Dahulu, Aku Mencintaimu

Mata Indah yang Memikat Hati (1)



Mata Indah yang Memikat Hati (1)

0

Qin Zhi'ai tetap menundukkan kepalanya, tidak melihat pada Lu Bancheng. Caranya menundukkan kepala dan sedikit menggelengkannya membuatnya tampak penurut dan lucu. Ia terlihat berbeda dari biasanya, bukan ekspresi takut dan malu seperti yang biasanya tampak pada wajahnya.

Gu Yusheng mengerutkan dahi lebih keras. Ia hampir tidak bisa mendengar pembicaraan Qin Zhi'ai dengan Lu Bancheng.

Qin Zhi'ai berbicara dengan nada pelan dan Gu Yusheng tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Ia memasang telinganya untuk fokus mendengar, tetapi tetap saja ia hampir tidak bisa mendengar walau samar-samar sekalipun, yang tertangkap hanya kata-kata seperti "tidak". Gu Yusheng yang sudah merasa kesal, tiba-tiba merasa bertambah kesal. Semua hal jadi menyebalkan untuknya saat itu.

Gu Yusheng menahan amarahnya dan memalingkan matanya dari mereka. Ia memandang ke jendela.

Cahaya yang memantul di jendela membuatnya berfungsi seperti cermin. Tampak pantulan Lu Bancheng dan Qin Zhi'ai pada kaca.

Lu Bancheng masih memegang lengan Qin Zhi'ai sambil ia berbicara pada Lu Bancheng dengan kepala tertunduk.

Gu Yusheng bertanya-tanya apa yang sesungguhnya perlu mereka bicarakan dan apa yang membuat Qin Zhi'ai begitu lama untuk menjawab pertanyaan yang sederhana.

Kemarahan Gu Yusheng tidak tersalurkan. Sebaliknya,malah semakin terbakar sampai pada titik tertinggi pada detik berikutnya. Gu Yusheng bergegas ke pintu dan berteriak ,"Bukankah aku sudah menyuruhmu pulang? Kenapa kau masih saja berdiri di sini?"

Qin Zhi'ai sebenarnya tidak berkata banyak pada Lu Bancheng. Ia hanya menjawab pertanyaannya sebagai sopan santun saja. Ia hanya menjawab,"Aku baik-baik saja. Aku tidak terluka. Terima kasih."

Qin Zhi'ai menjadi emosional. Ia takut lepas kendali dan menangis. Ia tidak ingin tertangkap menangis saat berbicara dengan Lu Bancheng. Ia berbicara dengan sangat perlahan, berharap Lu Bancheng tidak menyadari kalau ia sedang berusaha mengendalikan dirinya agar tidak menangis.

Qin Zhi'ai tak mengira Gu Yusheng akan memarahinya sebelum ia menyelesaikan kalimatnya yang sederhana.

Qin Zhi'ai sangat terkejut. Kata terakhirnya tersangkut di lidahnya dan tak bisa keluar.

Gu Yusheng sudah beberapa kali menyulitkannya, tapi ini pertama kalinya ia melakukannya di hadapan orang lain. Mata Qin Zhi'ai terasa perih.Ketika ia mengedipkan matanya, air mata berjatuhan di wajahnya.

Qin Zhi'ai menarik lengannya dari Lu Bancheng. Ia berlari keluar sebelum ia sempat mengucapkan terima kasih padanya.

Lu Bancheng memandang punggung Qin Zhi'ai sebelum ia berbalik dan melihat Gu Yusheng di dalam kamar.

Gu Yusheng terlihat dingin. Alisnya yang berkerut menunjukkan kesuraman pada wajah tampannya.

Ketika Gu Yusheng menunjukkan ekspresi seperti ini pada wajahnya, Lu Bancheng menjadi sedikit khawatir. Lu Bancheng berkata dengan suara pelan, "Kakak Sheng, jika kau enggan melihat Xiaokou kau bisa saja memintanya pergi. Kau tak perlu membuatnya merasa canggung atau malu. Ia adalah seorang wanita. Kau tidak boleh terlalu kasar padanya."

Gu Yusheng merasa bagaimana cara ia memperlakukan Qin Zhi'ai tidak ada urusannya dengan Lu Bancheng. Dengan sangat terganggu ia memotong perkataan Lu Bancheng, tanpa peduli jika itu tak sopan, "Dan kau, lakukanlah apa pun yang perlu kau lakukan. Jangan menggangguku."

Lu Bancheng tidak segera pergi. Ia terdiam beberapa saat, hendak mengatakan sesuatu. Namun sebelum ia mengatakan apa pun, Gu Yusheng mengambil bantal di tempat tidur dan melemparnya ke pintu. "Tidakkah kau paham? Apa yang kau lakukan, berdiri saja di sana?"

Lu Bancheng melarikan diri sebelum bantal Gu Yusheng mencapai pintu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.