Dahulu, Aku Mencintaimu

Tak Pernah Diingat adalah Hal yang Paling Kejam (4)



Tak Pernah Diingat adalah Hal yang Paling Kejam (4)

0

Terakhir kalinya Lu Bancheng mengatakan hal yang serupa, Gu Yusheng sudah membalikkan badan darinya. Karena itu Lu Bancheng menepuk punggung Wu Hao sambil berbisik." Aku sudah pernah membujuknya agar tidak memperlakukan Liang Doukou seperti itu, tetapi ia menjadi marah ."

Wu Hao segera menahan kata-katanya.

Kemudian mereka memalingkan kepala dan melihat Gu Yusheng.

Mereka baru saja berpikir akan melihat wajah penuh kemarahan, tetapi Gu Yusheng secara tak diduga sudah tenang kembali. Ia masih tetap berdiri di sana, menatap tangannya, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Wu Hao dan Lu Bancheng merasa ini sangat luar biasa dan mereka saling berpandangan. Tetapi mereka tidak berani berkata apa-apa, karena mereka sangat bingung dengan tingkah Gu Yusheng.

Sekitar satu menit berlalu, Gu Yusheng menggerakkan kepalanya dan pandangannya kembali ke atas. Ia memandang sinar matahari yang cerah di luar jendela, kemudian melangkah menuju ruang keluarga tanpa berkata-kata, duduk di sofa, mengeluarkan sebatang rokok, dan mengisapnya.

-

Lu Bancheng dan Wu Hao pergi meninggalkan rumah sebelum pukul tiga siang.

Vila yang tadinya ramai kembali menjadi sunyi seketika.

Volume televisi yang sudah dikecilkan pun jadi terdengar sangat kencang.

Gu Yusheng merasa terganggu dengan suara-suara itu, maka ia mengambil remote dan mematikan televisi, lalu membaringkan dirinya di sofa, memandang ke langit-langit rumah dan merokok tiga batang rokok berturut-turut.

Ketika Gu Yusheng mengeluarkan rokok ke empat, ia melihat ke arah jam dinding. Waktu menunjukkan hampir pukul empat, tiga jam setelah ia berteriak pada Qin Zhi'ai, dan Qin Zhi'ai belum sekali pun turun ke lantai bawah lagi.

Gu Yusheng melihat ke arah tangga, dan berhenti ketika sedang menyalakan rokok. Ia mengisap rokok itu, tetapi tiba-tiba mengeluarkannya dari mulut, karena ia merasa bau rokoknya hambar. Setelah melihat ke tangga sekali lagi, ia bahkan merasa rokoknya itu menjijikkan, maka ia memadamkannya dan membuangnya ke tempat sampah.

Gu Yusheng duduk di sofa, menyandarkan punggungnya di sofa untuk beberapa saat, kemudian berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Setelah ia keluar, ia memandang ke tangga dan menaikinya, tanpa terkendali.

Gu Yusheng berjalan perlahan di sepanjang koridor lantai dua menuju pintu kamar utama.

Ia menunggu di luar sebentar, lalu mendorong pintunya hingga terbuka.

Qin Zhi'ai sedang membaca naskah di sofa dalam ruangan, tetapi ia memalingkan kepalanya ke arah pintu ketika menyadari seseorang membukanya.

Gu Yusheng melihat ke dalam ruangan, dan mata mereka bertemu.

Cahaya matahari senja yang berwarna keemasan bersinar melalui jendela dan jatuh tepat pada wajah Qin Zhi'ai, membuat matanya semakin terlihat menawan.

Cahaya kristal di matanya bahkan lebih menarik dibandingkan yang bisa diingat oleh Gu Yusheng, memberikan sedikit kegelisahan dalam hatinya. Setelah itu Gu Yusheng menyadari dengan hampa bahwa ia telah menaiki tangga itu untuk mencari Qin Zhi'ai.

Ya, mengapa aku naik ke atas?

Qin Zhi'ai tidak menanyakan mengapa ia datang, tetapi Gu Yusheng mencoba keras untuk menemukan alasan untuk itu, seolah-olah ia ingin menutupi sesuatu. Gu Yusheng berpura-pura tenang di luar, padahal di dalam ia memeras otaknya, ia pun berkata pada Qin Zhi'ai dengan datar," Senin depan, dampingi aku menghadiri sebuah pesta malam."

  1. Perangkat untuk mengontrol televisi dari jarak jauh

Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.