Dahulu, Aku Mencintaimu

Tak Pernah Diingat adalah Hal yang Paling Kejam (3)



Tak Pernah Diingat adalah Hal yang Paling Kejam (3)

0

Lukanya tidak terlalu dalam. Hanya terlihat seperti goresan saja, buka suatu hal besar.

Sedikit darah mulai muncul, tetapi sebuah plester luka akan cukup menanganinya.

Sebelum Gu Yusheng sempat mengambil keputusan, Lu Bancheng sudah mengulurkan tangannya untuk membantu Qin Zhi'ai, yang masih berlutut di lantai. "Xiaokou, bangunlah. Aku akan membereskannya."

Gu Yusheng merasa dalam hatinya bahwa Qin Zhi'ai tampak sangat dekat dengan Lu Bancheng. Hari sebelumnya, Lu Bancheng telah berdebat dengannya agar ia menjemput Qin Zhi'ai ketika mendengar bahwa Qin Zhi'ai terjebak di pinggiran kota. Qin Zhi'ai hampir terjatuh ketika berjalan keluar dari suite tadi malam. Lu Bancheng menopangnya dan memarahi Gu Yusheng karena hal ini. Pada hari itu, Qin Zhi'ai juga tersenyum pada Lu Bancheng saat makan siang dan berkata pada Lu Bancheng agar memberitahunya jika ia menginginkan suatu jenis makanan tertentu.

Gu Yusheng memicingkan matanya. Ia belum membuat keputusan apa pun dalam pikirannya. Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya dan mengangkat Qin Zhi'ai dari lantai sebelum Lu Bancheng melakukannya. Gu Yusheng menarik Qin Zhi'ai ke belakangnya, menutupi Qin Zhi'ai dari Lu Bancheng.

Qin Zhi'ai berada dalam emosi yang tidak stabil karena mendengar percakapan antara Gu Yusheng dan Wu Hao. Pada saat itu, Gu Yusheng berdiri tepat di depan Qin Zhi'ai dan menggenggam tangannya. Tangan Gu Yusheng begitu panas, menyalurkan panasnya melalui kulit Qin Zhi'ai dan langsung menuju hatinya. Dahulu ketika mereka masih muda, suatu kali mereka pernah menyeberang jalan bersama. Sebuah mobil melaju mendekati mereka. Gu Yusheng menggenggam tangannya dan memintanya untuk lebih berhati-hati dengan mobil-mobil yang melintas. Suhu yang Qin Zhi'ai rasakan dari tangan Gu Yusheng sekarang tidak sama dengan yang ia rasakan pada waktu itu.

Dahulu, suhu pada tangan Gu Yusheng membuat jantung seorang wanita berdetak sangat cepat.

Sekarang, suhu dari tangan Gu Yusheng memberikan sakit yang tajam pada hati Qin Zhi'ai.

Qin Zhi'ai khawatir ia akan lepas kendali setiap saat. Ia berjuang sedikit dan melepaskan tangannya dari genggaman Gu Yusheng.

Gerakannya untuk melepaskan diri ini mengejutkan Gu Yusheng. Ia ingin mengatakan pada Qin Zhi'ai agar mencari plester luka, tetapi kata-katanya tersangkut di lidah.

Perlahan Gu Yusheng memandang pada tangannya yang kosong. Setelah beberapa detik, ia akhirnya menyadari apa yang telah terjadi.

Gu Yusheng berpikir dalam hati, Mengapa ia tak segera menarik tangannya dari Lu Bancheng ketika ia menolongnya? Ia bahkan mengucapkan terimakasih pada Lu Bancheng. Ketika Gu Yusheng yang membantunya berdiri, ia terlihat ketakutan seperti seekor tikus yang melihat kucing, berharap segera menghilang. Untuk apa aku berencana untuk menanyakan luka di tangannya.

Gu Yusheng tiba-tiba merasa sangat marah. Ia memandang ke pintu dengan tatapan dingin, berteriak pada Qin Zhi'ai," Kembali ke atas jika kamu tidak ingin aku melakukannya. Jangan permalukan aku di sini."

Gu Yusheng terdengar sangat kasar. Wu Hao merasa kasihan pada Qin Zhi'ai. Untuk membuat Qin Zhi'ai merasa lebih baik, Wu Hao mencoba menengahi ketegangan. "Xiaokou, kau pasti lelah setelah memasak makan siang untuk kami. Pergilah ke atas dan beristirahatlah."

Qin Zhi'ai menunduk dan mencoba untuk menahan air mata di matanya. Ia hampir tidak bisa tersenyum pada Wu Hao. Ia membalikkan badannya dan bergegas pergi setelah meminta maaf.

"Kakak Sheng, apa yang kau lakukan?" Wu Hao tak tahan untuk tidak menegur setelah memastikan bahwa Qin Zhi'ai sudah pergi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.