Dahulu, Aku Mencintaimu

Sepucuk Surat Misterius (3)



Sepucuk Surat Misterius (3)

0

Gerakan Gu Yusheng menambah rasa sakit Qin Zhi'ai di bagian perutnya. Ia mengerutkan dahi. Di saat yang sama, ia dapat merasakan kalau Gu Yusheng semakin marah. Ia berpikir apakah Gu Yusheng akan menyerah jika ia tidak memberikan sebuah jawaban.

Qin Zhi'ai merapatkan bibirnya. Ia tidak tahu bagaimana mengatakannya, sehingga ia membutuhkan sedikit waktu untuk mengatakan, "Ini semua karena aku tak ingin membuat masalah dan mengganggumu."

Setelah ia mengatakannya, ia terdiam dengan mata menatap ke bawah.

Bulu matanya panjang dan lentik. Caranya melihat ke bawah membuatnya terlihat sangat tenang dan cantik, tetapi juga memberi Gu Yusheng sebuah bayangan bahwa ia sedang bersedih. Gu Yusheng tidak yakin apakah ini hanya sebuah ilusi atau ia benar-benar sedih.

Gu Yusheng tiba-tiba tersentak. Apa yang baru saja Qin Zhi'ai katakan terus terngiang di kepalanya ," Takut membuat masalah dan mengganggunya."

Gu Yusheng meminta Qin Zhi'ai untuk tidak mengganggunya jika tidak ada hal yang penting. Itulah sebabnya kenapa ia tidak datang pada Gu Yusheng bahkan ketika ia merasa sangat kesakitan. Ia lebih memilih untuk melewatinya sendiri.

Tiba-tiba, sebuah tangan yang tak terlihat seperti menggenggam hati Gu Yusheng dengan kencang. Ia merasakan sakit yang tajam dari sisi kiri dadanya.

Rasa sakit seperti itu membuat Gu Yusheng mengalihkan matanya dengan gugup. Tiba-tiba ia melepaskan Qin Zhi'ai dan melangkah menjauhinya.

Suasana tiba-tiba hening dan menjadi sedikit canggung bagi mereka.

Ketika Qin Zhi'ai merasa ragu, tidak yakin apakah ia perlu meminta Gu Yusheng untuk pulang, Xiaowang, yang sudah menghidupkan mobil sejak cukup lama dan melihat mereka seperti tidak akan berjalan menuju mobil dalam waktu dekat, akhirnya menghampiri mereka dan berkata ,"Tuan Gu dan Nona Liang."

Gu Yusheng tiba-tiba tersadar dari rasa bingungnya. Ia memandang Qin Zhi'ai, tetapi tidak mengatakan apa-apa padanya. Ia melangkah maju dan memeluk Qin Zhi'ai. Ia menuntun Qin Zhi'ai dan berjalan ke mobil dengan muka sedih.

Xiaowang berlari di depan mereka dan membukakan pintu untuk kenyamanan mereka.

Gu Yusheng memasukkan Qin Zhi'ai ke dalam mobil. Ia melihat Qin Zhi'ai, tetapi tidak duduk di belakang bersamanya. Sebaliknya, ia menutup pintu dan duduk di kursi penumpang di sebelah supir.

Xiaowang menyadari ada sesuatu yang tidak biasa tentang Gu Yusheng, maka ia menghidupkan mesin mobil dengan tegang. Ia melihat lurus ke depan, kecuali ketika ia perlu memeriksa jalan melalui kaca spion yang berada di sisi Gu Yusheng.

Gu Yusheng mulai merokok tak lama setelah mobil meninggalkan area parkir.

Gu Yusheng tidak merokok dengan cara seperti biasanya. Sebaliknya, ia menghembuskan asap dengan cepat, merokok satu demi satu batang. Tak lama kemudian, ia sudah menghabiskan setengah kotak rokok. Ia menurunkan jendela, tetapi masih ada asap di dalam mobil.

Xiaowang tak pernah melihat Gu Yusheng seperti ini. Ia takut dan tidak berani batuk. Ia menahan batuknya kalau saja suara batuknya akan membuat Gu Yusheng marah.

Ketika mereka sudah setengah jalan menuju ke sana, Qin Zhi'ai di kursi belakang mulai terbatuk dengan tangannya menutupi mulut dan hidungnya.

Batuknya tidak keras, tetapi keduanya, Gu Yusheng dan Xiaowang bisa mendengarnya.

Xiaowang memandang Gu Yusheng. Ia menyadari Gu Yusheng menggigit rokoknya dengan alis berkerut. Gu Yusheng melihat ke atas dan memandang ke kursi belakang melalui kaca spion.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.