ia menjawab sambil bersenandung kepada pengurus rumah untuk menunjukkan bahwa ia mengerti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.