Dahulu, Aku Mencintaimu

Sebuah Senjata Dingin yang Sempurna (10)



Sebuah Senjata Dingin yang Sempurna (10)

0Meski dalam keadaan mabuk, Gu Yusheng tidak lupa untuk tertawa mengejek. Nadanya tiba-tiba menjadi sangat sedih dan putus asa, "Tapi bukan itu yang aku inginkan … Bukan …"     

"Impianku yang patriotik … Orangtuaku … Semua hilang … Orangtuaku tak ingin aku bergabung dengan tentara, jadi aku menyelinap … Tapi ketika aku kembali, mereka sudah tiada …"     

Ia bergumam tidak teratur, tetapi bisa terdengar bahwa ia terus berbicara tentang mimpi yang patriotik dan orang tuanya.     

Oleh karena itu, Qin Zhi'ai, yang baru saja bingung dengan gumamannya, sekarang sepenuhnya mengerti apa yang sedang dibicarakannya.     

Gu Yusheng pasti merasa sedih karena orang tuanya dan mimpi yang terpaksa ditinggalkannya. Ia pasti menyesal bahwa meskipun ia mengorbankan impian yang ia rindukan, orang tuanya tidak akan pernah kembali.     

Suasana begitu tenang di ruangan, hanya terdengar gumaman Gu Yusheng yang terputus-putus. "Apa yang aku inginkan sudah hilang selamanya … Aku meninggalkan mimpiku yang sudah ada di tanganku, tapi orang tuaku tidak akan pernah kembali … Sekarang, aku tidak punya apa-apa, tidak ada …"     

Qin Zhi'ai merasa seperti hatinya sedang digenggam dan diremas dengan keras oleh sesuatu, dan ia menjadi tak bisa bernapas karena rasa sakit itu, ia merasakan sengatan di matanya. Karena dorongan hatinya, tiba-tiba Qin Zhi'ai mengulurkan tangan untuk memegang tangan Gu Yusheng erat-erat, menatap lelaki mabuk itu, menghiburnya dengan lembut, "Tidak, tidak, kau tidak begitu. Kau masih memiliki aku …"     

Tiba-tiba Gu Yusheng menghentikan gumamannya. Alisnya yang menawan berkerut, lalu perlahan-lahan meregang. Ia pikir ia sedang bermimpi, maka ia menjadi ragu-ragu untuk sementara, lalu bertanya dengan ketidakpastian, "Engkau?"     

Mendengar itu, Qin Zhi'ai mengangguk pelan, meskipun ia tahu pasti bahwa Gu Yusheng tidak bisa melihatnya, lalu berbisik dengan percaya diri, "Ya, ya, kau masih memilikiku …"     

Qin Zhi'ai merasakan tangannya yang sedang memegang pria itu sedikit membeku.     

Qin Zhi'ai berhenti sejenak, lalu terus menghibur Gu Yusheng dengan lembut, "Kau tidak kehilangan segalanya, dan bahkan jika itu terjadi, kau masih memiliki aku …"     

Sebelum Qin Zhi'ai menyelesaikan kata-katanya yang menenangkan, lelaki yang berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup itu tiba-tiba menariknya ke dalam pelukannya dengan kekuatan yang datang entah dari mana.     

Qin Zhi'ai terdiam membeku, kemudian mencoba untuk menyingkirkan Gu Yusheng dengan refleks, tetapi Gu Yusheng memeluknya lebih erat, menekan dahi Qin Zhi'ai dengan rahangnya, lalu berkata dengan suara yang sangat rendah, "Jangan bergerak."     

Nada suaranya menyimpan suatu permintaan yang hampir tidak diperhatikan. Qin Zhi'ai menjadi luluh, membeku dalam pelukannya untuk sementara waktu, dan akhirnya mengulurkan tangan untuk memeluknya kembali.     

Qin Zhi'ai berpikir bahwa hanya ketika Gu Yusheng mabuk, maka ia berani mendekatinya, bersikap baik padanya, memberinya kenyamanan dan kehangatan, dan menjadi dirinya yang sesungguhnya.     

Tetapi Gu Yusheng…. tahukah engkau?     

Aku tidak menghiburmu sebagai Liang Doukou.     

Seperti pada waktu itu ketika ada mobil melaju ke arah kita di jalan, dan aku mendorongmu ke pinggir tanpa ragu-ragu dan malah diriku sendiri yang tertabrak.     

Setiap kali aku melakukan kebaikan kepadamu, itu bukan karena aku adalah Liang Doukou, tetapi Qin Zhi'ai, orang yang telah lama kau lupakan.     

-     

Hari sudah mulai siang pada hari berikutnya ketika Gu Yusheng bangun lagi. Tirai tidak tertutup, dan sinar matahari menyinari wajahnya, maka ia menutup mata lagi setelah memicingkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.