Dahulu, Aku Mencintaimu

Seseorang yang Sangat Penting (9)



Seseorang yang Sangat Penting (9)

0Gu Yusheng memandangi layar ponsel sambil bernapas berat. Setelah mempertimbangkan lagi, ia menghapus kata-kata yang baru saja diketiknya, menggantinya menjadi "Di manakah engkau?"     

Seseorang yang berada di ujung sambungan telepon itu mungkin terkejut dengan apa yang ia baca. Ia membalas pesan itu setelah beberapa saat dengan ," Aku di rumah."     

Gu Yusheng tidak berniat menjawab pesan itu setelah ia membacanya. Ia tiba-tiba menutup laptopnya dan berdiri sambil membawanya. Ketika ia baru saja hendak pergi, sebuah pesan masuk lagi. "Apakah ada yang salah?"     

Apakah ada yang salah? Gu Yusheng tidak membalas pesannya, tetapi ia tetap mengirim pesan padanya. Sebegitu besarkah keinginannya untuk mengobrol dengan Lu Bancheng?     

Gu Yusheng bergegas menuju pintu dengan marah sambil masih memegang laptop di tangannya. Ia tidak ingat bahwa ia masih memegang ponsel Lu Bancheng sampai ia hampir mencapai pintu.     

Ia begitu marah pada Qin Zhi'ai sampai ia tidak tahu apa yang ia lakukan.     

Gu Yusheng berbalik dengan mata yang membara seperti api. Ia melemparkan ponsel Lu Bancheng ke sofa dengan kasar, menendang sandalnya hingga terlepas dan menggantinya dengan sepatu pergi.     

Ia bahkan tidak mengikat tali sepatunya sebelum mendorong pintu hingga terbuka. Ketika ia hendak berjalan keluar, entah mengapa, ia teringat dengan apa yang dikatakan Lu Bancheng pada Liang Doukou sebelum ia naik ke atas. Lu Bancheng berkata ia akan menghubungi Liang Doukou kembali jika ia telah selesai.     

Gu Yusheng tak bisa percaya Lu Bancheng ingin menghubungi Liang Doukou kembali untuk melanjutkan pembicaraan mereka.     

Gu Yusheng berhenti sesaat dan meletakkan laptopnya dengan kasar di atas rak sepatu yang berada di jalan masuk. Ia berjalan kembali ke sofa tanpa mengganti sepatunya. Ia mengambil ponsel Lu Bancheng dan mencari nomor telepon Liang Doukou. Ia menatap nomor itu sejenak dan mengganti angka terakhirnya dari empat menjadi tujuh.     

Bukankah Lu Bancheng ingin menghubunginya kembali? Nah, ia memastikan Lu Bancheng akan menghubungi orang yang salah.     

Ketika Gu Yusheng hendak melemparkan ponsel kembali ke sofa, ia tiba-tiba teringat sesuatu. Ia menuliskan pesan untuk Liang Doukou ,"Aku sedang sibuk sekarang. Aku akan menghubungimu lagi secepatnya."     

Ia menerima pesan Liang Doukou yang setuju dalam waktu kurang dari satu menit. Gu Yusheng menghapus semua pesan singkat antara mereka tanpa keraguan.     

Lu Bancheng sekarang memiliki nomor telepon Liang Doukou yang salah di ponselnya. Gu Yusheng tertawa pada jawaban Liang Doukou "oke" karena ia takkan pernah menerima telepon Lu Bancheng.     

Gu Yusheng akhirnya merasa sedikit lebih baik. Ia melemparkan ponsel Lu Bancheng ke sofa, membalikkan tubuh, dan berjalan keluar dari rumah.     

Ketika sebuah taksi masuk ke halaman, pengurus rumah sedang menyiram tanaman.     

Pengurus rumah sangat terkejut dan ia meletakkan botol semprotnya dan berdiri. Ketika ia sedang memeriksa siapa yang berada di dalam taksi, ia melihat pintu belakang terbuka. Gu Yusheng keluar dari taksi dengan wajah yang suram.     

Pengurus rumah heran mengapa Gu Yusheng datang dengan taksi. Ia belum sadar dari kagetnya selama beberapa waktu, tetapi saat ia sadar, ia segera menyapanya, "Tuan Gu."     

Gu Yusheng seperti tidak mendengarnya. Ia melemparkan uang kertas seratus dolar kepada sopir taksi dan bergegas masuk ke rumah dengan laptopnya.     

Pengurus rumah segera mengikuti di belakangnya dan mengambilkan sandal untuknya.     

Gu Yusheng berjalan menuju ruang keluarga setelah mengganti sepatunya dengan sandal. Ia membanting laptopnya ke atas meja kopi. Pengurus rumah terlompat mendengar suara yang keras itu.     

Gu Yusheng memandang ke sekeliling ruang keluarga, tetapi tidak melihat Liang Doukou. Ia berbalik dan bertanya pada pengurus rumah ,"Di manakah Nona?"     

"Nona ada di atas," kata pengurus rumah.     

Sebelum pengurus rumah selesai berbicara, Gu Yusheng sudah menghilang menuju tangga. Ia pergi ke kamar tidur utama dahulu. Ruangan itu kosong. Ia menutup pintu di belakangnya dan mendorong pintu ruang kerja hingga terbuka. Ia tidak mengizinkan siapa pun masuk ke dalam ruang kerja tanpa permisi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.